Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Cermin Karakter Allah

Rut 2:1-17, 20-22
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
- Matius 4:16
Keputusan seorang pemimpin negara dalam menjalankan negaranya menggambarkan kepribadian serta karakternya. Jika pemimpin tersebut adalah seseorang yang korup maka keputusan yang diambilnya akan menguntungkan dirinya atau orang-orang dekatnya tanpa peduli dengan keadilan. Berbeda dengan pemimpin yang memikirkan kepentingan masyarakat. Keputusan-keputusan yang dibuatnya tentu akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat. Kejadian yang Rut alami dalam bagian Alkitab ini merupakan bagian dari peraturan yang Tuhan tetapkan bagi orang Israel. Apa karakter Tuhan yang tercermin dalam bagian ini?
Salah satu karakter Tuhan yang terlihat jelas adalah peduli terhadap orang-orang yang lemah dalam komunitas. Status Naomi dan Rut sebagai janda dalam suatu komunitas membuat mereka rentan menerima perlakuan semena-mena dari orang lain, apalagi ditambah status Rut sebagai orang Moab (musuh orang Israel). Namun, dalam perikop bacaan hari ini terlihat Rut diizinkan untuk memungut jelai yang tersisa di ladang milik Boas. Rut dapat melakukannya karena Tuhan telah mengatur agar hidup orang miskin dan orang asing agar tetap terpelihara (lih. Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19). Boas, sebagai pemilik ladang, bahkan menunjukkan kebaikan yang lebih dari yang ditentukan oleh Tuhan (ay. 8-9, 14-17). Sungguh sebuah komunitas yang mencerminkan kasih Allah.
Orang-orang yang ditebus oleh Tuhan Yesus pun memiliki panggilan untuk mencerminkan Injil-Nya dalam kehidupan. Tuhan Yesus mengatakan murid-murid-Nya adalah garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Murid Yesus sebagai garam memberikan pengaruh yang dapat terasa bagi orang sekitarnya dan sebagai terang untuk menunjukkan perbuatan yang baik sehingga Bapa di surga dimuliakan. Kehidupan yang berpengaruh dan memuliakan Bapa terlihat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem (Kis. 2:41-47). Kehidupan mereka saling berbagi dan mengasihi sehingga dicatat “… Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka …” (ay. 47).
Panggilan Tuhan Yesus kepada orang Kristen masa kini tidak berubah, Ia rindu hidup orang Kristen memuliakan Bapa di surga. Yesus tidak meminta untuk melakukan hal yang di luar kekuatan kita, tetapi hal yang dapat dilakukan sehari-hari. Mari belajar untuk melakukan dengan setia cara hidup yang mencerminkan kasih Yesus yang memuliakan Bapa di surga.

Refleksi Diri:
Apa karakter Anda yang mencerminkan karakter Allah dalam keseharian Anda?
Apa komitmen yang mau Anda lakukan untuk mencerminkan kasih Yesus dalam kehidupan?"
Share:

Bukan Agama Lahiriah

Galatia 4:1-11

Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
- Galatia 4:10

Ada berbagai alasan orang pergi beribadah ke gereja. Beberapa orang mengatakan, “Gimana ya, kalau nggak ke gereja, rasanya hati nggak tenang.” Yang lain berpendapat, “Itu sudah kewajiban orang Kristen.” Ada lagi, “Saya kangen dengan teman-teman.”

Apa pun alasannya, kita harus memahami hakikat iman Kristen bukanlah melaksanakan ritus atau upacara keagamaan. Seolah kalau sudah melakukan ritus maka tugas kita kepada Tuhan selesai. Dalam kekristenan, sangat sedikit sekali perintah untuk melakukan ritus keagamaan karena hakikat iman adalah relasi hati kita dengan hati Tuhan. Ritus keagamaan hanyalah sebatas cara untuk mendekat kepada Tuhan.

Dalam Galatia 4, Rasul Paulus menegur jemaat Galatia yang percaya kepada Injil plus, yang tidak murni. Injil yang mewajibkan orang Kristen untuk menaati hukum Taurat dan ritus-ritus agama. Paulus menjelaskan bahwa status mereka sudah bukan lagi hamba hukum Taurat, tetapi anak Allah. “Kok mau-maunya kalian menghambakan diri kembali pada ‘roh-roh dunia yang lemah dan miskin’”? (bdk. Gal 4:9). Mengapa kalian mau turun derajat? Mengapa iman atau keyakinan kalian menjadi sekadar iman lahiriah? Mengapa kalian sibuk dengan “memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun”? Apakah dengan berbuat seperti itu kalian merasa sudah beriman? Mengapa kalian tidak mengutamakan persekutuan yang intim, hangat, dan bebas seperti seorang anak dengan ayahnya?

Mari kita mengevaluasi kehidupan rohani kita. Apakah kita masih beribadah karena alasan kewajiban, kebiasaan atau tradisi? Kita berdoa karena sudah terbiasa sejak lama? Kita membaca Alkitab karena diharuskan orangtua ketika masih kecil? Kita memberi persembahan karena janji diberkati berkali lipat? Apakah dengan menunaikan semua kewajiban itu kita merasa sudah menjadi orang Kristen yang berkenan kepada Allah? Ibadah di gereja, membaca Alkitab, berdoa, memberi persembahan dan lainnya adalah hal yang baik dan bermanfaat tetapi hakikat iman Kristen bukan menunaikan kewajiban agama. Hakikat iman Kristen adalah persekutuan hangat dan erat dengan Tuhan Yesus. Tradisi hanyalah sarana untuk membawa kita pada persekutuan indah tersebut.

Refleksi Diri:

Apakah Anda setuju atau tidak dengan pernyataan ini: tradisi atau kewajiban agama adalah hal yang baik, tetapi bukan hakikat iman Kristen? Mengapa?
Bagaimana orang Kristen seharusnya bersikap terhadap tradisi atau kewajiban agama?"
Share:

Saat Sulit Mengambil Keputusan

Roma 12:1-2

…sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna,
- Roma 12:2b

Pengambilan keputusan selalu menjadi bagian di dalam hidup kita. Ada keputusan-keputusan sederhana yang bisa kita ambil tanpa ragu akan konsekuensi dari keputusan tersebut karena pengaruhnya tidaklah begitu besar terhadap diri kita, misalnya mau makan apa, pilih menu apa saja, pergi ke kantor pakai baju apa, pilih kegiatan tidur atau nonton TV, dll. Namun, ada juga keputusan-keputusan besar yang harus diambil yang memengaruhi masa depan kita, seperti kuliah dimana setelah lulus SMU, memilih profesi di antara banyak pilihan pekerjaan, menetapkan hati atas pasangan hidup atau memilih berjemaat di gereja mana, dll. Keputusan-keputusan seperti ini tidak diterangkan secara spesifik di dalam Alkitab bagaimana harus memutuskannya.

Terkadang kita menemui kesulitan untuk mengambil keputusan dalam hidup. Tidak ada formula khusus yang bisa menuntun seseorang mengambil keputusan tanpa ada keraguan atau kesalahan. Sekalipun tidak dijelaskan secara detail bagaimana cara kita mengambil keputusan, tetapi yang harus kita pertimbangkan dalam pengambilan setiap keputusan adalah sesuai dengan rambu-rambu yang Tuhan sudah tetapkan. Salah satu hal yang membuat kita mengerti akan rambu tuntunan Tuhan adalah memiliki relasi dengan Tuhan.

Ayat emas menyampaikan supaya kita berubah oleh pembaharuan budi yang dihasilkan dari relasi dengan Tuhan. Saat pikiran kita diasah oleh firman Tuhan, kita akan semakin peka pada tuntunan Tuhan. Paulus juga mengatakan bahwa dengan berdoa, kita mengerti proses bimbingan dari Tuhan (Kol. 1:9-10). Inilah langkah paling awal, yaitu menjadikan Tuhan pusat hidup kita dalam menentukan setiap langkah hidup kita. Sekalipun kita tidak yakin 100% dengan keputusan yang diambil, tetapi percayalah di dalam semuanya ada Roh Kudus yang memberikan kita hikmat untuk membimbing kita dan Dia akan senantiasa menyertai kita. Yang patut dicermati, jangan melanggar rambu-rambu-Nya.

Ingatlah bahwa ketika Yesus memberikan diri-Nya untuk menyelamatkan kita, hidup kita sepenuhnya ada di dalam rencana-Nya (Rm. 8:28). Apa pun keputusan yang diambil, kita bisa lebih tenang karena Yesus campur tangan di dalam hidup kita. Saat-saat sulit mengambil keputusan adalah momen paling baik untuk bergumul sekaligus berelasi dengan Tuhan.

Refleksi Diri:
Apa keputusan sulit yang harus Anda ambil saat ini? Apakah Anda sudah mengujinya sesuai dengan rambu-rambu Tuhan?
Apa dasar paling penting bagi Anda sebagai orang percaya, saat mau mengambil keputusan?
"
Share:

Jerat Cinta Uang

1 Timotius 6:6-10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah, beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
-1 Timotius 6:10

Kita harus mengakui uang sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Dengan uang, manusia bisa menikmati makanan dan minuman, membeli pakaian, mencukupkan kebutuhan, dan meneruskan kelangsungan hidup. Uang juga memampukan kita membeli apa pun yang dikehendaki dan diingini. Tidaklah heran jika sebagian besar manusia, tujuan hidupnya adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Semuanya demi memuaskan kehendak dan keinginan pribadi.
 Alkitab tidak anti orang kaya. Alkitab juga tidak anti terhadap uang. Yang Alkitab peringatkan kepada setiap kita pengikut Kristus adalah jangan menghambakan diri kepada uang. Uang seharusnya tidak lebih daripada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan hidup manusia. Uang bukanlah tujuan akhir yang sebenarnya dari hidup manusia. Jangan diperbudak oleh uang.
 Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus bahwa cinta uang adalah hal yang sangat berbahaya dan bertentangan dengan gaya hidup orang-orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus. Paulus juga menyatakan bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. 
Bukankah karena uang, manusia sangat mungkin menyakiti orang lain dan melakukan kejahatan demi kejahatan terhadap sesama? Orang-orang yang sangat mencintai uang akan melakukan apa pun termasuk menipu, mencuri, ataupun merusak hanya untuk mendapatkan uang. Paulus menyatakan bahwa orang-orang yang mencintai uang, sangat mungkin dengan mudah menjual imannya demi uang. Cinta uang seperti jerat yang bisa membuat seseorang mengalami begitu banyak pencobaan yang menguji imannya di dalam Kristus dan akhirnya kehilangan tujuan hidup yang sebenarnya. Orang yang kehilangan tujuan hidup akan berakhir pada kedukaan dan kesusahan hidup.
 Saudaraku, berhati-hatilah jika kita sudah terjerat ke dalam sifat cinta uang. Cinta uang akan menggerogoti seluruh aspek kehidupan kita, seperti pekerjaan, pertemanan, ataupun kekerabatan kita. Dampak yang paling buruk adalah kita kehilangan tujuan hidup. Sebagai anak-anak T uhan, uang bukanlah tujuan akhir hidup kita. Namun, uang sangat bisa digunakan sebagai alat menemukan tujuan hidup kita di dalam Yesus Kristus. Ingatlah, tujuan utama hidup anak-anak T uhan adalah memuliakan nama-Nya.

Refleksi Diri:
Apakah Anda terjerat sifat cinta uang? Apa yang Anda akan lakukan agar lepas dari jerat ini?
Apa tujuan hidup Anda sekarang? Apakah Anda telah menggunakan uang sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup?
"
Share:

Orang Kaya Yang Miskin

Markus 10:17-27

“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”
- Markus 10: 21b
Kaya dalam harta tapi miskin dalam iman. Inilah kenyataan pahit yang dialami orang kaya di dalam perikop hari ini. Orang kaya ini datang menghampiri Yesus ketika Dia sedang dalam perjalanan bersama murid-murid-Nya. Ia digambarkan sebagai seorang yang masih muda, juga seorang pemimpin yang punya kuasa (Luk. 18:18). Muda, punya kuasa, dan kaya raya, inilah gambaran orang yang sedang berlutut di hadapan Yesus, mencari sesuatu dari diri-Nya. Ia sedang mencari cara untuk mendapatkan hidup yang kekal (ay. 17).
Pertanyaan yang diajukan orang kaya adalah sebuah pertanyaan luar biasa, yang bahkan tidak pernah dipertanyakan oleh para murid. Pria muda kaya ini bukanlah orang biasa. Beberapa tafsiran mengatakan bahwa ia rajin melayani dan beribadah di bait Allah karena ketika Yesus menantangnya untuk menjalankan hukum Taurat, ia menyatakan bahwa dirinya telah melakukan semua yang diajarkan oleh hukum Taurat. Orang kaya ini merasa hidup kekal sudah ada dalam genggamannya.
Mendengar jawaban orang kaya ini, Yesus malah menaruh belas kasihan lalu menyuruhnya untuk meninggalkan semua hartanya dan mengikut Dia (ay. 21). Alih-alih mengikut Yesus, ia malah membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Yesus. Orang muda kaya pergi dengan kekecewaan dan dukacita karena hartanya banyak. Terlalu berharga untuk ditinggalkan demi mengikut Yesus (ay. 22). Jawaban untuk hidup kekal sudah di depan mata, tetapi orang kaya ini menutup matanya.
Yesus tidak mengajarkan bahwa kekayaan itu jahat. Dia juga tidak mengajarkan bahwa kemiskinan lebih baik daripada kekayaan. Yesus mengajarkan bahwa menjadi seorang murid membutuhkan pengorbanan dan kekayaan terkadang menjadi sebuah halangan untuk mengikut Dia. Ada harga yang harus dibayar saat orang memutuskan untuk mengikut Yesus. Halangan apa pun yang menjadikan kita sulit untuk mengikut Dia bisa muncul karena Kristus tidak lagi menjadi yang terutama di dalam kehidupan kita. Jadikanlah Yesus prioritas pertama dan jangan biarkan diri Anda miskin secara iman.
Refleksi Diri:
Apakah Yesus Kristus telah menjadi yang terutama dalam hidup Anda? Apa buktinya?
Apa halangan terbesar Anda untuk mengikut Yesus secara total? Bagaimana cara Anda mengatasi halangan tersebut?
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.