Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Diangkat Dari Keterpurukan

Yohanes 15:1-8
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

- Yohanes 15:2
Gunung Kilimanjaro terkenal dengan metode pertaniannya yang mengesankan, yaitu sistem Kihamba tradisional. Sistem tanam di daerah ini diciptakan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dikenal cukup sulit untuk bertani. Masyarakat lokal membangun sistem pertanian bertingkat yang terdiri dari empat laisan utama vegetasi. 
Lapisan paling atas dari vegetasi dibentuk oleh pohon-pohon yang ditanam dengan jarak yang jarang untuk memberikan keteduhan bagi tanaman obat-obatan, pakan ternak, buah-buahan, dan kayu. Di bawah pohon-pohon ini, banyak varietas pisang ditanam bersama-sama dengan kopi dan sayuran. Sebuah sistem pertanian yang dikembangkan untuk menghasilkan panen terbaik dari pohon-pohon yang dibudidayakan.
 Di dalam Alkitab kita juga menemukan catatan tentang sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat kuno. Salah satu sistem pertanian yang paling sering disebut di dalam Alkitab adalah pertanian anggur. Pada perikop bacaan hari ini disampaikan tentang analogi pokok anggur dan ranting. Rasul Yohanes menjelaskan bahwa buah anggur yang tidak berbuah akan dipotong. Kata “dipotong” bahasa aslinya menggunakan kata airo. Selain pemaknaan umumnya adalah dipotong, airo juga dapat berarti diangkat. Ranting yang tidak berbuah selain dipotong juga akan diangkat. Pada masa Perjanjian Baru, pengusaha kebun anggur biasanya akan mengangkat tanaman anggur yang tidak produktif dari tanah. Petani anggur kuno memastikan untuk mengangkat ranting dari tanah agar ranting bisa mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan akhirnya menghasilkan banyak buah.
 Demikian pula Bapa akan bertindak terhadap kita ranting-ranting anggur-Nya. Tuhan akan mengangkat kita. Mungkin hari ini kita belum menghasilkan banyak buah untuk Tuhan. 
Kehidupan kita masih biasa-biasa saja, bahkan bertentangan dengan kehendak Tuhan. 
Sebagai umat pilihan-Nya, kita akan diangkat oleh Tuhan sehingga bisa berbuah. Kita akan diangkat dari kegagalan kita, didorong untuk berkembang dan berhasil. Jangan kehilangan iman percaya kita kepada Yesus Kristus dan jangan pula putus asa ketika masih belum berbuah. Di tengah segala keterpurukan, 
tuhan tahu dan siap untuk mengangkat kita. Mari menyerahkan seluruh kelemahan kita kepada Tuhan dan biarkan Dia menuntun kita untuk hidup berbuah.

Refleksi Diri:
• Apakah ada kecenderungan atau kebiasaan buruk yang menghambat Anda untuk hidup berbuah bagi Tuhan?
• Apa tindakan konkret yang ingin dilakukan agar hidup Anda lebih menghasilkan buah bagi Tuhan?

"
Share:

Maksimal Kasih-Nya

Yohanes 3:14-21

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1 Petrus 1:18-19

Apakah Anda pernah merasa kurang dikasihi Tuhan? Mungkin ada yang menjawab, “Nggak pernah dong!” Namun, banyak juga yang berkata, “Saya pernah mempertanyakan itu” atau “itu yang sedang saya rasakan.” Jujur saya pun pernah bertanya demikian. Pertanyaan itu muncul biasanya saat diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang berat. Muncul pemikiran Tuhan sudah tidak sayang kita lagi. Kemudian kita memikirkan solusinya dengan lebih rajin terlibat dalam semua kegiatan agama agar lebih dikasihi Tuhan.
Kita berpikir, kalau Tuhan lebih mengasihiku, Dia pasti akan lebih memperhatikan kondisiku, Dia akan turun tangan menyelesaikan masalahku. Sungguh pemikiran ini tidak tepat. Ingat dan bacalah Yohanes 3:16. Kasih Allah tidak setengah-setengah. Dia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya, untuk menebus dosa manusia. Mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal, bukan hidup yang temporer. Hidup kekal tidak bisa dihitung, diselamatkan dari kebinasaan abadi adalah tidak terhingga. Semuanya maksimal karena memberikan sesuatu yang tidak ternilai, yang tidak terbatas. Petrus menegaskannya dengan menyatakan bahwa kita dibeli bukan oleh emas dan perak, tetapi oleh darah yang mahal, darah Kristus yang sama sekali tidak bercacat (1Ptr. 1:8-9). Kasih yang diberikan Allah maksimal.
Jika ada orang yang menganggap Tuhan tidak mengasihi dirinya karena penderitaan yang dialaminya, ingatlah Kristus sudah lebih dulu menderita dengan maksimal. Dia menanggung seluruh murka Allah, penderitaan yang harganya setara dengan kematian-Nya. Seberat apa pun penderitaan yang diderita hari ini, tidak sebanding dengan penderitaan kekekalan yang kita harus terima seandainya Kristus tidak pernah lahir dan mati di kayu salib. Kita sering mencari-cari kasih yang bisa mengisi kekosongan hati kita yang terdalam. Orang-orang di sekeliling kita mungkin mengasihi kita, tetapi sama dengan kita, mereka manusia yang penuh kekurangan yang bisa mengecewakan kita. Namun, kasih Tuhan yang maksimal itu tidak pernah mengecewakan kita karena Dia sudah membuktikan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa tanda kasih Allah yang maksimal bagi Anda? Adakah pengalaman masa lalu yang membuktikan kasih-Nya terhadap Anda?
Bagaimana Anda mau merespons kasih Allah yang maksimal ketika penderitaan melanda?"
Share:

Jangan Kalah Oleh Keinginan Daging

1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
- 1 Petrus 2:11
John Bunyan, penulis Inggris abad ke-17, mengarang buku berjudul, The Pilgrim’s Progress, yang menceritakan tentang seorang bernama Kristen yang bermimpi menempuh perjalanan dari rumahnya “Kota Kehancuran” (dunia ini) menuju “Kota Surgawi”. Kisah ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup orang percaya yang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan sebelum mencapai tempat kediaman kekal.
 Rasul Petrus menyebut penerima suratnya sebagai “pendatang dan perantau”. Alkitab terjemahan BIS memakai istilah “orang asing dan perantau”. Kedua istilah itu menyatakan maksud yang sama, yaitu status orang Kristen sebagai penduduk sementara di dunia ini. Dunia bukanlah tempat kediaman orang-orang percaya yang sesungguhnya. Sebagai pendatang dan perantau, mereka harus memiliki cara hidup yang tidak sama dengan orang-orang di dunia. 
Mereka dinasihati untuk “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging”. Keinginan daging atau hawa nafsu daging adalah karakteristik dari kodrat dosa. Upaya menjauhkan diri tersebut harus menjadi perjuangan yang terus-menerus. Jangan membiarkan diri menuruti keinginan daging meskipun hanya sejenak. Menuruti keinginan-keinginan daging mungkin kelihatannya menarik, tidak berbahaya bahkan menyenangkan untuk sejangka waktu karena keinginan-keinginan tersebut mungkin tidak langsung melahirkan perbuatan jahat. Akan tetapi, mereka adalah musuh yang membahayakan jiwa orang percaya karena melemahkan kerohanian. Itu sebabnya, orang percaya harus selalu peka terhadap kerusakan rohani semacam ini.
 Rasul Petrus mengingatkan orang Kristen tentang identitas mereka. Siapa Anda menentukan cara hidup Anda. Jika Anda menyadari diri sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini maka kita akan berjuang sepenuh hati agar tidak larut dalam kehidupan duniawi. 
Perjuangan untuk melawan keinginan daging harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup kita. Selama kita masih hidup, selama itu pula kita terus berjuang sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan, “Saya manusia lemah. Saya tidak berdaya terhadap dosa.” Seorang Kristen disebut sejati atau tidak, ditentukan oleh seberapa sungguh ia berjuang untuk seturut keinginan jiwa, yaitu jiwa yang telah diselamatkan Kristus yang ingin selalu menyenangkan hati-Nya dan berjalan seturut keinginan Roh.
Refleksi Diri:
• Mengapa orang Kristen harus selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang asing dan perantau di dunia ini?
• Apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang asing dan perantau di dunia?

"
Share:

Apa Standar Hidup Anda?

Roma 12:1-2

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Roma 12:2
Di dalam kehidupan, tak jarang kita menemukan berbagai standar hidup yang terlihat nyaman dan sukses. Kita dapat berkata, “Si A hidupnya enak karena sudah punya perusahaan,” “B lebih enak hidupnya sebab sudah punya rumah gede dan berbagai barang mewah,” “Ah Si C punya standar hidup yang bagus. Hartanya bisa menjamin sampai tujuh turunan,” dan lain sebagainya. Kita seringkali menetapkan standar hidup orang lain menjadi standar hidup kita. Padahal setiap kita membutuhkan dan dapat menghasilkan standar hidup yang berbeda-beda. Ironisnya, banyak motivator juga menyamaratakanstandar hidup, seakan dapat dilakukan oleh semua orang. Alhasil, ketika tidak dapat mencapai standar hidup tersebut, seseorang akan menjadi depresi dan merasa hidupnya gagal.
Menentukan standar hidup bukanlah sesuatu yang salah. Namun, bagaimana seharusnya standar hidup seorang Kristen yang sejati? Ketika kita diterima sebagai anak-anak Tuhan, menjadi pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus maka standar hidup kita seharusnya berbeda dengan standar hidup dunia. Nasihat ini disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Paulus mengingatkan bahwa sebagai manusia baru yang telah ditebus maka kita bukan lagi menjadi milik dunia. Kita seutuhnya telah menjadi milik Kristus. Karena itu, standar hidup kita bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan melakukan kehendak Allah.
Apa yang menjadi kehendak Allah adalah apa yang sesuai dengan firman Allah. Kehendak Allah itu pasti berkenan kepada Allah dan selalu menyenangkan-Nya. Itulah yang seharusnya menjadi standar hidup dari anak-anak Allah. Yuk kita mengubah standar hidup kita menjadi standar hidup yang berkenan di hadapan Allah. Ubah pikiran dan cara hidup kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Biarlah dalam pekerjaan, kehidupan berkeluarga, maupun pelayanan kita, standar hidup yang dikejar adalah standar hidup yang berkesesuaian dengan pikiran dan sifat ilahi Tuhan. Bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi Diri:
Apa yang menjadi standar hidup Anda selama ini? Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
Bagaimana langkah konkret Anda untuk menetapkan standar hidup yang sesuai dengan kehendak Allah?
"
Share:

Hilang Sinyal

Roma 8:31-35
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
- Mazmur 103:13

Dalam bukunya yang berjudul, On The Wing, seorang naturalis bernama Alan Tennant mencatat usahanya untuk mempelajari satu spesies burung yang terancam punah, yaitu elang peregrine. Tergerak untuk pemulihan spesies ini, Tennant mengikatkan alat pemancar pada sejumlah burung elang untuk melacak pola migrasi mereka. Ia akan terbang dengan pesawat dan mengikuti kawanan burung yang sudah dipasanginya alat pemancar.
Namun, seringkali Tennant tidak dapat mengikuti kawanan burung karena kehilangan sinyal dari alat pemancar. Meskipun sangat mengasihi burung-burung tersebut, Tennant tidak selalu bisa melacak burung-burung yang ingin ditolongnya.
Peristiwa serupa juga terjadi dalam hal mengasihi orang yang kita sayangi. Entah orangtua ke anak, suami ke istri, kakak ke adik, paman ke keponakan atau orang-orang terdekat yang ada di hati kita. Kemampuan mengasihi orang-orang yang dekat di hati kita dalam suatu kondisi tertentu juga terbatas. Tenaga dan waktu kita terbatas. Kemampuan kita mengekspresikan kasih juga mungkin berbeda dan belum tentu cocok dengan orang yang kita kasihi. Manusia punya keterbatasan yang tidak bisa dipungkirinya. Manusia bisa kehilangan sinyal kasih kepada orang yang dikasihinya.
Paulus mengungkapkan kebenaran yang berbeda ketika Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengasihi, Dia tidak akan pernah gagal untuk mengekspresikan kasih- Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi Tuhan untuk menyatakan kasih kepada anak-anak-Nya. Tidak manusia, tidak juga keadaan-keadaan yang buruk. Ketika Tuhan telah menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan tidak akan pernah kehilangan sinyal untuk melacak anak-anak-Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus.
Saat ini mungkin ada orang-orang tertentu yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Perkataan atau perbuatan mereka mungkin sangat melukai hati. Bahkan mereka senantiasa menarik kita menjauh dari Tuhan. Percayalah Tuhan Yesus sedang melacak dan siap menyatakan kasih-Nya kepada kita di tengah kondisi buruk yang kita hadapi. Demikian juga ketika kesulitan-kesulitan hidup membebani pundak, percayalah kita tidak sendirian. Yesus siap membantu mengangkat beban hidup kita dan selalu melacak kita dengan kasih-Nya setiap saat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah meragukan kasih Tuhan kepada Anda? Kenapa?
Apa wujud kasih terbesar Tuhan Yesus yang pernah Anda rasakan? Apakah wujud kasih Yesus tersebut bisa menguatkan Anda sekarang?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.