![]() |
Kita lihai membaca tanda alam—awan menggelap, kita siap payung; angin panas, kita siapkan topi. Yesus memuji ketelitian itu, tetapi menegur saat kemampuan yang sama tidak dipakai untuk membaca “zaman ini”—membedakan yang benar, berdamai sebelum terlambat, dan melangkah sesuai kehendak Allah (ay. 56–58).
Intinya: ketajaman analisis tanpa ketaatan rohani hanya melahirkan keputusan yang kosong. Tuhan mengajak kita memutuskan sendiri apa yang benar (ay. 57): gunakan nurani yang diterangi firman, bukan sekadar logika yang dingin.
Refleksi Singkat
-
Apa situasi yang sedang “mendung” dalam relasiku?
-
Apakah aku menunda rekonsiliasi padahal tahu langkah benar yang harus diambil?
-
Sudahkah analisisku disaring oleh doa, firman, dan kerendahan hati?
Langkah Praktis (hari ini)
-
Hening 5 menit: serahkan satu konflik/keputusan kepada Tuhan.
-
Ucapkan kebenaran: “Tuhan, tunjukkan apa yang benar, bukan apa yang mudah.”
-
Ambil tindakan kecil: kirim pesan/telepon untuk minta maaf atau memulai damai sebelum “sampai ke hakim”.
-
Catat 1 ayat pegangan (mis. Mzm 119:105) dan pegang saat mengambil keputusan.
Doa Singkat
“Tuhan, tajamkan pikiranku dengan hikmat-Mu dan lembutkan hatiku dengan kasih-Mu. Tuntun aku memilih yang benar dan melakukannya, terutama dalam rekonsiliasi. Amin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar