Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

🌱 Allah Bekerja Memakai Hal Kecil!

 
Allah sering bekerja melalui hal kecil yang tampak sederhana. Firman Tuhan menyingkapkan kuasa-Nya yang besar lewat cara yang sering tak disangka.

📖 Lukas 13:18–21

Sering kali kita menyepelekan hal-hal kecil. Kita merasa yang berarti hanyalah yang besar, megah, atau spektakuler. Namun Yesus mengingatkan lewat perumpamaan biji sesawi dan ragi: Kerajaan Allah justru dimulai dari yang kecil, sederhana, bahkan nyaris tak terlihat.

Seperti biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon besar, dan ragi yang mengubah seluruh adonan, demikianlah Allah bekerja. Apa yang tampak kecil dalam iman, doa, atau pelayanan kita—bisa dipakai Tuhan untuk menghasilkan dampak yang besar.

Refleksi

  • Apakah aku masih meremehkan hal-hal kecil yang bisa kulakukan untuk Tuhan?

  • Hal kecil apa yang bisa kulakukan hari ini yang dapat membawa berkat bagi orang lain?

Doa

“Tuhan, ajar aku untuk setia dalam hal kecil. Pakailah hidupku, meski sederhana, agar berdampak bagi banyak orang. Amin.”

Share:

🤲 Buang Legalisme! Berbelaskasihanlah!

 
Buang legalisme, hiduplah dalam kasih sejati. Firman Tuhan mengajar kita berbelaskasihan, sehingga iman tampak nyata dalam tindakan penuh kasih.
📖 Lukas 13:10–17

Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang menderita 18 tahun, meski saat itu hari Sabat. Ia menunjukkan bahwa belas kasihan jauh lebih penting daripada aturan agama yang kaku. Sayangnya, kepala rumah ibadat lebih sibuk menjaga aturan daripada bersukacita atas pemulihan seorang manusia.

Kerap kali, kita pun terjebak pada “aturan” dan prosedur yang membuat kita lupa esensi kasih. Padahal Tuhan tidak pernah menaruh hukum di atas cinta. Ia menuntut kita untuk hidup dalam belas kasihan—karena kasih itulah inti dari ketaatan sejati.

Refleksi

  • Apakah aku lebih sibuk menjaga aturan daripada menolong sesama?

  • Adakah orang di sekitarku yang menunggu uluran belas kasihku hari ini?

Doa

“Tuhan, ampuni aku bila lebih mengutamakan aturan daripada kasih. Tolong aku untuk berani berbelas kasihan seperti Engkau. Amin.”

Share:

🌱 Hidup dalam Pertobatan

 

Hidup dalam pertobatan berarti terus diperbarui oleh firman Tuhan, meninggalkan dosa, dan menghasilkan buah nyata bagi kemuliaan Kristus.

📖 Lukas 13:6–9

Hidup kita ada batas waktunya. Seperti pohon ara yang diberi kesempatan untuk berbuah, demikian juga Tuhan memberi kita waktu untuk bertobat dan menghasilkan buah bagi-Nya. Kesabaran Allah besar, tetapi tidak tanpa batas.

Sering kali kita menunda pertobatan dengan berpikir: “Nanti saja, masih ada waktu.” Padahal tidak seorang pun tahu sampai kapan waktu kita ada. Hati yang terbiasa dengan dosa justru makin sulit untuk berbalik kepada Tuhan.

Pertobatan berarti menyadari bahwa hidup tanpa Allah adalah sia-sia, lalu memilih berbalik dan tinggal dalam kasih-Nya. Hari ini, Tuhan masih memberi kesempatan. Jangan menunggu esok, sebab esok belum tentu ada.

Refleksi

  • Apakah hidupku sedang berbuah atau hanya “rimbun daun” tanpa hasil?

  • Apa yang masih kutunda untuk menyerahkan pada Tuhan hari ini?

Doa

“Tuhan, terima kasih untuk kesabaran-Mu. Tolong aku untuk tidak menunda pertobatan. Jadikan hidupku berbuah bagi-Mu. Amin.”

Share:

Siapkan Diri untuk Bertobat!

Lukas 13:1–5

Merasa lebih benar daripada sesama adalah sikap yang dapat merusak hubungan dan menimbulkan konflik. Itu adalah bentuk penghakiman, sebab seseorang menilai dirinya benar sementara menganggap orang lain bersalah. Kepongahan ini lahir dari hati yang gelap.

Dalam Lukas 13, orang-orang datang kepada Yesus dengan membawa kabar tentang orang Galilea yang dibunuh oleh Pilatus, bahkan darah mereka dicampurkan dengan darah kurban yang mereka persembahkan (ay. 1). Yesus menanggapi dengan sebuah pertanyaan: “Apakah dosa mereka lebih besar daripada orang Galilea yang lain?” (ay. 2). Demikian juga, Yesus menyinggung tentang delapan belas orang yang mati karena menara di Siloam roboh. Apakah mereka lebih berdosa daripada orang Yerusalem lainnya? (ay. 4).

Pandangan umum saat itu adalah penderitaan merupakan akibat langsung dari dosa pribadi. Orang-orang dengan mudah menganggap korban bencana atau tragedi sebagai orang berdosa yang mendapat hukuman. Namun Yesus menegur cara pandang itu. Ia menegaskan bahwa penderitaan bukanlah ukuran besar kecilnya dosa seseorang. Inti ajaran-Nya: semua orang perlu bertobat!

Yesus memakai peristiwa tragis itu untuk menegur hati manusia yang suka menghakimi. Alih-alih menunjuk kesalahan orang lain, Yesus mengajak kita melihat ke dalam diri sendiri. Jangan sampai kita lebih sibuk menilai penderitaan orang lain sebagai hukuman Allah, sementara kita sendiri lupa bahwa hidup kita harus dipertanggungjawabkan kepada Hakim yang adil.

Karena itu, mari siapkan diri untuk bertobat! Tuhan Yesus menegur kita bukan untuk menjatuhkan, melainkan agar kita kembali ke jalan-Nya.


---

Pokok Doa

Ucap syukur atas kuasa Tuhan yang melampaui segala kuasa, serta penyertaan-Nya yang melindungi kita senantiasa.

Doakan agar berkat Tuhan mengalir dalam kehidupan kita: keluarga, rumah tangga, anak-cucu, pekerjaan, ladang, usaha, toko, perusahaan, kantor, pelayanan, dan gereja kita.

Mohon agar hikmat, kekuatan, dan terobosan senantiasa Tuhan berikan, sehingga kita tetap berjalan dalam pimpinan-Nya.


Doa:
Dalam nama Tuhan Yesus, kami percaya berkat-Mu mengalir melimpah dalam hidup kami. Tambahkan hikmat-Mu setiap hari, kuatkan kami, dan tuntun langkah kami seturut kehendak-Mu. Amin.

Share:

Analisis yang Baik, Solusi yang Benar

📖 Lukas 12:54–59

Kita lihai membaca tanda alam—awan menggelap, kita siap payung; angin panas, kita siapkan topi. Yesus memuji ketelitian itu, tetapi menegur saat kemampuan yang sama tidak dipakai untuk membaca “zaman ini”—membedakan yang benar, berdamai sebelum terlambat, dan melangkah sesuai kehendak Allah (ay. 56–58).

Intinya: ketajaman analisis tanpa ketaatan rohani hanya melahirkan keputusan yang kosong. Tuhan mengajak kita memutuskan sendiri apa yang benar (ay. 57): gunakan nurani yang diterangi firman, bukan sekadar logika yang dingin.

Refleksi Singkat

  • Apa situasi yang sedang “mendung” dalam relasiku?

  • Apakah aku menunda rekonsiliasi padahal tahu langkah benar yang harus diambil?

  • Sudahkah analisisku disaring oleh doa, firman, dan kerendahan hati?

Langkah Praktis (hari ini)

  1. Hening 5 menit: serahkan satu konflik/keputusan kepada Tuhan.

  2. Ucapkan kebenaran: “Tuhan, tunjukkan apa yang benar, bukan apa yang mudah.”

  3. Ambil tindakan kecil: kirim pesan/telepon untuk minta maaf atau memulai damai sebelum “sampai ke hakim”.

  4. Catat 1 ayat pegangan (mis. Mzm 119:105) dan pegang saat mengambil keputusan.

Doa Singkat

“Tuhan, tajamkan pikiranku dengan hikmat-Mu dan lembutkan hatiku dengan kasih-Mu. Tuntun aku memilih yang benar dan melakukannya, terutama dalam rekonsiliasi. Amin.”

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.