Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hati: Pusat Kehidupanmu

(Lukas 6:43-45)

Yesus mengajarkan bahwa hati adalah pusat dari segala hal yang kita katakan dan lakukan. Kehidupan seseorang, baik atau buruk, terpancar dari keadaan hatinya. Maka, menjaga hati menjadi tugas yang sangat penting bagi setiap orang percaya.


1. Pohon yang Baik Menghasilkan Buah yang Baik

Yesus menggunakan ilustrasi pohon dan buah untuk menggambarkan manusia (ayat 43-44):

  • Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.
  • Pohon yang buruk menghasilkan buah yang buruk.

Demikian juga, manusia dikenali dari perbuatan dan perkataannya. Kehidupan yang mencerminkan kasih, kesabaran, dan kebenaran menunjukkan hati yang telah diperbaharui oleh Tuhan.


2. Hati adalah Pusat Kehidupan

Yesus menegaskan: "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik" (ayat 45).

  • Perkataan dan perbuatan adalah cerminan dari isi hati.
  • Jika hati dipenuhi kebencian, iri hati, dan kepalsuan, maka perkataan dan tindakan akan mencerminkan hal itu.

Sebaliknya, hati yang dipenuhi kasih, damai sejahtera, dan kebenaran akan menghasilkan perkataan dan perbuatan yang membawa berkat bagi orang lain.


3. Menjaga Hati dengan Waspada

Penulis Amsal mengingatkan bahwa dari hati terpancarlah kehidupan (Ams 4:23). Karena itu, kita perlu:

  • Menjaga apa yang masuk ke dalam hati melalui pikiran, perasaan, dan lingkungan kita.
  • Menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan agar diperbaharui oleh Roh Kudus.

4. Tantangan Hidup sebagai Pengikut Kristus

Sebagai orang percaya, kita telah menerima hati yang baru melalui karya Kristus. Namun, hidup sesuai dengan hati yang diperbaharui bukanlah hal yang mudah:

  • Dunia sering kali menawarkan godaan yang membuat hati kita tercemar.
  • Kita memerlukan kekuatan dari Roh Kudus untuk menjaga hati agar tetap selaras dengan firman Tuhan.

Kesimpulan

Hati yang baik akan menghasilkan kehidupan yang baik, dan hati yang buruk akan menghasilkan hal-hal yang merusak. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjaga hati agar perkataan dan tindakan kita menjadi kesaksian yang memuliakan Tuhan.

Doa:
"Tuhan Yesus, aku bersyukur atas hati yang telah Engkau perbaharui. Tolong aku untuk menjaga hatiku tetap murni di hadapan-Mu. Kiranya hidupku, melalui perkataan dan perbuatanku, dapat mencerminkan kasih dan kebenaran-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin."

Share:

Bahaya Kemunafikan

Lukas 6:37-42

Kemunafikan adalah salah satu sikap yang dapat merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama. Yesus memperingatkan agar kita tidak terjebak dalam sikap ini, sebab ia membawa keburukan bagi diri sendiri dan orang lain.

1. Jangan Menghakimi dan Menghukum

Yesus berkata, "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi; dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum" (ayat 37).

  • Menghakimi sering kali dilakukan dengan ukuran standar pribadi, bukan dengan kasih dan kebenaran Allah.
  • Orang yang sadar akan kasih karunia Allah akan lebih memilih mengampuni daripada mencela.

Kita dipanggil untuk menunjukkan kemurahan hati sebagaimana Allah telah bermurah hati kepada kita.

2. Ukuran yang Dipakai Akan Dibalas Setimpal

Yesus mengajarkan bahwa ukuran yang kita pakai untuk menilai orang lain akan kembali kepada kita (ayat 38). Jika kita bermurah hati, kita akan menuai kemurahan hati. Sebaliknya, jika kita cepat menghakimi, kita pun akan dihakimi.

3. Hindari Pemimpin dan Guru yang Munafik

Yesus memberikan peringatan: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?" (ayat 39).

  • Seorang pemimpin atau guru yang munafik akan menyesatkan pengikutnya.
  • Kita harus mencari teladan hidup yang sesuai dengan ajaran Kristus.

4. Melihat Balok di Mata Sendiri

Salah satu tanda kemunafikan adalah cepat melihat kesalahan orang lain tetapi mengabaikan kelemahan diri sendiri (ayat 41-42).

  • Sebelum kita mencoba mengoreksi orang lain, kita harus memastikan bahwa kita telah memperbaiki diri terlebih dahulu.
  • Mengoreksi dengan kasih adalah tindakan yang benar, tetapi harus dilakukan dengan kerendahan hati dan hati yang murni.

5. Belajar dari Teladan Yesus

Yesus adalah teladan sempurna dalam menghindari kemunafikan. Ia mengajarkan kita untuk:

  • Tidak menghakimi orang lain, tetapi mengasihi mereka.
  • Mengampuni, sebagaimana kita telah diampuni.
  • Bertindak dengan kerendahan hati dan kasih, bukan dengan kesombongan.

Kesimpulan

Kemunafikan adalah bahaya besar yang harus kita jauhi. Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih karunia, menunjukkan belas kasihan kepada sesama, dan mengoreksi diri sendiri sebelum menilai orang lain.

Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih atas kasih karunia-Mu yang besar dalam hidupku. Ajar aku untuk hidup tanpa kemunafikan, melainkan dengan hati yang penuh kasih dan kemurahan. Tolong aku agar dapat melihat kesalahanku terlebih dahulu sebelum aku mengoreksi orang lain. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin."

Share:

Kasihilah Musuhmu! Inilah Perintah-Nya!

(Lukas 6:27-36)

Hidup sebagai pengikut Kristus menuntut komitmen yang tidak biasa, terutama dalam hal mengasihi orang-orang yang memusuhi kita. Yesus tidak hanya meminta kita mengasihi teman, tetapi juga musuh. Ini adalah ajaran yang sulit, tetapi inilah panggilan mulia bagi setiap murid Kristus.


---

1. Mengasihi Lebih dari Sekadar Perasaan

Kasih yang diajarkan Yesus bukanlah kasih yang sentimental atau hanya berupa rasa simpati. Kasih ini diwujudkan melalui tindakan nyata:

Berbuat baik kepada mereka yang membenci kita (ayat 27).

Memberkati dan mendoakan mereka yang mengutuk kita (ayat 28).

Memberi tanpa mengharapkan balasan (ayat 30-31).


Kasih ini adalah kasih yang aktif dan rela berkorban.


---

2. Kasih yang Berbeda dari Dunia

Dunia mengajarkan "balas dendam" atau "mengasihi yang mengasihi kita." Namun, Yesus mengajarkan standar yang berbeda:

Jika seseorang menampar pipi kita, berilah pipi yang lain (ayat 29).

Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan kebaikan.


Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kasih Kristus jauh melampaui standar duniawi, menjadikan kita sebagai anak-anak Allah yang penuh kemurahan (ayat 35-36).


---

3. Teladan Yesus dalam Mengasihi Musuh

Yesus sendiri memberi teladan agung dalam hal mengasihi musuh. Ketika disalibkan, Ia berdoa bagi orang-orang yang menyalibkan-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Kasih seperti ini adalah kasih ilahi yang menjadi teladan bagi kita semua.


---

4. Mengasihi Musuh sebagai Tindakan Praktis

Ketika menghadapi konflik atau gesekan:

Jangan terpancing untuk membalas kebencian dengan kebencian.

Lakukan kebaikan secara praktis: beri bantuan, tunjukkan keramahan, atau sekadar berdoa bagi mereka.

Dengan kasih, kita dapat mengubah hati yang keras menjadi lembut dan mencerminkan kasih Allah (Rm 12:20-21).



---

Kesimpulan

Mengasihi musuh adalah perintah langsung dari Tuhan, bukan sekadar permintaan. Dengan melakukannya, kita menjadi saksi kasih Kristus yang berbeda dari dunia.

Doa:
"Tuhan, ajar aku untuk mengasihi musuh-musuhku. Berikan aku hati yang penuh kasih, kesabaran, dan kerendahan hati untuk mempraktikkan firman-Mu. Mampukan aku menjadi terang bagi dunia melalui kasih-Mu. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Hidupmu Berbeda!

(Lukas 6:20-26)

Hidup sebagai pengikut Kristus bukanlah tentang menyamakan diri dengan dunia, tetapi menjalankan nilai-nilai yang Kristus ajarkan, yang sering kali bertentangan dengan cara dunia hidup.


---

1. Nilai-nilai yang Bertolak Belakang

Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati ada pada kerendahan hati, kebergantungan pada Allah, dan keberanian menderita demi kebenaran (ayat 20-23). Sebaliknya, dunia sering kali menawarkan kebahagiaan semu berupa kekayaan, kepuasan diri, dan pengakuan dari manusia (ayat 24-26).

Refleksi:

Apakah hidup kita mencerminkan nilai-nilai Kristus atau nilai-nilai dunia?

Sudahkah kita bersukacita dalam penderitaan demi kebenaran, atau justru terjebak mencari pengakuan dari manusia?



---

2. Peringatan untuk Hidup Sejati

Yesus mengingatkan bahaya kemunafikan dan kesalehan yang hanya bertujuan mencari pujian manusia. Nabi-nabi palsu dalam Perjanjian Lama dipuji oleh raja dan rakyat karena mereka menyampaikan hal-hal yang menyenangkan telinga, bukan kebenaran dari Allah (ayat 26b).

Aplikasi:

Sebagai jemaat, jangan hanya ingin mendengar apa yang menyenangkan hati. Carilah firman yang menegur dan membangun iman.

Sebagai pelayan Tuhan, fokuslah pada kebenaran firman Tuhan, bukan pada popularitas atau pujian manusia.



---

3. Hidup yang Berkenan pada Tuhan

Hidup sebagai pengikut Kristus adalah hidup yang berbeda—hidup yang dibangun atas dasar kerendahan hati, kebenaran, dan kasih kepada Allah. Kebahagiaan sejati ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, bukan dalam kenyamanan duniawi.

Doa:
"Tuhan, jadikan hidupku berbeda. Ajarkan aku untuk memegang teguh nilai-nilai yang Engkau ajarkan, meskipun itu berarti harus melawan arus dunia. Pakailah hidupku untuk menyenangkan-Mu, bukan manusia. Dalam nama Yesus, Amin."


---

Berkat Doa untuk Kita Semua
Semoga Tuhan memberkati hidupmu, pekerjaanmu, dan keluargamu. Kiranya damai sejahtera, sukacita, dan kesehatan dari Tuhan melimpah atasmu. Tuhan Yesus memimpin setiap langkah kita memasuki tahun baru dengan hikmat, kekuatan, dan berkat yang baru. Amin!

Share:

Sertakan Tuhan dalam Pilihan Kita

(Lukas 6:12-16)

Hidup ini penuh dengan pilihan, mulai dari yang sederhana hingga yang menentukan masa depan. Dalam teks ini, Yesus memberi teladan bagaimana melibatkan Tuhan dalam pengambilan keputusan penting, khususnya ketika memilih dua belas murid yang akan menjadi rasul-Nya.

1. Berdoa Sebelum Memilih

Yesus menghabiskan malam dalam doa di atas bukit sebelum menentukan siapa saja yang akan dipilih menjadi murid-Nya (ayat 12). Ini menunjukkan bahwa keputusan besar membutuhkan bimbingan Allah. Yesus, yang adalah Anak Allah, tetap bergantung kepada Allah Bapa dalam setiap langkah-Nya.

Aplikasi:

Sebelum mengambil keputusan besar, kita perlu menyediakan waktu untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, bahkan berpuasa jika diperlukan.

Libatkan Tuhan, karena Dia mengetahui apa yang terbaik untuk kita (Ams. 3:5-6).

2. Pemilihan yang Tidak Mudah

Yesus memilih dua belas orang dari banyak pengikut-Nya (ayat 13). Di antara mereka, ada yang kelak menjadi pemimpin besar seperti Petrus dan Yohanes, tetapi ada juga yang akan mengkhianati-Nya, yaitu Yudas Iskariot (ayat 16).

Walaupun Yudas akhirnya mengkhianati Yesus, pilihannya tetap dalam kendali rencana Allah. Melalui pengkhianatan Yudas, misi penebusan dosa digenapi.

Aplikasi:

Pilihan kita mungkin tidak selalu terlihat ideal di mata manusia, tetapi Tuhan dapat memakai setiap keputusan kita untuk kebaikan (Roma 8:28).

Belajarlah percaya bahwa rencana Tuhan lebih besar daripada pemahaman kita.

3. Mengandalkan Tuhan dalam Setiap Pilihan

Yesus menunjukkan bahwa setiap keputusan, besar atau kecil, harus dilandasi oleh hubungan yang intim dengan Allah. Dengan melibatkan Tuhan, kita dapat memiliki keyakinan dan damai sejahtera dalam menjalani konsekuensi dari pilihan kita.

Aplikasi:

Jangan hanya mengandalkan logika atau pendapat orang lain. Sertakan Tuhan dalam doa sebelum memutuskan sesuatu.

Percayalah bahwa Tuhan akan memberi hikmat dan kekuatan untuk menjalani pilihan yang sudah kita ambil.

Kesimpulan

Yesus memberi teladan untuk selalu melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan. Doa bukan hanya sekadar formalitas, tetapi cara kita menyerahkan hidup sepenuhnya kepada bimbingan Tuhan.

Doa:
"Tuhan, ajar kami untuk melibatkan Engkau dalam setiap pilihan hidup kami, baik yang sederhana maupun yang sulit. Berilah kami hikmat untuk memilih yang sesuai dengan kehendak-Mu dan kekuatan untuk menjalani konsekuensinya dengan setia. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin."

Semoga kita selalu menyertakan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita!

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.