November 2025 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Renungan Harian : " Kamu Berbeda dengan Dunia "

Ilustrasi pribadi yang berdiri antara dua dunia: sisi gelap dan sisi terang, melambangkan panggilan hidup berbeda sebagai umat Tuhan

Ulangan 14

Kamu Berbeda dengan Dunia 

Ada kalanya kita merasa ingin membaur, menyesuaikan diri, atau terlihat seperti orang lain—agar diterima, agar tidak dianggap aneh, atau sekadar supaya hidup terasa lebih mudah. Namun firman Tuhan hari ini kembali mengingatkan: kita memang berbeda. Kita dipanggil berbeda. Kita dipilih untuk hidup dengan cara yang tidak sama dengan dunia.

Bangsa Israel pun dipanggil Allah untuk hidup berbeda dari bangsa-bangsa lain. Kekhasan mereka terlihat dari cara mereka merespons kesedihan, apa yang mereka makan, hingga bagaimana mereka mempersembahkan persepuluhan. Bukan karena hal-hal itu tampak lebih baik, tetapi karena Allah ingin identitas mereka mencerminkan siapa yang mereka sembah — Allah yang kudus.

Begitu pula kita saat ini.
Tidak semua tren perlu kita ikuti.
Tidak semua nilai dunia perlu kita telan.
Tidak semua gaya hidup yang tampak menarik harus kita jalani.

Karena kita bukan “seperti dunia.”
Kita adalah milik Kristus.

Ketika kita berkata bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat kita, itu berarti hidup kita pun perlu menunjukkan siapa yang memimpin hidup ini. Kekudusan kita penting. Taat dan jujur memang tidak populer. Rendah hati kadang dianggap kelemahan. Kesetiaan dianggap kuno. Namun justru di situlah letak perbedaan yang Allah rindukan muncul dalam diri kita.

Perbedaan itu bukan untuk membuat kita tinggi hati, tetapi agar dunia melihat terang Kristus melalui hidup kita — dalam cara kita bekerja, berbicara, mencintai, memaafkan, melayani, dan juga dalam keputusan-keputusan kecil yang kita ambil setiap hari.

Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri:
Apakah hidupku mencerminkan bahwa aku adalah milik Allah?
Atau diam-diam aku sebenarnya sedang menyesuaikan diri dengan dunia agar terlihat “sama”?

Biarlah kesadaran ini menumbuhkan kerinduan baru di hati kita untuk kembali menjaga kekhasan sebagai umat Tuhan — umat yang dipanggil untuk setia, taat, dan hidup bagi-Nya.

Doa

Tuhan, terima kasih karena Engkau memilih aku menjadi milik-Mu. Tolong aku untuk hidup berbeda, bukan karena ingin terlihat suci, tetapi karena ingin menyenangkan hati-Mu. Ajari aku untuk menjaga kekudusan, melakukan yang benar, dan tetap setia meski dunia menawarkan begitu banyak hal yang bertentangan dengan firman-Mu. Bentuklah hidupku menjadi kesaksian bagi banyak orang. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🌿 Renungan Harian " Waspada Terhadap Pengaruh Jahat "

Ulangan 13

Waspada Terhadap Pengaruh Jahat

Di zaman ini, penipuan dan ajaran palsu mudah sekali masuk ke dalam hidup kita—melalui media sosial, obrolan, bahkan orang-orang yang terlihat bijaksana. Tanpa kewaspadaan, hati kita dapat dengan cepat terseret untuk percaya pada suara yang tampaknya benar, tetapi sesungguhnya menyesatkan.

Hal ini bukan baru. Dalam Ulangan 13, Tuhan memperingatkan umat Israel bahwa pengaruh jahat bisa datang dari mana saja. Bahkan seseorang yang mengaku nabi atau pemimpin rohani pun bisa membawa ajaran yang mengarahkan umat kepada ilah lain (ay. 1–5). Tuhan menegaskan bahwa kebenaran harus selalu diuji, dan kesetiaan kepada-Nya harus menjadi dasar setiap keputusan.

Tidak hanya dari pemimpin, pengaruh menyesatkan juga bisa muncul dari orang-orang yang begitu dekat—dari keluarga sendiri (ay. 6–11). Bahkan seluruh kota dapat dipengaruhi untuk menyimpang dari Tuhan (ay. 12–18). Karena itu, Tuhan mengajarkan bahwa kewaspadaan lahir dari kesetiaan penuh kepada-Nya. Ketika hati melekat kepada Tuhan, kita tidak mudah terbawa arus pengaruh jahat.

Demikian juga bagi kita hari ini. Pengaruh jahat dapat datang dari luar maupun dari dalam diri kita—dari keinginan, emosi, bahkan pola pikir yang salah. Kita membutuhkan pertolongan Tuhan agar mampu membedakan mana suara kebenaran dan mana bujuk rayu yang menyesatkan.

Kewaspadaan rohani bukan sikap takut, tetapi sikap tinggal dekat dengan Tuhan. Ketika kita membiarkan firman-Nya menerangi hidup, kita dimampukan untuk menguji, menilai, dan menentukan keputusan yang benar. Kita tidak asal percaya, tetapi meneliti apakah pengajaran, dorongan, atau ajakan yang kita dengar sungguh berasal dari Tuhan.

Hari ini, mari bertanya pada diri sendiri:
Apakah aku sungguh hidup dalam kewaspadaan? Ataukah aku mulai longgar dan mudah terpengaruh oleh suara-suara yang menjauhkan hatiku dari Tuhan?

Tuhan memanggil kita untuk tetap dekat, tetap setia, dan tetap waspada. Di dalam kesetiaan kepada-Nya, kita menemukan perlindungan dan hikmat yang kita butuhkan.

Doa Penutup

Tuhan, tolong aku untuk memiliki hati yang waspada. Jauhkan aku dari pengaruh jahat dan dari ajaran yang menyesatkan. Berikan aku kepekaan rohani agar aku dapat membedakan mana yang benar menurut firman-Mu. Teguhkan kesetiaanku kepada-Mu setiap hari, supaya hidupku tetap berada dalam terang-Mu. Amin.

Share:

🌿 Renungan Harian - Betapa Baik Ketetapan-ketetapan Allah

Ilustrasi ibadah yang benar sesuai ketetapan Allah dalam Ulangan 12:29-32.

Ulangan 12:29-32

Betapa Baik Ketetapan-ketetapan Allah

Ketika Tuhan membawa Israel memasuki negeri yang baru, Ia tahu ada begitu banyak pola ibadah, cara hidup, dan nilai-nilai asing yang dapat menarik hati umat-Nya menjauh dari Dia. Karena itulah Tuhan memberikan ketetapan-ketetapan yang jelas—bukan untuk membatasi, tetapi untuk menjaga hati umat Israel tetap murni dalam penyembahan.

Melalui Musa, Tuhan melarang mereka meniru gaya penyembahan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ay. 29–30). Bagi Tuhan, mengikuti pola itu bukan hanya sebuah kesalahan—melainkan sesuatu yang menjijikkan (ay. 31), sebab Ia tidak mau disamakan dengan ilah mana pun. Ia adalah Allah yang hidup, yang suci, dan yang layak disembah hanya dengan cara yang Ia tetapkan.

Karena itu, Tuhan menegaskan:
“Janganlah engkau menambah atau mengurangi ketetapan-Ku” (ay. 32).
Perintah ini bukan hanya bagi Israel, tetapi juga bagi kita hari ini—agar ibadah kita tetap sesuai dengan hati Tuhan, bukan sekadar mengikuti tren dunia atau kenyamanan pribadi.

Ibadah yang benar bukan hanya soal ritual, tetapi mencerminkan kualitas spiritual seseorang. Tindakan, perkataan, dan sikap kita dalam hidup sehari-hari menunjukkan apakah kita benar-benar menghormati Tuhan atau tidak. Bila hidup kita jujur, tulus, dan diarahkan kepada Tuhan, maka kita sedang menyembah-Nya dengan cara yang Ia kehendaki.

Di tengah dunia yang penuh nilai-nilai yang bertentangan dengan firman, Tuhan memanggil kita untuk kembali menghargai ketetapan-Nya. Ketika kita taat, hidup kita dipenuhi sukacita dan berkat, sebab peraturan-peraturan-Nya selalu baik untuk kita.

Hari ini Tuhan mengajak kita bertanya:
Apakah ibadahku selama ini benar-benar berkenan kepada Tuhan, ataukah tanpa disadari aku ikut pola dunia yang menjauhkan hatiku dari-Nya?
Dalam kelemahan kita, Tuhan tetap memanggil kita untuk kembali, memperbaiki hati, dan beribadah dengan hormat dan syukur.

Doa Penutup

Tuhan, terima kasih untuk ketetapan dan peraturan-Mu yang selalu baik bagi hidupku. Ajar aku beribadah dengan cara yang benar, bukan mengikuti pola dunia, tetapi mengikuti kehendak-Mu. Lembutkan hatiku agar aku taat, tulus, dan setia kepada-Mu. Mampukan aku menjalani hidup yang memuliakan-Mu. Amin.

Share:

🌿 Renungan Harian : " Memperkuat Relasi dengan Allah "

Ilustrasi refleksi iman dan membangun relasi dengan Allah dari Ulangan 12:15-28

Ulangan 12:15-28

Memperkuat Relasi dengan Allah

Ketika kita berbicara tentang relasi dengan Allah, sering kali kita membayangkannya sebagai sebuah perasaan. Padahal, Alkitab menunjukkan bahwa relasi yang benar dibangun melalui ketaatan dan kesungguhan. Itulah yang kembali ditekankan Tuhan dalam bagian ini dari Ulangan 12.

Setelah pada ayat 1–14 Tuhan menegaskan pentingnya menjaga kekudusan ibadah, kini Ia menjelaskan lebih dalam mengenai cara hidup yang menyenangkan hati-Nya. Israel boleh menikmati makanan di kota mereka, tetapi persembahan yang kudus harus dibawa dan dimakan di hadapan Tuhan, di tempat yang Ia tentukan (ayat 15–18). Ibadah bukan sekadar pribadi, tetapi juga komunal—dilakukan bersama keluarga, hamba, dan orang Lewi, dengan sukacita yang mempersatukan mereka dalam hadirat Tuhan.

Peraturan-peraturan ini bukan sekadar ritual, melainkan sarana untuk menjaga hati umat tetap dekat kepada Allah. Tuhan ingin mereka belajar bahwa relasi dengan-Nya dibangun melalui ketaatan yang konkret, bukan hanya perasaan yang hangat sesaat.

Hal yang sama berlaku bagi kita hari ini.
Kita mungkin tidak lagi membawa kurban ke tempat tertentu, tetapi Tuhan tetap memanggil kita untuk membangun hubungan dengan-Nya melalui:

Ketaatan yang konsisten, bukan hanya saat suasana hati kita baik.
Kesucian hidup, yang memisahkan kita dari pola dunia.
Ketekunan, meski imannya diuji.
Kesetiaan, bahkan ketika tidak ada yang melihat.

Relasi dengan Tuhan bertumbuh bukan hanya karena kita sering berdoa, tetapi karena kita belajar menjalani hidup sebagai persembahan yang hidup bagi-Nya—di rumah, di pekerjaan, di pelayanan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita dengan sungguh-sungguh memperkuat hubungan dengan Tuhan, Ia pun memberikan berkat-Nya. Dan berkat itu bukan hanya materi, tetapi kekuatan, hikmat, dan kemampuan untuk menjadi saksi-Nya di mana pun kita ditempatkan.

Hari ini, mari bertanya dengan jujur kepada diri sendiri:
Apakah relasiku dengan Tuhan sedang dikuatkan, atau justru semakin melemah karena kurangnya ketaatan?
Jika lemah, Tuhan tidak menolak kita. Ia justru mengundang kita kembali untuk mendekat dengan hati yang tulus.

Doa Penutup

Ya Tuhan, ajar aku untuk memperkuat relasiku dengan-Mu melalui ketaatan, kesucian, dan kesetiaan. Berikan aku hati yang lembut untuk mengikuti firman-Mu, serta kekuatan untuk hidup sebagai persembahan yang memuliakan nama-Mu. Tuntun aku agar selalu hidup dekat dengan-Mu. Amin.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas | 30 November 2025


Lirik
Ku Masuk Ruang Maha Kudus

Kumasuk ruang Maha KudusDengan darah Anak DombaKumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha Kuasa
Kumasuk ruang Maha KudusDengan darah Anak DombaKumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha Kuasa
Kumenyembah—MuKusembah—MuKumenyembah—MuKusembah—Mu
S'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanKumasuk ruang Maha Kudus
Dengan darah Anak Domba
Kumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha KuasaKumenyembah—Mu
Kusembah—MuKumenyembah—MuKusembah—MuS'bab nama—Mu kudus
Kudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanKumenyembah—Mu
Kusembah—MuDan kumenyembah—Mu, yea yeahKusembah—MuS'bab nama—Mu kudusKudus, Tuhan
Oh, s'bab nama—Mu kudusKau kudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanS'bab nama—Mu kudus
Kudus, Tuhan

Ingat KasihNya

Begitu besar kasihMu BapaKau b'rikan anakMu yang tunggalDi saat aku percayaKasih menyelamatkanku
Bukan sebagai hakim duniaTapi peny'lamat yang berkorbanUntuk diriku Kau tebuskuKasih menyelamatkanku
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih Yesus bagiku
Hanya kasihmu Tuhan hu hu
Begitu besar kasihMu BapaKau b'rikan anakMu yang tunggalDi saat aku percayaKasih menyelamatkanku
Bukan sebagai hakim duniaTapi peny'lamat yang berkorbanUntuk diriku Kau tebuskuKasih menyelamatkanku
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih Yesus bagiku
KasihMu bebaskankuLepaskan dari belenggu dosakuDarahMu sucikankuHanya YesusHanya Yesus
KasihMu bebaskankuLepaskan dari belenggu dosakuDarahMu sucikankuHanya YesusHanya Yesus
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih YesusKasih Yesus kasih YesusKasih Yesus kasih YesusBagiku

Tuhan Selalu Menolongku

Musim akan selalu bergantiKasih Tuhan tetap abadiTak akan berubah, sampai selamanyaKu tetap percaya
Kuyakin Tuhan memberkatiKu yajin Tuhan melindungiBurung di udara Tuhan peliharaKarena kasih-Nya.
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuSehelai di rambutkuTak akan terjatuh tanpa seizin-Mu.
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuDia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupkuwo-wo oo hu wo-wo i-ye
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuSehelai di rambutkuTak akan terjatuh tanpa seizin-Mu
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuDia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupku
Dia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupkuha-aa ha-ya

Terhubung

Kasih-Mu layakkan s'luruh hidupkuMampukan ku melakukan yang Kau inginkan
Tak bisa ku terlepasKau menggenggam tangankuIngin lebih mengenal pribadi-Mu
Ku terhubung dengan-MuS'lalu melekat di hati-MuFirman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Kasih-Mu layakkan s'luruh hidupkuMampukan ku melakukan yang Kau inginkan (yang Kau inginkan)
Tak bisa ku terlepas (aku tak bisa)Kau menggenggam tangankuIngin lebih mengenal pribadi-Mu
Ku terhubung dengan-Mu (dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atas
Ku terhubung dengan-Mu (dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Hm, ooh-hoo-uuh-uuuTak mau ku terpisahkan dari-MuAku tak bisa apa-apa tanpa-MuOoh-uu-oohBawaku lebih dekat, lebih dalam lagi, huu-hoo-hoo
Ku terhubung dengan-Mu, Tuhan (terhubung dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atas
Ku terhubung dengan-MuS'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku

Berkat Anak Cucu

Begitu besar kasih Allah pada kitaDiberkatilah anak cucu kita di mana-manaTuhan mengubah miskin dan menjadikan kayaDia merendahkan dan meninggikan juga
Berbahagialah bagi orang yang percayaAnak cucunya pasti tidak akan meminta-mintaKarna Allah menggenapi firmanNyaTiada yang mustahil bagi orang percaya
Begitu besar kasih Allah pada kitaDiberkatilah anak cucu kita di mana-manaTuhan mengubah miskin dan menjadikan kayaDia merendahkan dan meninggikan juga
Berbahagialah bagi orang yang percayaAnak cucunya pasti tidak akan meminta-mintaKarna Allah menggenapi firmanNyaTiada yang mustahil bagi orang percaya
Share:

🌿 Renungan Harian - Menjaga Kesucian Hidup sebagai Ibadah

Ilustrasi ibadah dan kekudusan hidup berdasarkan Ulangan 12:1-14.

Ulangan 12:1-14

Menjaga Kesucian Hidup sebagai Ibadah

Ada kalanya kita mengambil keputusan untuk meninggalkan hidup lama—hidup yang penuh dengan pola dan kebiasaan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Namun pertanyaannya: apakah kita sungguh menjaga komitmen itu? Renungan hari ini dari Ulangan 12 mengajak kita kembali menata hati dan hidup di hadapan Tuhan.

Dalam bagian ini, Tuhan memberikan Israel ketetapan yang harus dijalani dengan setia. Melalui ketetapan itu, Allah mengingatkan bahwa menjaga kesucian hidup bukanlah sesuatu yang dilakukan setengah hati. Ada empat hal besar yang Ia minta dari umat-Nya:

  1. Menghancurkan segala bentuk berhala yang bisa merebut hati mereka (ayat 1-3).

  2. Menyembah TUHAN saja, satu-satunya Allah yang hidup (ayat 4-7).

  3. Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama, hidup yang berpusat pada diri sendiri dan dosa (ayat 8-12).

  4. Menjaga kekudusan ibadah, agar ibadah benar-benar menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan (ayat 13-14).

Israel tidak mungkin melakukan semua ini tanpa komitmen, ketekunan, dan kesabaran. Tetapi ketika mereka taat, hidup mereka menjadi ibadah yang sejati di hadapan Allah.

Dan sekarang, Tuhan bertanya hal yang sama kepada kita:
Apakah kita sudah sungguh-sungguh meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan firman-Nya?
Ataukah kita masih membiarkannya hidup, memengaruhi pilihan, pikiran, bahkan ibadah kita?

Menjaga kesucian hidup membutuhkan:
Keberanian untuk meninggalkan yang lama.
Ketekunan untuk tetap taat ketika godaan datang.
Hati yang fokus pada kebaikan Tuhan, agar kita terus ingat siapa yang kita layani.

Ketika hati kita tertuju pada kasih dan kebaikan Tuhan, perintah-perintah-Nya bukan lagi beban, tetapi menjadi bentuk ibadah yang indah. Kita belajar menjalani kekudusan bukan karena terpaksa, tetapi karena rindu menyenangkan hati-Nya.

Kiranya kita terus belajar, terus bertumbuh, dan tidak menyerah dalam menjaga kekudusan hidup sebagai ibadah sejati kepada Tuhan.

Doa Penutup

Tuhan, ajar aku untuk hidup suci dan tulus di hadapan-Mu. Berikan aku keberanian meninggalkan kebiasaan lamaku, dan berilah ketekunan untuk taat pada firman-Mu setiap hari. Jadikan hidupku sebuah ibadah yang memuliakan nama-Mu. Amin.

Share:

Renungan Harian : Setia Menjaga Perintah Allah

🙏 Setia Menjaga Hati: Kunci Kehidupan yang Melimpah

Ulangan 11:8-32

Seringkali, saat badai kesulitan menerpa atau ketika semangat hidup meredup, kita cenderung menyalahkan keadaan. Namun, firman Tuhan dari Ulangan hari ini mengingatkan kita dengan lembut namun tegas: kesulitan seringkali berakar dari kelalaian kita dalam menjaga perintah-Nya.

Bagi umat Israel kuno—dan bagi kita hari ini—kunci untuk menikmati janji dan berkat Tuhan bukanlah pada kekuatan kita sendiri, melainkan pada kesetiaan yang tulus. Tuhan merindukan kita untuk:

  1. Mengingat Perjanjian-Nya: Tidak pernah melupakan janji dan kasih-Nya.

  2. Menjaga Perintah-Nya: Menjadikan Firman-Nya pedoman mutlak dalam setiap keputusan.

  3. Menjauhi Berhala Duniawi: Tidak menggantikan-Nya dengan ambisi, harta, atau kepentingan fana.

Singkatnya, kesetiaan adalah mata uang surga. Di dalamnya terletak berkat, kekuatan, dan kemampuan kita untuk menjadi saluran kasih-Nya bagi sesama.

Ambillah waktu sejenak dan tarik napas dalam.

  • Jujur di Hadapan Tuhan: Kapan terakhir kali saya merasa jauh atau lesu? Apakah itu mungkin karena saya telah tanpa sadar mengganti Tuhan dengan "berhala" modern—pekerjaan, uang, hiburan, atau validasi dari orang lain?

  • Arah Kompas: Apakah perintah Tuhan masih menjadi kompas utama yang menentukan arah hidup saya, ataukah saya membiarkannya hanyut oleh arus kepentingan pribadi dan tekanan duniawi?

  • Pilihan Hari Ini: Berkat dan kutuk berada di hadapan kita. Pilihan kita untuk taat atau lalai menentukan jalan mana yang kita injak. Berkat sejati datang bukan dari apa yang kita dapatkan, tetapi dari hubungan yang utuh dengan Sumber Berkat itu sendiri.

Marilah kita tidak hanya membaca, tetapi juga melakukan. Jangan biarkan hati kita keras.

Tindakan Harian: Pilih satu area dalam hidup Anda hari ini—mungkin cara Anda menggunakan waktu, cara Anda berbicara, atau cara Anda menghadapi godaan—dan putuskan untuk menjadikannya bukti nyata dari ketaatan Anda kepada perintah-Nya.

Doa Hati: Ya Bapa yang Mahakasih, aku mengakui bahwa seringkali aku gagal menjaga perintah-Mu. Kepentingan duniawi telah mencuri fokus dan menghancurkan keintiman dengan-Mu.

Aku mohon, karuniakanlah kepadaku kesetiaan dan keteguhan hati yang baru. Bantu aku untuk menjadikan Firman-Mu sebagai pelita kakiku dan kompas jiwaku. Kuatkan aku agar aku tidak menggantikan Engkau dengan apa pun.

Teguhkan hatiku, agar melalui ketaatanku, berkat-Mu melimpah dan aku dapat membagikan kasih-Mu kepada setiap orang yang Engkau tempatkan dalam hidupku. Amin.

Share:

Renungan Harian : " Ingatlah Kebesaran-Nya "

Ingatlah Kebesaran-Nya

Ada masa-masa dalam hidup ketika kita begitu mudah melupakan apa yang telah Tuhan lakukan. Kita sibuk, kita lelah, kita tertekan, dan tanpa sadar hati kita menjauh dari sumber kekuatan sejati. Dalam bagian ini, Musa memanggil Israel—dan juga kita hari ini—untuk tidak lupa akan kebesaran Tuhan yang sudah mereka alami sendiri.

Bangsa Israel bukan hanya mendengar cerita tentang kuasa Allah; mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan memelihara mereka di padang gurun, melindungi mereka dari bahaya, dan menunjukkan kuasa-Nya melalui perbuatan yang dahsyat (ay. 2–5). Jika mereka pernah ragu, seharusnya pengalaman itu cukup untuk meneguhkan iman mereka.

Namun Musa juga mengingatkan sisi lain dari kebesaran Allah—keadilan-Nya. Pemberontakan Datan dan Abiram bukan sekadar gerakan melawan Musa, tetapi penolakan terhadap Allah sendiri. Tuhan pun bertindak tegas: tanah terbelah dan menelan mereka beserta keluarga dan segala kepunyaannya (ay. 6–7). Sebuah pengingat bahwa Allah yang kita sembah bukan hanya penuh kasih, tetapi juga suci dan layak ditaati.

Bagi kita, pesan ini sangat penting.
Orang yang benar-benar mengenal Tuhan akan terdorong untuk mengasihi, menaati, dan berpegang pada ketetapan-Nya dengan tulus. Mengapa? Karena ia tahu siapa Tuhan itu—besar, setia, adil, dan penuh kuasa.

Mungkin kamu juga punya pengalaman pribadi bersama Tuhan. Saat Ia memeliharamu. Saat Ia menguatkanmu waktu kamu jatuh. Saat Ia membuka jalan yang tidak mungkin. Atau ketika Ia menegurmu dan membawa kamu kembali.

Semua itu bukan sekadar kenangan.
Itu adalah undangan untuk hidup lebih dekat dengan-Nya hari ini.

Ingatlah kebesaran-Nya.
Biarlah ingatan itu menjadi energi baru untuk tetap setia, tetap mengasihi, dan tetap hidup menurut jalan-Nya.

Share:

Renungan Harian : Hidup Menurut Segala Jalan-Nya

Hidup Menurut Segala Jalan-Nya

📖 Ulangan 10

Ada satu kerinduan hati Tuhan yang begitu jelas dalam firman ini: bahwa kita hidup menurut segala jalan-Nya—mengasihi Dia, beribadah dengan segenap hati dan jiwa, dan memegang perintah-perintah-Nya demi kebaikan kita sendiri (ay. 12–13). Tuhan tidak menuntut kita tanpa alasan. Ia ingin kita berada di jalan yang benar, jalan yang membawa kehidupan, berkat, dan damai sejahtera.

Untuk dapat berjalan menurut jalan-Nya, kita perlu memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Bukan sekadar tahu apa yang Ia kehendaki, tetapi benar-benar menghidupinya. Ibadah yang sejati bukan hanya hadir secara fisik, tetapi hadir dengan hati yang melekat kepada-Nya. Saat kita hidup dekat dengan Tuhan, langkah kita pun mulai selaras dengan langkah-Nya.

Mengapa kita harus mengikuti jalan-Nya?
Karena Dialah pemilik langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit. Ia menguasai bumi beserta segala isinya. Ia adalah Allah segala ilah, Tuhan segala tuan—besar, kuat, dan dahsyat (ay. 14–17). Bila Ia adalah sumber segalanya dan penguasa atas seluruh keberadaan, maka sungguh tepat jika kita merendahkan diri dan menyelaraskan hidup kita kepada-Nya. Jalan-Nya lebih tinggi, lebih bijaksana, dan membawa kehidupan.

Tuhan memanggil kita untuk beribadah hanya kepada-Nya dan berpaut kepada-Nya semata. Ibadah itu dinyatakan bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan nyata. Tuhan meminta kita "menyunatkan hati"—melepaskan kekerasan hati, berhenti membanggakan diri, dan mulai peduli pada sesama. Ia peduli pada anak yatim, janda, dan pendatang; Ia memberi contoh agar kita melakukan hal yang sama: memberi, merangkul, dan menolong (ay. 18–19).
Di sinilah ibadah sejati itu terlihat: ketika hidup kita mencerminkan karakter Tuhan.

Musa memberikan teladan taat. Ketika Tuhan memerintahkan memahat dua loh batu, membuat tabut, dan meletakkannya sesuai perintah-Nya, Musa melakukannya tanpa menawar, tanpa menunda. Ia tunduk sepenuhnya pada firman Tuhan.
Melalui hidupnya, Musa mengajarkan bahwa mengikuti jalan Tuhan berarti taat, bukan sekadar tahu apa yang benar.

Hari ini, Tuhan juga menantikan respons kita.
Apakah kita siap menghidupi jalan-Nya?
Apakah kita mau beribadah dengan hati yang utuh, bukan setengah?
Apakah kita bersedia memedulikan orang-orang yang membutuhkan, sebagaimana Tuhan memedulikan mereka?

Mari kita kembali menata hati kita. Mari berjalan di jalan-Nya, bukan jalan kita sendiri.
Kiranya setiap langkah kita menjadi pujian bagi Tuhan yang besar, kuat, dan penuh kasih.


Doa Penutup

Tuhan, kami bersyukur karena kuasa-Mu melampaui segala kuasa di bumi dan di surga. Kami memohon penyertaan-Mu untuk melindungi kami dan keluarga kami.
Biarlah berkat-Mu mengalir dalam rumah tangga kami, pekerjaan kami, usaha kami, studi kami, pelayanan kami, dan seluruh langkah hidup kami. Engkau yang memberkati sawah, ladang, perusahaan, toko, kantor, pelanggan, dan setiap rencana hidup kami.

Tuhan, tambahilah hikmat kami setiap hari. Kuatkan kami dalam proses, bukakan terobosan demi terobosan, dan bimbing kami agar selalu berjalan seturut kehendak-Mu.
Kami menyerahkan calon pendamping, masa depan, dan pelayanan kami ke dalam tangan-Mu.

Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Renungan Harian : Berdoa bagi yang Membangkitkan Amarah

Berdoa bagi yang Membangkitkan Amarah 

Ulangan 9:7–29

Ada orang-orang dalam hidup kita yang begitu mudah membangkitkan amarah—mereka yang keras kepala, tidak tahu berterima kasih, atau bahkan menyakiti kita berulang kali. Respons alami kita adalah kecewa, marah, atau ingin menjauh. Namun, bagian Alkitab hari ini menunjukkan respons yang sangat berbeda melalui teladan Musa.

Bangsa Israel berulang kali membuat Tuhan marah. Sejak keluar dari Mesir sampai tiba di Horeb, mereka melawan, bersungut-sungut, dan bahkan membuat patung tuangan ketika Musa naik gunung menerima loh batu. Mereka begitu tegar tengkuk sehingga Tuhan hendak memunahkan mereka.

Musa pun marah—ia memecahkan loh batu di hadapan bangsa itu. Namun yang menarik, Musa tidak berhenti pada kemarahan. Ia sujud, berpuasa, dan berdoa selama empat puluh hari empat puluh malam agar Tuhan tidak memusnahkan mereka. Walau berkali-kali disakiti, Musa tetap memilih untuk berdiri sebagai perantara di hadapan Allah.

Integritas Musa tampak dari pilihannya untuk berdoa, bukan membenci. Ia tidak membela dosa mereka, tetapi ia tetap memohonkan belas kasihan Tuhan atas mereka.

Renungan ini mengajak kita berhenti sejenak dan bertanya:
Apakah kita bersedia mendoakan orang-orang yang membangkitkan amarah dalam hidup kita?
Orang yang mengecewakan kita…
Orang yang keras kepala…
Orang yang sulit dikasihi…

Musa menunjukkan bahwa kasih yang sejati bukan hanya terlihat saat segalanya baik, tetapi justru ketika kita berdoa bagi mereka yang menyakiti kita.

Kiranya Tuhan memberi kita hati yang sabar, lembut, dan siap menjadi pembawa damai—bukan hanya bagi mereka yang baik kepada kita, tetapi juga bagi mereka yang sulit.

Pokok Doa

  • Bersyukur atas kuasa Tuhan yang besar dan penyertaan-Nya yang tidak pernah meninggalkan kita.

  • Memohon berkat Tuhan atas rumah tangga, pekerjaan, studi, usaha, pelayanan, gereja, dan keluarga.

  • Berdoa agar hikmat Tuhan bertambah dalam hidup kita, memberi kekuatan untuk mengampuni, mengendalikan diri, dan tetap berjalan dalam proses pemurnian-Nya.

  • Memohon agar kita memiliki hati seperti Musa—yang tetap berdoa, bukan membalas.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami percaya Engkau memampukan kami mengasihi dan mendoakan mereka yang sulit kami hadapi. Amin.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas | 23 November 2025

Lirik 

Yesus Kau Sungguh Baik 
Yesus, Kau sungguh baikYesus, namaMu indahYesus, kucinta Kau selaluKutinggikan, kuagungkan selamanya
Panggil namanya, Yesus
Yesus, Kau sungguh baikYesus, namaMu indahYesus, kucinta Kau selaluKutinggikan, kuagungkan selamanya
'Ku mau memujiMu, 'ku selalu pujiMu'Ku mau menyembahMu, 'ku selalu sembahMuKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan
Mau berikan tepuk tangan bagi Tuhan Yesus
Yesus, Kau sungguh baikYesus, namaMu indahYesus, kucinta Kau selaluKutinggikan, kuagungkan selamanya
'Ku mau memujiMu, 'ku selalu pujiMu'Ku mau menyembahMu, 'ku selalu sembahMuKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan
'Ku mau memujiMu, 'ku selalu pujiMu'Ku mau menyembahMu, 'ku selalu sembahMuKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan
Semua kemuliaan dan keagunganTertuju padaMu, Tuhan dan RajakuSegenap jiwa dan nafaskuMenyembah Yesus yang hidup
Semua kemuliaan dan keagunganTertuju padaMu, Tuhan dan RajakuSegenap jiwa dan nafaskuMenyembah Yesus yang hidup
'Ku mau memujiMu, 'ku mau memujiMu, 'ku selalu pujiMu'Ku mau menyembahMu, 'ku selalu sembahMuKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan
Sekali lagi sama-sama
'Ku mau memujiMu, 'ku selalu pujiMu'Ku mau menyembahMu, 'ku selalu sembahMuKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan
Kau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi TuhanKau yang layak, TuhanKau yang layak terima semua pujianKemuliaan hanya bagi Tuhan

Mulutku Penuh Dengan Pujian
Tuhan Kaulah pengharapankuKupercaya hanya kepadaMuYesus Allah perlindungankuEngkau yang selalu kupuji
Tuhan Kaulah pengharapankuKupercaya hanya kepadaMuYesus Allah perlindungankuEngkau yang selalu kupuji
Mulutku penuh dengan pujianKepadaMu ya Yesus TuhanSepanjang hari kuberi penghormatanKepadaMu ya Allahku
Mulutku penuh dengan pujianKepadaMu ya Yesus TuhanSepanjang hari kuberi penghormatanKepadaMu ya Allahku
Mulutku penuh dengan pujianKepadaMu ya Yesus TuhanSepanjang hari kuberi penghormatanKepadaMu ya Allahku
Sepanjang hari kuberi penghormatanKepadaMu ya AllahkuKepadaMu ya AllahkuKepadaMu ya Allahku

Mampirlah Dengar Doa ku

mampirlah dengar doaku Yesus penebus orang lain Kau hampiri jangan jalan t'rus Yesus Tuhan dengar doaku orang lain Kau hampiri jangan jalan t'rus di hadapan tahta rahmat aku menyembah tunduk dalam penyesalan Tuhan tolonglah ini saja andalanku jasa kurbanku hatiku yang hancur luluh buatlah sembuh

Sungguh indah
Kemanakah aku dapat pergiMenjauhi rohMu yang suciKau sahabat dan Kau dekat
Bahkan seluruh pengabdiankuTak bisa membalas kesetiaanMuSungguh mulia dan berharga
Sungguh besar pengorbananMu bagikuTerlalu dalam untuk dimengertiSungguh besarSungguh indah yang Kau pikirkan tentangkuTak terselami bagikuSungguh indah
EmBahkan seluruh pengabdianku (pengabdianku)Tak bisa membalas kesetiaanMu (ha)Sungguh mulia oh dan berharga
Sungguh besar pengorbananMu bagikuTerlalu dalam untuk dimengertiSungguh besarSungguh indah yang Kau pikirkan tentangkuTak terselami bagikuSungguh indahSungguh indahSungguh indahHm

Kumasuki Gerbangnya
Kumasuki gerbang-NyaDengan hati bersyukurHalaman-Nya dengan pujianKataku, "Hari ini harinya Tuhan"Ku bersuka s'bab Dia girangkanku
Dia girangkanku, oh, Dia girangkankuKu bersuka s'bab Dia girangkanku, oh-hoDia girangkanku, oh, Dia girangkankuKu bersuka s'bab Dia girangkanku

Share:

Renungan Harian : Bukan Kuatku, Tetapi Tuhanku!

Ilustrasi perjalanan hidup dengan cahaya Tuhan sebagai penuntun menuju kemenangan.

Bukan Kuatku, Tetapi Tuhanku! 

Dalam perjalanan hidup, kita sering dihadapkan pada “musuh-musuh” yang terasa jauh lebih besar daripada kemampuan kita. Tekanan hidup, masalah keluarga, kekuatiran masa depan, atau pergumulan pribadi terkadang membuat kita merasa kecil, minder, bahkan pesimis. Sama seperti bangsa Israel yang berdiri di tepi Sungai Yordan, kita pun mungkin melihat tantangan yang tampak mustahil untuk dihadapi.

Bangsa Israel diperintahkan masuk ke negeri dengan kota-kota besar berkubu tinggi, dengan penduduk raksasa seperti bani Enak. Secara manusia, tidak mungkin mereka bisa menang. Ketakutan itu wajar—tetapi Tuhan tidak ingin mereka berfokus pada kekuatan musuh, melainkan pada kekuatan-Nya.

Musa mengingatkan mereka bahwa Tuhan sendiri akan berjalan di depan mereka. Ia adalah api yang menghanguskan, Allah yang menundukkan musuh, dan Pribadi yang memampukan mereka menang. Kemenangan mereka bukan bergantung pada kemampuan mereka, melainkan pada Allah yang menyertai mereka.

Namun, Musa juga memperingatkan: jangan sampai kemenangan membuat mereka sombong. Bukan karena kebenaran atau ketulusan mereka Tuhan memberi kemenangan itu. Justru mereka bangsa yang tegar tengkuk—dan semua itu semata-mata karena kasih karunia Tuhan. Kemenangan bukan alasan untuk meninggikan diri, melainkan untuk merendahkan hati di hadapan Allah.

Renungan hari ini mengajak kita bertanya pada diri sendiri:
Dalam menghadapi tantangan hidup, siapa yang menjadi andalan kita? Kekuatan sendiri atau Tuhan?

Ketika hidup terasa berat, ingatlah bahwa kita memiliki Allah yang besar, dahsyat, dan berkuasa. Dan ketika kemenangan datang, jangan lupa bahwa semua itu terjadi bukan karena “kuatku”, tetapi karena Tuhanku.

Bukan kuatku, tetapi Allahku yang hebat!
Allahku menang di dalam hidupku!

Pokok Doa

  • Bersyukur atas kuasa Tuhan yang jauh melampaui segala kuasa manusia.

  • Memohon penyertaan-Nya atas rumah tangga, pekerjaan, studi, usaha, pelayanan, gereja, masa depan, dan seluruh perjalanan hidup kita.

  • Berdoa agar hikmat Tuhan bertambah dalam hidup kita setiap hari, membawa terobosan, kekuatan, dan proses yang memimpin kita kepada rencana-Nya yang terbaik.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami percaya dan menerima berkat-Mu atas hidup kami. Amin.

Share:

Renungan Harian : Sukses Bukan Hasilnya, tetapi Prosesnya

Ilustrasi jalan di padang gurun dengan cahaya lembut dari langit, melambangkan perjalanan panjang yang dipimpin Tuhan.
 

Saat Sukses Diukur dari Proses, Bukan Hasil

Ada begitu banyak orang mengejar hasil—angka, capaian, pengakuan. Namun firman Tuhan mengingatkan kita bahwa sukses sejati tidak bergantung pada apa yang kita capai, melainkan siapa kita menjadi selama proses itu berlangsung. Dalam perjalanan hidup, Tuhan mengajar kita untuk tetap berpegang pada firman-Nya, berjalan di jalan-Nya, dan menghormati Dia dengan takut akan Dia. Justru di tengah proses itulah, hati kita ditempa dan mata kita dibukakan untuk melihat berkat-Nya, bahkan di tengah kesulitan.

Bangsa Israel tidak serta-merta langsung masuk ke negeri yang baik—negeri dengan sungai, mata air, ladang gandum, kebun anggur, pohon ara, delima, zaitun, dan madu... negeri yang menjanjikan kelimpahan tanpa kekurangan. Semua itu tidak datang dengan cepat, instan, atau tanpa tantangan. Tuhan membawa mereka melalui proses yang panjang—seperti seorang ayah yang dengan penuh kasih mendidik anaknya.

Selama empat puluh tahun, Israel menempuh padang gurun: menghadapi ular ganas, kalajengking, panas yang membakar, dan tanah gersang tanpa air. Tuhan mengizinkan mereka merasakan lapar, tetapi di saat yang sama Ia memberi mereka manna. Semua itu memiliki tujuan: agar mereka mengerti bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman Tuhan. Lewat proses itulah iman dibentuk, karakter diperkuat, dan hati diajar untuk percaya.

Proses selalu mengajarkan bahwa kita tidak dapat melangkah tanpa Tuhan. Pengalaman manis maupun pahit menjadi ruang di mana Tuhan menegur, membimbing, dan menyatakan rencana-Nya. Sama seperti Israel, kita pun dipanggil untuk melihat perjalanan hidup ini bukan sebagai beban, tetapi sebagai kesempatan untuk semakin mengenal Tuhan dan bersyukur.

Sukses bukan soal seberapa cepat kita sampai, tetapi seberapa taat kita berjalan bersama Tuhan.
Maka, tetaplah setia. Teruslah melangkah. Biarkan Tuhan membentuk kita melalui setiap proses, bukan hanya menantikan hasilnya.

Share:

Renungan Harian : Berhala Adalah Jerat Bagimu

Ilustrasi renungan Ulangan 7 tentang bahaya penyembahan berhala, menggambarkan kehancuran berhala dan panggilan untuk kembali setia kepada Tuhan.

Tuhan memilih Israel sebagai umat kesayangan-Nya bukan karena jumlah mereka besar, tetapi karena kasih setia-Nya dan janji-Nya kepada para leluhur. Ia memberkati mereka, memperbanyak keturunan, dan menuntun mereka menghadapi bangsa-bangsa yang lebih kuat. Namun kenyataannya, bangsa itu sangat mudah menyimpang dan terjerat pada ilah-ilah lain.

Tuhan tahu betapa cepatnya hati manusia berubah. Karena itu Ia memerintahkan Israel untuk menghancurkan seluruh bentuk penyembahan berhala—mazbah, tugu, tiang berhala, bahkan patung-patungnya. Bukan karena Tuhan kejam, tetapi karena berhala adalah jerat yang menyesatkan hati dan memalingkan manusia dari Sang Sumber Hidup.

Di hadapan Tuhan, penyembahan berhala adalah kekejian. Hati yang terbagi membuat manusia tidak dapat hidup dalam berkat dan penyertaan-Nya. Tuhan adalah Allah yang cemburu, bukan karena Ia rapuh, tetapi karena Ia mengasihi kita dan tahu bahwa semua berhala pada akhirnya akan membinasakan kita.

Hari ini Tuhan mengingatkan kita: apa pun yang membuat kita menjauh dari-Nya—entah pekerjaan, ambisi, uang, hubungan, atau kebiasaan—itu adalah berhala yang harus dihancurkan total. Jangan beri celah sekecil apa pun. Sebab sekecil apa pun celah, itu bisa menjadi jerat yang besar.

Share:

Renungan Harian - Setia dalam Kebaikan Allah

Ilustrasi orang percaya mengingat kebaikan Tuhan dan belajar tetap setia dalam kelimpahan sesuai Ulangan 6:10–25.

Setia dalam Kebaikan Allah

Ulangan 6:10–25

Ada masa dalam hidup ketika kita bergumul karena kekurangan, kegagalan, atau tekanan. Namun sering kali, ujian yang lebih besar justru datang ketika Allah memberi kelimpahan. Keberhasilan dapat menjadi berkat, tetapi juga bisa menjadi jebakan yang membuat hati perlahan menjauh dari Tuhan.

Musa mengingatkan Israel bahwa ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian, mereka akan menerima kota-kota yang tidak mereka bangun, rumah penuh barang yang tidak mereka isi, sumur yang tidak mereka gali, dan kebun yang tidak mereka tanami. Semuanya adalah pemberian Tuhan—bukan hasil usaha mereka semata.

Tetapi Musa juga memberi peringatan yang tajam:
“Janganlah engkau melupakan TUHAN.”
Karena kelimpahan sering membuat manusia lupa. Saat hidup stabil, doa melemah. Saat semua tercukupi, hati tidak lagi sensitif. Saat sukses datang, kita merasa mampu tanpa Tuhan.

Keadaan ini nyata—bahkan Israel pun akhirnya jatuh dalam penyembahan berhala karena gagal menjaga hati saat Tuhan memberkati. Keberhasilan yang harusnya membawa mereka semakin dekat kepada Allah, justru menjauhkan mereka.

Renungan ini mengajak kita melihat ke dalam diri:

  • Apakah aku tetap setia ketika Tuhan memberkati?

  • Apakah aku masih merendahkan hati ketika segala sesuatu berjalan baik?

  • Atau aku mulai lupa bahwa semua berasal dari Allah, bukan dari kekuatanku?

Setiap fase hidup—baik gagal maupun berhasil—adalah peperangan rohani. Kita perlu Roh Kudus untuk menjaga hati tetap melekat pada Tuhan. Mari belajar setia, bukan hanya saat menunggu jawaban doa, tetapi juga saat Tuhan mengabulkannya.

Kiranya hati kita tetap terpaut kepada-Nya, baik saat kita kekurangan maupun saat kita berkelimpahan.

Share:

Renungan Harian : ✨Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Ilustrasi seorang anak dan orang tua yang berjalan bersama dalam cahaya hangat, melambangkan pengajaran untuk mengasihi Tuhan.

Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Di zaman ini, banyak orang tua merasa bahwa tugas terbesar mereka adalah memastikan anak memperoleh nilai terbaik di sekolah. Rapor seakan menjadi ukuran utama keberhasilan. Namun bila kita menelusuri Firman Tuhan, ada sebuah prioritas yang jauh lebih penting daripada prestasi akademis.

Tuhan berkata, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5).
Inilah ajaran yang paling utama—ajaran yang Tuhan sendiri ingin orang tua tanamkan dalam hati anak-anak mereka.

Tuhan meminta agar ajaran ini diajarkan berulang-ulang. Bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga dibicarakan dalam setiap situasi: saat duduk, saat berjalan, sebelum tidur, dan ketika bangun. Firman ini harus “diikatkan pada tangan dan dahi,” tanda bahwa apa pun yang kita kerjakan, pikirkan, dan putuskan harus mengalir dari kasih kita kepada Allah.

Ajaran ini pun harus “pada tiang pintu” dan “pintu gerbang”—artinya menjadi nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga, komunitas, bahkan seluruh aspek kehidupan kita. Anak-anak bukan hanya membutuhkan penjelasan, tetapi teladan nyata. Mereka lebih mudah meniru tindakan orang tua dibanding mendengar perkataan mereka.

Tanpa disadari, ketika orang tua lebih fokus pada nilai sekolah, mereka sedang mengajarkan kepada anak bahwa prestasi lebih penting daripada mengasihi Tuhan.
Padahal, pengajaran iman yang paling kuat adalah hidup yang mencerminkan kasih kepada Allah.

Karena itu, marilah kita sebagai orang tua, pengasuh, atau pribadi dewasa, menuntun generasi berikutnya dengan kehidupan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Ketika kasih kepada Allah nyata dalam perkataan dan tindakan kita, anak-anak pun belajar untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan hati yang murni.


Doa Penutup

Puji syukur bagi-Mu ya Tuhan, atas kasih dan kuasa-Mu yang melampaui segala kuasa. Sertailah hidup kami, lindungilah keluarga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami, usaha kami, sawah dan ladang kami, studi kami, kantor dan pelayanan kami. Biarlah berkat-Mu mengalir atas rumah kami dan seluruh karya tangan kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami mohon hikmat untuk melangkah, kekuatan untuk bertahan, dan hati yang taat agar hidup kami seturut kehendak-Mu.
Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.