Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Harta Melimpah Bukan Jaminan Hidup

 

Harta melimpah bukan jaminan hidup bahagia, hanya firman Tuhan yang menuntun kita pada kepuasan sejati dan kekekalan yang tak tergoncangkan.

Banyak orang beranggapan bahwa harta melimpah adalah jaminan hidup. Tidak heran, sebagian orang mengarahkan hidupnya hanya untuk mengumpulkan kekayaan. Hal serupa tampak pada seseorang yang datang kepada Yesus dan meminta agar Yesus menyuruh saudaranya berbagi warisan dengannya (ayat 13). Bayangkan, ia sudah berjumpa dengan Sang Juruselamat, tetapi fokusnya hanya pada harta!

Yesus menegaskan agar kita berjaga-jaga terhadap segala ketamakan, sebab hidup manusia tidak ditentukan oleh kekayaannya (ayat 15). Benar, harta bisa memenuhi kebutuhan, tetapi tidak pernah bisa membeli hidup itu sendiri.

Melalui perumpamaan orang kaya yang tanahnya berlimpah hasilnya (ayat 16–19), kita melihat bagaimana ia merasa hidupnya aman karena gudang-gudangnya penuh. Ia berkata kepada dirinya sendiri: “Bersukacitalah, engkau punya simpanan untuk bertahun-tahun. Nikmatilah hidupmu!” Tetapi Yesus menyebutnya bodoh, sebab malam itu juga nyawanya diambil (ayat 20). Betapa sia-sianya harta yang ditimbunnya, sebab akhirnya justru dinikmati orang lain.

Hidup bukan sekadar soal berapa banyak harta yang kita punya, melainkan untuk siapa kita hidup. Mengumpulkan harta tanpa menyadari bahwa hidup ini ada dalam tangan Allah hanya membuat kita semakin jauh dari tujuan sejati hidup.

Mari kita belajar bersyukur atas kelimpahan yang ada, sekaligus menggunakannya untuk menjadi berkat. Ingat, kekayaan terbesar bukan pada berapa banyak yang kita miliki, tetapi pada bagaimana kita memakainya untuk memuliakan Allah dan menolong sesama.

Share:

✨ Roh Kudus Menghindarkan Kemunafikan

 

Roh Kudus menuntun kita hidup jujur sesuai firman Tuhan, menjauhkan dari kemunafikan, agar iman nyata terpancar dalam perkataan dan perbuatan.
Lukas 12:1-12

Salah satu hal yang paling keras ditentang Yesus adalah kemunafikan. Ia mengingatkan murid-murid agar waspada terhadap “ragi orang Farisi” (Luk. 12:1). Ragi itu kecil, tetapi pengaruhnya besar. Demikian pula kemunafikan—sedikit saja masuk dalam hati, bisa merusak seluruh hidup.

Yesus menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa disembunyikan di hadapan Allah. Segala pikiran, perkataan, bahkan motivasi terdalam, semuanya diketahui-Nya. Maka, bersikap munafik sama saja dengan tidak takut akan Tuhan, seolah-olah kita bisa menyembunyikan sesuatu dari Dia.

Sering kali kemunafikan muncul karena kita ingin menghindari penderitaan atau mencari aman. Namun Yesus mengingatkan: jangan takut pada manusia yang hanya bisa melukai tubuh, takutlah kepada Allah yang berkuasa atas jiwa kita. Jika burung pipit saja tidak dilupakan-Nya, apalagi kita yang jauh lebih berharga. Rambut di kepala kita pun dihitung satu per satu—betapa besar kasih dan pemeliharaan-Nya!

Kemunafikan pada akhirnya adalah bentuk penyangkalan. Kita bisa saja mencari pengakuan manusia, tetapi Yesus bertanya: lebih penting mana, diakui manusia atau diakui Tuhan? Berani mengaku Yesus di dunia berarti juga akan diakui-Nya di hadapan malaikat-malaikat Allah.

Di tengah ancaman atau tekanan, kita sering bingung harus berkata apa. Tetapi Yesus memberi janji indah: Roh Kudus akan mengajar kita. Dialah yang menuntun kata-kata kita, memberi keberanian, dan menjaga hati kita tetap setia.

Mari kita belajar tidak mengandalkan kepintaran atau kekuatan sendiri. Serahkanlah hidup sepenuhnya pada kuasa Roh Kudus. Dengan demikian, kita tidak hidup untuk popularitas diri, melainkan untuk memuliakan Kristus melalui perkataan dan perbuatan kita setiap hari. 🌿

Share:

🌱 Nyata dalam Keseharian

 

Firman Tuhan bukan sekadar teori, tetapi nyata dalam keseharian, menuntun langkah, mengubah sikap, dan menguatkan iman dalam setiap aspek hidup.

Kita sering mendengar istilah NATO – No Action Talk Only. Artinya, banyak bicara tapi tanpa tindakan nyata. Dalam kehidupan beriman, hal ini sama dengan kemunafikan—rajin bicara soal firman, tetapi enggan melakukannya.

Inilah yang Yesus tegur kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka sibuk mengkritik hal-hal kecil seperti aturan mencuci tangan sebelum makan, tetapi kehidupan mereka jauh dari kasih dan kebenaran Allah. Mereka tampak saleh di luar, tetapi hati mereka kosong dari kerendahan hati dan kepedulian.

Yesus mau mengingatkan: iman sejati bukan soal penampilan, ritual, atau sekadar kata-kata rohani. Iman sejati adalah hidup yang selaras dengan kehendak Allah, nyata dalam tindakan kasih sehari-hari.

Hari ini, mari kita bercermin. Apakah ibadah kita hanya berhenti di bangku gereja? Apakah firman yang kita dengar sudah menjadi sikap nyata dalam rumah tangga, pekerjaan, dan relasi kita? Jangan sampai kita sibuk mengoreksi orang lain, tetapi lupa menghidupi firman itu sendiri.

Mari mohon pertolongan Roh Kudus, supaya kita mampu menjadi teladan—bukan hanya dalam perkataan, melainkan juga dalam perbuatan. Dengan begitu, iman kita akan benar-benar nyata dalam keseharian. 🌿

Share:

👀 Mata Anda Penuntun Jalan Anda

 

Mata Anda penuntun jalan Anda, firman Tuhan menjadi terang yang menuntun langkah, agar tidak tersesat dan tetap berjalan di jalan kebenaran.
Lukas 11:33-36

Bayangkan Anda berjalan di jalan gelap tanpa lampu. Apa yang terjadi?

Langkah kita pasti ragu-ragu, mudah tersandung, bahkan bisa jatuh ke lubang yang tidak terlihat. Itulah sebabnya lampu jalan dipasang tinggi—supaya cahayanya menuntun orang berjalan dengan aman.

Yesus mengingatkan hal serupa dengan pelita pada zaman-Nya (Luk. 11:33-36). Pelita tidak dinyalakan untuk disembunyikan, melainkan untuk ditempatkan di kaki pelita agar seluruh ruangan terang. Terang itu berbicara bukan hanya soal cahaya fisik, tetapi juga tentang mata rohani kita. Jika mata kita jernih, seluruh hidup akan dipenuhi terang; tetapi bila mata kita gelap, seluruh hidup pun penuh kegelapan.

Mata bukan sekadar organ tubuh, melainkan “jendela hati”. Dari mata, kita belajar bagaimana memandang hidup, orang lain, bahkan Tuhan. Jika pandangan kita hanya terfokus pada hal-hal dunia yang menyesatkan, kita mudah terjebak dalam dosa. Tetapi jika mata hati kita diarahkan kepada Kristus, Sang Terang, maka hidup kita akan dipenuhi damai dan bimbingan-Nya.

Firman Tuhan berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Terang dari firman dan kasih Kristus adalah penuntun yang meneguhkan setiap langkah kita.

Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri:
👉 Ke mana mata hati saya tertuju?
👉 Apakah saya sedang memandang kepada terang Kristus, atau tergoda menatap pada hal-hal yang justru membawa kegelapan?

Mari gunakan mata rohani kita untuk melihat kepada Yesus. Dialah Sang Terang Abadi, penuntun jalan kita, yang tak pernah membiarkan kita berjalan dalam gelap.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas 24 Agustus 2025

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.