Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Dihibur oleh Yesus

(Lukas 7:11-17)

Kehilangan orang terkasih adalah pengalaman yang sangat berat, dan dukacita yang mendalam dapat membuat seseorang merasa terpuruk. Namun, kisah di Nain ini menunjukkan bahwa Yesus adalah sumber penghiburan sejati bagi mereka yang berduka.


1. Yesus Melihat dan Berbelas Kasihan

Ketika Yesus melihat ibu di Nain yang telah kehilangan suami dan kini kehilangan anak satu-satunya, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia tidak hanya mengucapkan kata-kata, tetapi bertindak untuk membawa penghiburan yang nyata (ayat 13-14).

  • Refleksi: Yesus selalu memperhatikan pergumulan dan air mata kita. Ia peduli dan penuh kasih terhadap penderitaan kita.

2. Kuasa Yesus Membawa Kehidupan

Dengan otoritas-Nya, Yesus membangkitkan anak muda itu dari kematian (ayat 14-15). Tindakan-Nya ini menunjukkan kuasa-Nya atas kehidupan dan kematian. Bagi sang ibu, penghiburan ini adalah bukti nyata kasih Allah.

  • Refleksi: Dalam situasi hidup yang tampaknya mustahil, kuasa Yesus sanggup memulihkan dan mengubah dukacita menjadi sukacita.

3. Kehadiran Yesus Membawa Pengharapan

Bagi rombongan pelayat, peristiwa ini mengubah tangisan mereka menjadi pujian. Mereka menyadari bahwa Allah telah mengunjungi umat-Nya (ayat 16).

  • Refleksi: Kehadiran Yesus membawa pengharapan, bahkan di tengah kehilangan. Penghiburan sejati bukan hanya dalam bentuk pemulihan fisik, tetapi juga damai sejahtera di hati yang hanya dapat diberikan oleh-Nya.

Penghiburan bagi Kita Hari Ini

Ketika kita menghadapi dukacita, ingatlah bahwa Yesus adalah penghibur kita. Melalui Roh Kudus, Dia memberikan kekuatan dan pengharapan. Bahkan di tengah kehilangan, kita dapat bersandar pada janji Tuhan bahwa orang-orang yang meninggal dalam Tuhan akan bersama-Nya di surga.


Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau selalu peduli terhadap pergumulan kami. Ketika kami menghadapi dukacita, hiburlah hati kami dengan kasih-Mu. Berikan kami kekuatan untuk terus percaya bahwa Engkau adalah Allah yang memulihkan dan membawa pengharapan. Dalam segala hal, kami berserah penuh kepada-Mu. Amin."

Share:

Meneguhkan Iman Kita

(Lukas 7:1-10)

Kisah perwira di Kapernaum memberi teladan tentang iman, kasih, dan kerendahan hati yang patut kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari.


1. Kasih yang Nyata

Pada masa itu, seorang hamba dianggap sebagai alat atau properti. Namun, perwira ini memperlihatkan kasih yang tulus kepada hambanya yang sedang sakit keras. Ia tidak hanya peduli tetapi juga bertindak, mencari pertolongan kepada Yesus demi menyelamatkan hambanya (ayat 3-5).

  • Poin refleksi: Apakah kita peduli terhadap penderitaan orang lain? Kasih sejati tidak hanya berupa empati, tetapi juga tindakan nyata untuk membantu mereka yang membutuhkan.

2. Iman yang Besar

Perwira tersebut memiliki iman yang luar biasa. Ia percaya bahwa Yesus hanya perlu berkata sepatah kata saja untuk menyembuhkan hambanya (ayat 7). Ia menyadari otoritas Yesus sebagai Tuhan, melebihi keterbatasannya sebagai manusia. Yesus sendiri memuji iman perwira ini sebagai iman yang besar (ayat 9).

  • Poin refleksi: Apakah kita sungguh percaya bahwa Tuhan sanggup melakukan perkara besar dalam hidup kita? Iman bukan hanya percaya, tetapi juga berserah penuh kepada kuasa-Nya tanpa keraguan.

3. Iman yang Berdampak

Karena iman perwira itu, hambanya disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa iman seseorang bisa membawa berkat bagi orang lain (ayat 10).

  • Poin refleksi: Bagaimana iman kita memengaruhi keluarga, teman, atau komunitas di sekitar kita? Apakah kita menjadi saluran berkat bagi mereka melalui doa, kasih, dan kesaksian hidup?

Teguhkan Iman di Tengah Pergumulan

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Dalam setiap pergumulan hidup, janganlah ragu akan kuasa Tuhan. Tidak peduli betapa beratnya situasi yang kita hadapi, tiada yang mustahil bagi Tuhan.


Doa:
"Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk memiliki iman seperti perwira di Kapernaum. Berikan kami hati yang peduli kepada sesama dan keyakinan yang kokoh akan kuasa-Mu. Dalam segala pergumulan hidup, kami percaya bahwa Engkau selalu menyertai dan menolong kami. Kiranya hidup kami memuliakan nama-Mu. Amin."

Share:

Murid Sejati versus Murid Palsu

(Lukas 6:46-49)

Yesus memberikan perumpamaan tentang murid sejati dan murid palsu. Ia menegur mereka yang hanya menyebut-Nya "Tuhan" tetapi tidak menaati firman-Nya. Dalam pengajaran-Nya, ketaatan adalah ciri utama murid sejati.


1. Ciri Murid Sejati

Murid sejati adalah orang yang:

  • Datang kepada Yesus: Menjadikan Yesus pusat hidupnya dan memiliki hubungan yang erat dengan-Nya.
  • Mendengarkan firman-Nya: Membuka hati untuk firman Tuhan dan membiarkan firman itu mengubah hidupnya.
  • Melakukan firman-Nya: Tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pelaku firman.

Yesus mengumpamakan murid sejati seperti orang yang membangun rumah di atas fondasi yang kuat. Rumah itu tetap berdiri kokoh meskipun badai datang (ayat 48). Hal ini menggambarkan hidup yang tetap teguh dalam iman meskipun menghadapi berbagai tantangan.


2. Ciri Murid Palsu

Murid palsu adalah orang yang:

  • Datang kepada Yesus, tetapi hanya secara formal atau ritual, tanpa hubungan yang sungguh-sungguh.
  • Mendengarkan firman Tuhan, tetapi tidak merenungkan atau melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka diumpamakan seperti orang yang membangun rumah tanpa fondasi. Ketika badai datang, rumah itu roboh (ayat 49). Hidup mereka tidak memiliki dasar iman yang kokoh sehingga mudah goyah saat menghadapi kesulitan.


3. Panggilan untuk Menguji Diri

Yesus mengajak kita untuk memeriksa hati kita:

  • Apakah kita hanya menyebut Dia Tuhan, tetapi tidak menaati firman-Nya?
  • Apakah firman Tuhan yang kita dengar sudah mentransformasi hidup kita?
  • Apakah kita membangun hidup di atas fondasi iman yang kokoh, yaitu kebenaran firman Tuhan?

Kesimpulan

Menjadi murid sejati berarti hidup dalam ketaatan kepada Kristus. Ketaatan itu membawa kekuatan untuk menghadapi badai kehidupan. Mari kita berkomitmen untuk mendengar, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.


Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah memanggil kami menjadi murid-Mu. Tolong kami agar tidak hanya mendengar firman-Mu, tetapi juga melakukannya dalam kehidupan kami. Kiranya hidup kami mencerminkan kasih dan ketaatan kepada-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin."

Share:

Hati: Pusat Kehidupanmu

(Lukas 6:43-45)

Yesus mengajarkan bahwa hati adalah pusat dari segala hal yang kita katakan dan lakukan. Kehidupan seseorang, baik atau buruk, terpancar dari keadaan hatinya. Maka, menjaga hati menjadi tugas yang sangat penting bagi setiap orang percaya.


1. Pohon yang Baik Menghasilkan Buah yang Baik

Yesus menggunakan ilustrasi pohon dan buah untuk menggambarkan manusia (ayat 43-44):

  • Pohon yang baik menghasilkan buah yang baik.
  • Pohon yang buruk menghasilkan buah yang buruk.

Demikian juga, manusia dikenali dari perbuatan dan perkataannya. Kehidupan yang mencerminkan kasih, kesabaran, dan kebenaran menunjukkan hati yang telah diperbaharui oleh Tuhan.


2. Hati adalah Pusat Kehidupan

Yesus menegaskan: "Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik" (ayat 45).

  • Perkataan dan perbuatan adalah cerminan dari isi hati.
  • Jika hati dipenuhi kebencian, iri hati, dan kepalsuan, maka perkataan dan tindakan akan mencerminkan hal itu.

Sebaliknya, hati yang dipenuhi kasih, damai sejahtera, dan kebenaran akan menghasilkan perkataan dan perbuatan yang membawa berkat bagi orang lain.


3. Menjaga Hati dengan Waspada

Penulis Amsal mengingatkan bahwa dari hati terpancarlah kehidupan (Ams 4:23). Karena itu, kita perlu:

  • Menjaga apa yang masuk ke dalam hati melalui pikiran, perasaan, dan lingkungan kita.
  • Menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan agar diperbaharui oleh Roh Kudus.

4. Tantangan Hidup sebagai Pengikut Kristus

Sebagai orang percaya, kita telah menerima hati yang baru melalui karya Kristus. Namun, hidup sesuai dengan hati yang diperbaharui bukanlah hal yang mudah:

  • Dunia sering kali menawarkan godaan yang membuat hati kita tercemar.
  • Kita memerlukan kekuatan dari Roh Kudus untuk menjaga hati agar tetap selaras dengan firman Tuhan.

Kesimpulan

Hati yang baik akan menghasilkan kehidupan yang baik, dan hati yang buruk akan menghasilkan hal-hal yang merusak. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjaga hati agar perkataan dan tindakan kita menjadi kesaksian yang memuliakan Tuhan.

Doa:
"Tuhan Yesus, aku bersyukur atas hati yang telah Engkau perbaharui. Tolong aku untuk menjaga hatiku tetap murni di hadapan-Mu. Kiranya hidupku, melalui perkataan dan perbuatanku, dapat mencerminkan kasih dan kebenaran-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin."

Share:

Bahaya Kemunafikan

Lukas 6:37-42

Kemunafikan adalah salah satu sikap yang dapat merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama. Yesus memperingatkan agar kita tidak terjebak dalam sikap ini, sebab ia membawa keburukan bagi diri sendiri dan orang lain.

1. Jangan Menghakimi dan Menghukum

Yesus berkata, "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi; dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum" (ayat 37).

  • Menghakimi sering kali dilakukan dengan ukuran standar pribadi, bukan dengan kasih dan kebenaran Allah.
  • Orang yang sadar akan kasih karunia Allah akan lebih memilih mengampuni daripada mencela.

Kita dipanggil untuk menunjukkan kemurahan hati sebagaimana Allah telah bermurah hati kepada kita.

2. Ukuran yang Dipakai Akan Dibalas Setimpal

Yesus mengajarkan bahwa ukuran yang kita pakai untuk menilai orang lain akan kembali kepada kita (ayat 38). Jika kita bermurah hati, kita akan menuai kemurahan hati. Sebaliknya, jika kita cepat menghakimi, kita pun akan dihakimi.

3. Hindari Pemimpin dan Guru yang Munafik

Yesus memberikan peringatan: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?" (ayat 39).

  • Seorang pemimpin atau guru yang munafik akan menyesatkan pengikutnya.
  • Kita harus mencari teladan hidup yang sesuai dengan ajaran Kristus.

4. Melihat Balok di Mata Sendiri

Salah satu tanda kemunafikan adalah cepat melihat kesalahan orang lain tetapi mengabaikan kelemahan diri sendiri (ayat 41-42).

  • Sebelum kita mencoba mengoreksi orang lain, kita harus memastikan bahwa kita telah memperbaiki diri terlebih dahulu.
  • Mengoreksi dengan kasih adalah tindakan yang benar, tetapi harus dilakukan dengan kerendahan hati dan hati yang murni.

5. Belajar dari Teladan Yesus

Yesus adalah teladan sempurna dalam menghindari kemunafikan. Ia mengajarkan kita untuk:

  • Tidak menghakimi orang lain, tetapi mengasihi mereka.
  • Mengampuni, sebagaimana kita telah diampuni.
  • Bertindak dengan kerendahan hati dan kasih, bukan dengan kesombongan.

Kesimpulan

Kemunafikan adalah bahaya besar yang harus kita jauhi. Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih karunia, menunjukkan belas kasihan kepada sesama, dan mengoreksi diri sendiri sebelum menilai orang lain.

Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih atas kasih karunia-Mu yang besar dalam hidupku. Ajar aku untuk hidup tanpa kemunafikan, melainkan dengan hati yang penuh kasih dan kemurahan. Tolong aku agar dapat melihat kesalahanku terlebih dahulu sebelum aku mengoreksi orang lain. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin."

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.