Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kabarkan Injil Apa Pun Kondisinya

Wahyu 3:7-13

Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
- Wahyu 3:8
Setiap bulan oktober gereja kita selalu mengadakan bulan Misi. Setiap jemaat didorong untuk terlibat dalam misi melalui sumbangsih apa pun yang bisa ia berikan. Akronim 3D mengingatkan kita untuk minimal salah satunya mendukung misi, yaitu Daya, Doa, atau pun Dana. Tidak perlu menunggu kuat atau kaya untuk bisa mengabarkan Injil.
Berbeda dari jemaat Sardis yang kaya, jemaat Filadelfia kecil, lemah, dan miskin. Mereka juga mengalami penganiayaan baik dari orang lokal maupun orang Yahudi (ay. 9). Namun yang luar biasa, jemaat ini tetap setia dan tidak goyang iman.
Kedua jemaat di atas sama-sama dipuji Tuhan. Yesus Kristus memuji jemaat Filadelfia karena sekalipun kekuatan mereka tidak seberapa, tetapi mereka menuruti firman-Nya dan tidak menyangkal nama-Nya (ay. 8). Namun, bukan berarti jemaat Filadelfia tidak memiliki kelemahan. Kelemahan mereka adalah merasa minder karena kecil dan miskin. Mereka merasa tidak berdaya untuk menjalankan penginjilan.
Tuhan Yesus mendorong mereka untuk bangkit mengabarkan Injil sekalipun lemah dan miskin, bahkan Dia menekankan bahwa tantangan penganiayaan jangan menjadi penghalang. Yesus berharap mereka yakin bahwa diri-Nya yang “memegang kunci Daud”. Kunci penginjilan bukan kekuatan gereja atau orang percaya. Kunci penginjilan adalah Yesus Kristus. “Apabila Ia membuka, tidak ada yang menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (ay. 7). Karena Yesus “telah membuka pintu” bagi mereka maka pintu penginjilan telah dibuka di kota Filadelfia. Gereja pasti dapat dan mampu menginjili. Roh Kudus akan bekerja mempersiapkan hati yang akan percaya (ay. 8). Yakinlah ada pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka. Dia “akan melindungi [mereka] dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia” (ay. 10).
Hari ini kita diingatkan bahwa sekalipun minoritas, kita harus tetap mengabarkan Injil. Ingatlah akan janji-janji (di alinea sebelum) yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Ayo, terus kabarkan Injil apa pun kondisi Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa tak berdaya untuk menginjili seseorang? Apa yang Anda lakukan saat itu untuk memompa semangat terus menginjilinya?
Bagaimana kebenaran bahwa Kristus pemegang kunci menguatkan Anda?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Kompromi Dengan Iman

Wahyu 2:12-17

Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.
- Wahyu 2:14

Kita sering mendengar plesetan dari sebuah lagu rock terkenal, Rocker Juga Manusia. Bahkan mungkin kita sendiri pernah mengucapkannya sebagai bahan candaan, “Ya maklum, orang Kristen juga manusia.” Memang benar manusia makhluk lemah dan dikuasai natur keberdosaan. Selama hidup di dunia, kecenderungan untuk berbuat dosa selalu ada. Namun, plesetan ini janganlah dipakai sebagai sebuah bentuk kompromi dengan iman kita.
Pergamus adalah ibukota pemerintahan Kerajaan Romawi di Asia Kecil. Kota ini memiliki banyak sekali kuil yang dipersembahkan kepada berbagai dewa, di antaranya dewa Zeus (kepala dewa orang Yunani) dan dewa Asclepius (dewa kesembuhan). Bahkan disebutkan di perikop bacaan bahwa kota Pergamus disebut sebagai “tempat takhta Iblis” (ay. 13).
Tidak mudah bagi orang beriman hidup di kota penuh dengan berhala, seperti Pergamus. Tantangan dari luar selalu ada, yakni tekanan dan penganiayaan dari orang-orang tak percaya. Namun, tantangan terberat yang dialami jemaat Pergamus justru datang dari dalam, yakni tekanan untuk kompromi dengan iman. Tantangan ini muncul dari kelompok Nikolaus yang menekankan bahwa supaya orang Kristen dapat diterima di kota tersebut, mereka harus menyesuaikan iman Kristen mereka dan mengikuti cara hidup tak bermoral penduduk kota (ay. 14-15). Sebagian jemaat Pergamus tergoda mengikuti ajaran Nikolaus. Tuhan Yesus melalui Rasul Yohanes menegur mereka agar bertobat (ay. 16). Hanya mereka yang setia dan menjaga iman kemurnian iman akan memperoleh hadiah “manna yang tersembunyi” dan “batu putih” (ay. 17). Manna tersembunyi dan batu putih adalah simbol keanggotaan surgawi.
Hari ini, orang percaya juga menghadapi tantangan dari luar, yakni penganiayaan dan kesulitan, dan juga tantangan dari dalam, yaitu tekanan untuk berkompromi. Godaan untuk melakukan cara-cara dunia dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, sambil berkata, “Ya, namanya juga manusia,” sangat mudah membuat kita memelesetkan prinsip-prinsip Alkitab dan melupakan iman kita. Kita harus menang atas kedua tantangan tersebut. Tidak tunduk pada penganiayaan dari luar dan juga tidak kompromi dengan iman kekristenan kita.
Refleksi Diri:
Apa tantangan yang Anda alami hari ini? Apakah tantangan tersebut membuat Anda tergoda untuk berkompromi dengan iman?
Bagaimana Anda membangun keteguhan iman terhadap prinsip-prinsip yang Tuhan Yesus ajarkan?"
Share:

Jangan Jadi Kristen KTP

Wahyu 3:1-6

Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
- Wahyu 3:1b-2

Sardis adalah kota perdagangan, pusat industri kain wol, yang kaya dan makmur. Penduduknya hidup santai dan berfoya-foya. Sekalipun terletak di gunung batu yang kokoh, Sardis berkali-kali ditaklukkan oleh musuh. Hal ini disebabkan oleh kelalaian dalam menjaga pertahanan kota.
Apa yang terjadi pada kota Sardis, juga terjadi pada jemaat Kristen di sana. Jemaat Sardis kaya secara materi tetapi tidak memiliki kehidupan rohani yang sejati. Dalam ayat 1b, Tuhan Yesus menegur mereka dengan sangat keras, “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!” Identitas mereka sebagai orang Kristen hanya tersisa pada nama dan tidak ada lagi kehidupan rohani yang sesungguhnya. Mereka tipikal orang-orang Kristen KTP. Jemaat Sardis harus bertobat agar namanya tidak dihapus dari kitab kehidupan (ay. 5).
Bagaimana agar kita tidak menjadi orang Kristen sekadar nama saja? Pertama, gereja dan orang percaya tidak boleh mengandalkan harta. Kita hanya boleh mengandalkan Yesus Kristus “yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu” (ay. 1a). Tujuh adalah angka sempurna. Ketujuh Roh Allah artinya karya Roh Kudus yang sempurna, yang memberi hidup bagi gereja dan orang percaya. Ketujuh bintang adalah ketujuh malaikat jemaat (bdk. Why. 1:20), yakni para pemimpin gereja (pendeta, penginjil, penatua dan diaken). Hanya ketika gereja dan orang-orang percaya kembali bersandar kepada Kristus, mereka akan memperoleh kuat kuasa Roh Kudus yang menghidupkan gereja-Nya dan pemimpin-pemimpin-Nya.
Kedua, mereka harus bertobat, membangun dan menguatkan iman yang masih tertinggal yang sudah hampir mati. Tuhan memberikan kesempatan bagi orang Kristen KTP untuk bangkit kembali. Mereka tidak boleh lagi mengikuti cara hidup dunia yang santai dan berfoya-foya, sebaliknya harus awas dan berjaga-jaga karena Kristus Yesus akan datang seperti pencuri pada waktu yang tidak diketahui (ay. 3). Gereja dan orang percaya hendaklah bersikap seperti mempelai wanita yang selalu hidup suci dan siap menyambut kedatangan Yesus Kristus Sang Mempelai laki-laki. Mereka tidak boleh mencemarkan pakaian mereka (ay. 4). Yuk, jadilah murid Kristus sejati!
Refleksi Diri: 
Siapa yang Anda andalkan selama ini? Apakah Anda sungguh mengandalkan Yesus Kristus?
Bagaimana cara Anda membangun dan menguatkan iman di dalam Kristus Yesus?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.