Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Bukan Cari Selamat

Kisah Para Rasul 7:51-60

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
- Kisah Para Rasul 7:59

David Platt dalam bukunya berjudul Radical, mengatakan, “Kenyataannya adalah bahwa jika kita benar-benar menjadi seperti Yesus, dunia ini akan membenci kita. Mengapa? Karena dunia membenci Dia.” Inilah yang dialami Stefanus. Ia hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Ia memberitakan kebenaran di dalam Tuhan Yesus, tetapi dunia menolaknya. Stefanus jadi sasaran untuk dihakimi. Tidak ada satu pun dari orang-orang yang mendengar khotbah Stefanus mau bertobat. Stefanus bukan cari selamat, tetapi menyatakan keselamatan, walaupun itu yang membawa nyawanya tidak selamat. Kebenaran yang kita nyatakan tidak selalu diterima. Itulah kenyataan dunia ini. Jika seseorang ingin selalu diterima dunia maka hidupnya akan semakin jauh dari Kristus.
Waktu Stefanus melihat penglihatan surga, ia berbicara apa adanya bahwa dirinya benar-benar melihatnya. Mungkin ia bisa berpikir, kalau saya melihat dan tidak bicara juga, tidak akan ada yang tahu dan saya tidak akan kehilangan nyawa. Namun, ia mengatakannya dengan jelas bahwa Tuhan Yesus adalah benar Juruselamat yang bangkit. Yesus adalah Allah dan Dia bertakhta. Ini adalah klimaksnya. Kali ini bukan didebat, difitnah atau ditolak, melainkan langsung mendapat serbuan brutal dengan lemparan-lemparan batu menghujam dirinya. Kita mungkin bukan hanya ditentang, difitnah, ditolak, tetapi harus kehilangan hal yang berharga karena iman kita, entah pekerjaan, teman-teman, dll.
Perhatikan, ketika tubuh Stefanus dihancurkan oleh batu-batu, prosesnya pasti sangat menyakitkan. Namun, di saat itu ia menaikkan dua doa di hadapan Tuhan, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Ia sudah sangat siap untuk menghadap Tuhan. Doa kedua, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Ia memohonkan pengampunan untuk orang-orang tersebut. Kisah Stefanus ditutup dengan kalimat “meninggallah ia”. Jelas sekali iman Stefanus ditaruh kepada siapa, siapa yang dipercayanya, apa yang harus dikatakannya, apa risiko dari semuanya itu. Ia jelas menyatakan bahwa hidup bagi Kristus adalah hidup sepenuhnya milik Kristus.
Kita perlu jelas akan hidup kita. Siapa yang kita percaya dalam hidup ini? Siapa yang memimpin kita? Roh Kuduskah? Risiko apa yang akan kita tanggung ketika mengikut Tuhan? Jadilah orang Kristen yang bukan cari selamat, tetapi nyatakanlah keselamatan di dalam Tuhan Yesus itu apa adanya, sekalipun ada risikonya.
Refleksi Diri:

Apa yang seringkali menjadi halangan terbesar Anda untuk menyaksikan tentang Kristus?
Bagaimana cara Anda mulai membagikan tentang Tuhan Yesus di tengah dunia digital saat ini?"
Share:

Perjumpaan Dengan Yesus

Lukas 19:1-10

Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:10

Kita pasti mengalami perjumpaan dengan banyak orang. Setiap perjumpaan memiliki kesan tersendiri. Jika mengingat momen-momen perjumpaan dengan orang-orang yang hari ini kita kenal, bisa jadi perjumpaan tersebut merupakan hal yang indah.
Sebaliknya, mungkin juga merupakan hal yang buruk karena perjumpaan yang terjadi kurang menyenangkan.
Lukas 19 mencatat perjumpaan indah antara Yesus dengan Zakheus, si pemungut cukai. Rasa penasaran Zakheus terhadap Yesus begitu besar, tetapi banyak orang yang menghalanginya untuk melihat Yesus dari dekat. Zakheus akhirnya memanjat pohon dan Yesus melihatnya berada di atas pohon. Yesus yang mengenal Zakheus, lalu memanggil namanya dan memintanya turun. Mendengar namanya dipanggil, Zakheus tertegun karena profesinya sebagai pemungut cukai pada waktu itu banyak dibenci dan dimusuhi masyarakat. Orang-orang bahkan menganggap dirinya orang berdosa. Namun, hari itu Yesus memanggilnya dan meminta untuk menumpang di rumahnya.
Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya memberikan kesan baik atau perasaan haru bagi Zakheus. Perjumpaan ini ternyata membawa perubahan besar dalam hidupnya. Zakheus lalu berniat memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang pernah ia peras dari masyarakat. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus bukan hanya perjumpaan dua sosok pribadi, melainkan sebuah pertemuan antara Allah dengan manusia yang terhilang.
Zakheus bertahun-tahun hidup dalam kenyamanan dengan posisinya sebagai pemungut cukai dan seorang kaya, tetapi di sisi lain ia juga mengalami kehilangan. Zakheus mengalami kekosongan hingga akhirnya berjumpa dengan Sang Juruselamat yang melihat dan memanggilnya turun. Perjumpaan itu tidak hanya membawa Zakheus mampu melihat, tetapi juga merasakan siapa Yesus di dalam hidupnya. Ia tidak hanya mendengar Yesus sebagai Seorang hebat, tetapi merasakan Yesus sebagai Allah yang penuh kasih.
Banyak orang menjadi Kristen tanpa pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Sebagian lagi mengenal Yesus tanpa pernah mengalami kasih Kristus di dalam hidup mereka. Jangan hanya melihat Yesus dari kejauhan. Yesus memanggil Anda, mendekatlah kepada-Nya dan rasakan bagaimana relasi yang indah bersama-Nya akan menggubahkan hidup Anda.
Refleksi Diri:

Kapan Anda mengalami perjumpaan yang indah dengan Yesus? Apa perubahan yang terjadi dalam diri Anda sejak perjumpaan tersebut?
Bagaimana pengenalan Anda selama ini terhadap Yesus? Apakah Anda merasakan kasih Allah melalui diri-Nya?"
Share:

Perjumpaan Dengan Yesus

Lukas 19:1-10

Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:10

Kita pasti mengalami perjumpaan dengan banyak orang. Setiap perjumpaan memiliki kesan tersendiri. Jika mengingat momen-momen perjumpaan dengan orang-orang yang hari ini kita kenal, bisa jadi perjumpaan tersebut merupakan hal yang indah.

Sebaliknya, mungkin juga merupakan hal yang buruk karena perjumpaan yang terjadi kurang menyenangkan.
Lukas 19 mencatat perjumpaan indah antara Yesus dengan Zakheus, si pemungut cukai. Rasa penasaran Zakheus terhadap Yesus begitu besar, tetapi banyak orang yang menghalanginya untuk melihat Yesus dari dekat. Zakheus akhirnya memanjat pohon dan Yesus melihatnya berada di atas pohon. Yesus yang mengenal Zakheus, lalu memanggil namanya dan memintanya turun. Mendengar namanya dipanggil, Zakheus tertegun karena profesinya sebagai pemungut cukai pada waktu itu banyak dibenci dan dimusuhi masyarakat. Orang-orang bahkan menganggap dirinya orang berdosa. Namun, hari itu Yesus memanggilnya dan meminta untuk menumpang di rumahnya.
Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya memberikan kesan baik atau perasaan haru bagi Zakheus. Perjumpaan ini ternyata membawa perubahan besar dalam hidupnya. Zakheus lalu berniat memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang pernah ia peras dari masyarakat. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus bukan hanya perjumpaan dua sosok pribadi, melainkan sebuah pertemuan antara Allah dengan manusia yang terhilang.
Zakheus bertahun-tahun hidup dalam kenyamanan dengan posisinya sebagai pemungut cukai dan seorang kaya, tetapi di sisi lain ia juga mengalami kehilangan. Zakheus mengalami kekosongan hingga akhirnya berjumpa dengan Sang Juruselamat yang melihat dan memanggilnya turun. Perjumpaan itu tidak hanya membawa Zakheus mampu melihat, tetapi juga merasakan siapa Yesus di dalam hidupnya. Ia tidak hanya mendengar Yesus sebagai Seorang hebat, tetapi merasakan Yesus sebagai Allah yang penuh kasih.
Banyak orang menjadi Kristen tanpa pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Sebagian lagi mengenal Yesus tanpa pernah mengalami kasih Kristus di dalam hidup mereka. Jangan hanya melihat Yesus dari kejauhan. Yesus memanggil Anda, mendekatlah kepada-Nya dan rasakan bagaimana relasi yang indah bersama-Nya akan menggubahkan hidup Anda.

Refleksi Diri:
Kapan Anda mengalami perjumpaan yang indah dengan Yesus? Apa perubahan yang terjadi dalam diri Anda sejak perjumpaan tersebut?
Bagaimana pengenalan Anda selama ini terhadap Yesus? Apakah Anda merasakan kasih Allah melalui diri-Nya?
"
Share:

Melepas Kekhawatiran

Matius 6:25-34

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
- Matius 6:34

Saya adalah orang yang sangat mudah khawatir. Bangun pagi, sudah khawatir memikirkan, masih ada stok makanan nggak ya? Sewaktu persiapan khotbah, khawatir nanti bisa berkhotbah dengan baik gak ya? Sebelum pergi jalan-jalan, khawatir seru nggak ya jalan-jalan ke sana? Khawatir ini itu, padahal akhirnya apa yang saya khawatirkan tidak selalu terjadi demikian. Menurut para ahli, kebanyakan manusia suka mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi dalam hidup mereka. Ya, saya mungkin salah satunya.
Wajar sekali kita punya rasa khawatir terhadap kehidupan. Namun, jika saya dan Anda ditantang untuk melepas kekhawatiran, apakah sanggup? Mungkin butuh waktu. Melepas kekhawatiran tidak semudah melepas sepatu sewaktu mau masuk rumah. Melepas kekhawatiran membutuhkan waktu dan usaha yang mungkin menguras energi. Jika mengandalkan kekuatan sendiri, saya yakin kita akan segera kehabisan energi untuk melepas kekhawatiran dalam diri kita.
Tuhan Yesus sangat memahami kekhawatiran yang dialami oleh manusia. Itulah sebabnya di dalam ayat emas, Dia memberikan nasihat pengajaran mengenai kekhawatiran kepada kita. Yesus mengingatkan kepada umat manusia bahwa Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya. Sebagai ilustrasi, Dia memberikan contoh tentang makhluk hidup lainnya yang Allah pelihara. Jika burung dan bunga bakung saja Yesus pelihara apalagi manusia, ciptaan yang berharga bagi-Nya. Yesus telah menyampaikan bagaimana Allah begitu setia memperhatikan kebutuhan umat-Nya. Tidak ada kebutuhan kita yang luput dari pantauan Allah, asalkan kita mau mencari Dia dan sungguh mengikuti kebenaran firman-Nya (ay. 33).
Setiap hari, Tuhan senantiasa memerhatikan apa yang kita perlukan. Saya yakin saat ini, setiap kita mempunyai kebutuhan hidup. Kita juga pasti memiliki kekhawatiran masing-masing. Namun, percayalah Tuhan tidak pernah mengabaikan kebutuhan kita. Tuhan selalu ada untuk menolong dan mencukupkan apa yang kita butuhkan. Datang dan serahkanlah semuanya kepada Allah.

Dengan demikian, melepas kekhawatiran bukan lagi menggunakan energi, kekuatan kita. Namun, melepas kekhawatiran adalah berserah pada kekuatan Allah. Saya pun belajar untuk berserah kepada Tuhan. Apa pun kekhawatiran kita, marilah belajar untuk melepaskan dan menyerahkannya ke dalam kuasa Tuhan. Apakah Anda siap melepaskan kekhawatiran?

Refleksi Diri:
Apa kekhawatiran yang pernah Anda pikirkan sebelumnya? Apakah kekhawatiran tersebut benar terjadi?
Apa yang akan Anda lakukan untuk melepas dan menyerahkan kekhawatiran tersebut kepada Tuhan Yesus?
"
Share:

Jangan Asal Kutip!

Yunus 4:1-4; Keluaran 34:6-7.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
- 2 Timotius 3:16

Kasus penistaan agama yang dialami oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada September 2016 begitu menggemparkan Indonesia. Ahok merupakan sosok yang menonjol karena prestasi dan sepak terjangnya yang berani melawan korupsi sebagai gubernur DKI Jakarta pada waktu itu. Namun, karena pidatonya yang menggunakan ayat Al-Quran dipotong dan disebarkan sehingga memberikan kesan bahwa ia menista agama, Ahok harus mendekam di penjara, serta kehilangan jabatan gubernurnya. Peristiwa ini menunjukkan betapa destruktifnya membagikan informasi tanpa konteks yang menyertai. Demikian juga dengan membaca Alkitab.
Yunus menyampaikan keluhannya kepada Tuhan dengan menggunakan sebagian penyataan diri Tuhan di dalam kitab Keluaran. Yunus melakukannya untuk mendukung keluhannya kepada Tuhan. Ia cuma mengutip karakter Tuhan yang penuh kasih dan kesabaran (ay. 2; bandingkan Kel. 34:6) untuk mengeluhkan Tuhan yang tidak jadi menghukum orang Niniwe yang bertobat. Padahal di bagian yang ia kutip dalam kitab Keluaran juga menyatakan Tuhan itu adil (Kel. 34:7). Penyebabnya adalah Yunus merasa orang Niniwe yang bertobat dan tidak jadi dihukum adalah sesuatu yang salah. Ia merasa tidak seharusnya Tuhan mengampuni orang Niniwe. Dengan kata lain, ia merasa Tuhan salah.
Penggunaan ayat Alkitab yang hanya sebagian tanpa konteks yang benar, biasanya hanya untuk memuaskan rasa kebenaran pribadi. Membaca Alkitab dengan cara yang demikian merupakan hal yang berbahaya karena bukan kebenaran yang sungguh-sungguh benar yang disampaikan, melainkan kebenaran secara subjektif. Hal demikian juga dilakukan oleh Iblis ketika mencobai Yesus di padang gurun (Mat. 4:1-11). Membaca Alkitab dengan benar seharusnya membawa kita kepada penundukan hati di bawah Tuhan, bukan peninggian rasa kebenaran kita.
Orang Kristen yang sudah ditebus oleh Kristus juga perlu untuk diubahkan semakin serupa dengan Tuhan Yesus melalui pembacaan Alkitab dengan benar. Ketika orang Kristen menggunakan bagian-bagian Alkitab secara subjektif hasilnya adalah ajaran yang sesat dan menyimpang. Mari kita membaca Alkitab dengan utuh dan biarkan Roh Kudus dengan leluasa mengubah hati kita dengan firman Tuhan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah menggunakan ayat Alkitab hanya sebagian-sebagian untuk kepentingan pribadi? Apakah hasilnya memuliakan Tuhan?
Bagaimana seharusnya Alkitab mengubah kehidupan orang Kristen?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.