![]() |
Yesus menegaskan agar kita berjaga-jaga terhadap segala ketamakan, sebab hidup manusia tidak ditentukan oleh kekayaannya (ayat 15). Benar, harta bisa memenuhi kebutuhan, tetapi tidak pernah bisa membeli hidup itu sendiri.
Melalui perumpamaan orang kaya yang tanahnya berlimpah hasilnya (ayat 16–19), kita melihat bagaimana ia merasa hidupnya aman karena gudang-gudangnya penuh. Ia berkata kepada dirinya sendiri: “Bersukacitalah, engkau punya simpanan untuk bertahun-tahun. Nikmatilah hidupmu!” Tetapi Yesus menyebutnya bodoh, sebab malam itu juga nyawanya diambil (ayat 20). Betapa sia-sianya harta yang ditimbunnya, sebab akhirnya justru dinikmati orang lain.
Hidup bukan sekadar soal berapa banyak harta yang kita punya, melainkan untuk siapa kita hidup. Mengumpulkan harta tanpa menyadari bahwa hidup ini ada dalam tangan Allah hanya membuat kita semakin jauh dari tujuan sejati hidup.
Mari kita belajar bersyukur atas kelimpahan yang ada, sekaligus menggunakannya untuk menjadi berkat. Ingat, kekayaan terbesar bukan pada berapa banyak yang kita miliki, tetapi pada bagaimana kita memakainya untuk memuliakan Allah dan menolong sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar