Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pemeliharaan Allah dan Strategi Manusia

Pemeliharaan Allah tidak menghilangkan tanggung jawab manusia. Dalam bacaan hari ini, kita akan melihat bagaimana keduanya berjalan bersama.

Bersyeba adalah kota paling selatan di wilayah Yehuda, tempat Ishak pernah mendirikan mazbah (Kej. 26:23-25). Sebelum meninggalkan Kanaan, Yakub mempersembahkan kurban di sana (1). Penulis menggunakan istilah "Allah Ishak ayahnya" karena mazbah tersebut didirikan oleh Ishak. Allah memberikan penglihatan kepada Yakub dan berkata, "Akulah Allah, Allah ayahmu. Janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana" (3).

Yakub membawa semua keturunannya untuk pindah ke Mesir (5-7). Semua keturunan Yakub yang pergi ke Mesir (tidak termasuk para menantu) adalah 66 orang (26). Ditambah dengan Yakub, Yusuf, dan kedua anaknya, total keluarga Yakub di Mesir menjadi 70 orang (27).

Yusuf pun berstrategi dengan keluarganya supaya mereka beserta keturunan dan segala milik mereka dapat tinggal di tanah Gosyen. Yusuf langsung menempatkan saudara-saudaranya di sana (28). Yusuf meminta mereka untuk menyamakan perkataan mereka dengan perkataannya kepada Firaun, bahwa mereka adalah peternak supaya mereka diizinkan untuk tinggal di Gosyen, sebab gembala kambing domba adalah pekerjaan yang menjijikkan bagi orang Mesir (33-34).

Dengan demikian, kita melihat bahwa pasal ini dibuka dengan janji pemeliharaan Allah dan ditutup dengan strategi Yusuf. Penulis menunjukkan bahwa Allah memakai Yusuf dengan strateginya agar Yakub dan keturunannya dapat menempati tanah itu sebagai tempat tinggal tetap mereka seperti kehendak-Nya.

Kedaulatan dan pemeliharaan Allah bukan berarti kita tinggal berpangku tangan. Allah menghendaki agar kita "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Mat. 10:16). Dalam pemeliharaan Allah, mari kita berusaha dengan sebaik mungkin supaya kehendak Allah terjadi melalui kuasa-Nya dan juga usaha kita yang cerdik dan berkenan kepada-Nya.

Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu.  Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu.  Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu  Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN 
Share:

Allah sebagai Penyebab Utama

Doktrin yang menganggap Allah sebagai penyebab utama mengakui bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah, sedangkan hal-hal lainnya hanyalah penyebab sekunder.

Setelah mendengar perkataan Yehuda, Yusuf tidak dapat lagi menahan hatinya dan ia pun membukakan bahwa ia adalah Yusuf (1-4). Yusuf juga meminta saudara-saudaranya untuk tidak menyesali diri karena menjual dia. Alasannya adalah "justru untuk menyelamatkan hiduplah Allah mengutus aku mendahului kamu" (5). Yusuf juga berkata, "Allah telah mengutus aku mendahului kamu" (7), dan "bukan kamu yang mengutus aku ke sini melainkan Allah" (8). Yusuf kemudian meminta saudara-saudaranya untuk menceritakan dirinya kepada Yakub. Ia bahkan mengajak semua saudaranya untuk tinggal di tanah Gosyen dan ia akan memelihara mereka semua (9-13).

Mengapa Yusuf mengatakan bahwa Allah yang mengutus dia ke Mesir? Tentu Yusuf sadar bahwa saudara-saudaranyalah yang menjualnya, karena ia juga mengatakan demikian. Namun, di balik itu, Yusuf percaya bahwa Allah yang adalah "penyebab utama" dari segala sesuatu, memakai iri hati saudara-saudaranya sebagai sarana bagi Yusuf untuk tiba di Mesir sebelum kelaparan terjadi dan menyelamatkan banyak orang.

Keyakinan inilah yang sepertinya membuat Yusuf dapat mengampuni saudara-saudaranya dan bahkan bersedia memelihara kehidupan semua saudaranya. Jika kita percaya bahwa Allah adalah penyebab utama dari segala sesuatu, kita pun dapat bersikap seperti Yusuf dan memaafkan orang yang melakukan kesalahan kepada kita, walaupun kesalahan itu sangat menyakiti kita. Jadi, kita lebih berfokus pada tujuan Allah yang baik dalam mengizinkan hal yang buruk tersebut terjadi dalam kehidupan kita, dan tidak berfokus pada rasa sakit kita saja (bdk. Kej 50:20).

Allah adalah penyebab utama dari segala yang terjadi. Ini berarti tetap ada rencana indah Allah di balik hal-hal yang buruk. Dengan demikian, kita belajar untuk menghadapinya dengan pikiran yang bijak dan hati yang mau memaafkan orang yang menjahati kita.

Doa Pagi:

Pagi ini aku datang kepada-Mu, Tuhan, dan memohonkan berkat kepada-Mu untuk bapak, ibu, jemaat, saudara-saudari sekalian. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kita semua. Dan diberkatilah rumah tangga kita, anak-anak dan cucu-cucu kita, pekerjaan kita, sawah dan ladang kita, studi kita, toko kita, usaha kita, kantor kita, rumah kita, keluarga kita, pelayanan kita, dan gereja kita. Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami. Yang percaya katakan AMIN! Tuhan Yesus memberkati.
Share:

Kesetiaan pada Janji

Dalam Mazmur 15:4, Daud menegaskan bahwa orang benar adalah orang yang berpegang pada sumpahnya walaupun merugikan dirinya sendiri. Hal ini sangat terlihat dalam tindakan Yehuda dalam nas hari ini.

Ketika mendengar bahwa Benyamin akan dijadikan budak, Yehuda segera berbicara. Ia berkali-kali menyebut tentang ayahnya yang sudah tua, sangat mengasihi Benyamin, dan akan mati jika Benyamin tidak kembali (20-22). Dengan perkataan berulang tentang bagaimana ayah Benyamin akan "mati", "turun ke dunia orang mati", dan "tidak dapat hidup" (22, 29-31), Yehuda sebenarnya ingin menunjukkan betapa mustahil bagi ayahnya untuk menerima bahwa Benyamin tidak akan kembali ke sisinya.

Yehuda kemudian memohon agar dia yang menjadi budak menggantikan adiknya, karena ia sudah menjamin keselamatan Benyamin. Ia melakukan ini karena tidak sanggup melihat penderitaan yang akan menimpa ayahnya (32-34).

Yehuda sebelumnya berjanji kepada Yakub bahwa Benyamin akan kembali dengan selamat (Kej 43:8-9). Sekarang, ketika Benyamin hendak dijadikan budak, Yehuda menawarkan dirinya sebagai ganti. Hal yang menarik, Yehuda yang dahulu mengusulkan untuk menjual Yusuf sebagai budak (Kej 37:26-27), sekarang menawarkan dirinya untuk menjadi budak Yusuf. Namun, lebih penting lagi, Yehuda adalah orang yang memegang janjinya walaupun janji itu merugikan dirinya sendiri.

Yesus mengajarkan bahwa kita tidak boleh sembarangan bersumpah dan harus menepati janji kita (bdk. Mat 5:34-37). Banyak orang mungkin menganggap bahwa janji bisa dengan mudah diingkari. Namun, sebagai orang percaya, kita tidak boleh mengingkari janji karena Allah kita adalah Allah yang setia pada janji-Nya.

Sebagai orang Kristen, kita menyandang nama Allah. Mari kita tetap memegang janji kita walaupun rugi, supaya kita tidak mempermalukan Allah.
Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu
Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu.
Share:

Menguji demi Kebaikan

Allah sering menguji umat-Nya demi kebaikan mereka, seperti dalam kisah Ayub. Kita juga dapat meneladani Allah dengan menguji orang yang kita kasihi demi kebaikan mereka dan kerja sama yang lebih baik.

Yusuf dengan sengaja menyuruh pengurus rumahnya untuk meletakkan piala peraknya di karung Benyamin (2). Tak lama setelah saudara-saudaranya berangkat, pengurus itu mengejar mereka dan menuduh mereka mencuri (4-6). Saudara-saudara Yusuf yakin bahwa tidak ada di antara mereka yang mencuri, sehingga mereka mengatakan bahwa siapa pun yang kedapatan mencuri harus dihukum mati, dan mereka semuanya akan menjadi budak Yusuf (7-9).

Tentu saja piala tersebut ditemukan di dalam karung Benyamin, dan semua saudara Yusuf mengoyak jubah mereka sebagai tanda kesedihan (12-13). Yehuda memohon agar mereka semua menjadi budak, tetapi Yusuf bersikeras bahwa hanya Benyamin yang harus menjadi budak (16-17).

Mengapa Yusuf melakukan ini? Mengapa hukuman itu ditetapkan agar hanya Benyamin yang menjadi budak? Yusuf tampaknya ingin melihat bagaimana saudara-saudaranya memperlakukan Benyamin. Apakah mereka akan iri kepada Benyamin dan membiarkan dia menjadi budak seperti mereka dahulu iri kepada Yusuf dan menjualnya sebagai budak? Tujuan Yusuf adalah untuk melihat apakah saudara-saudaranya sudah berubah.

Menguji apakah orang terdekat kita sudah berubah atau menguji kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu adalah hal penting yang kadang diperlukan. Allah juga sering menguji kita sebagai hamba-Nya, bukan untuk membuat Allah lebih tahu, tetapi supaya kita bisa lebih memahami pertumbuhan dan kemampuan kita.

Mari kita belajar untuk menguji orang yang mau kita percayakan untuk tugas tertentu, supaya kita dapat memilih orang dengan tepat. Tentu, kita juga harus bersedia diuji oleh siapa pun agar kita dapat dipercaya. Berdoalah agar Tuhan mengajar kita untuk menjadi lebih berhikmat dalam memberi maupun menerima ujian.

Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu
Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Perubahan Sejati

Masa kelaparan terus berlanjut, dan persediaan gandum yang dibeli sebelumnya sudah habis. Oleh karena itu, Yakub menyuruh anak-anaknya pergi kembali ke Mesir untuk membeli gandum.

Situasi yang serupa memicu tuntutan yang sama, yaitu membawa Benyamin bersama mereka (3-5). Namun, kali ini Yehuda dengan berani menjamin bahwa ia akan menjaga adiknya dengan sebaik-baiknya (9).

Setibanya di Mesir, mereka mengantisipasi perlakuan keras seperti sebelumnya. Namun, Yusuf membawa mereka ke rumahnya, bukan untuk menghukum, tetapi untuk makan bersama mereka (16-18).

Kebaikan yang besar ditunjukkan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dengan ramah, ia menanyakan perihal ayah mereka (27). Ketika ia melihat Benyamin, ia menaikkan doa bagi adiknya itu dan menyimpan kasih sayang di dalam hatinya hingga ia menangis (29-30).

Yusuf memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Ia mendudukkan saudara-saudaranya di depannya dan menjamu mereka dengan makanan melimpah, bahkan hidangan mewah dari mejanya (31-34a).

Dalam perjamuan siang itu, Yusuf dengan sengaja memberi Benyamin hidangan lima kali lebih banyak daripada yang lain (34b). Ia menunjukkan rasa hormat yang khusus kepada Benyamin, seolah hendak menguji apakah saudara-saudaranya akan merasa iri terhadap Benyamin, sama seperti mereka dahulu iri terhadap dirinya. Tampaknya mereka sudah berubah karena dikatakan mereka bersukaria bersama.

Allah menginginkan perubahan sejati. Kesalahan tidak diulang, tetapi diperbaiki dengan ucapan maaf dan perbuatan baik. Keirihatian dan dendam diganti dengan kerendahhatian dan keramahan. Relasi kembali dibangun dalam sukaria. Untuk sampai pada level ini, kita memerlukan bimbingan Roh Kudus. Dialah yang memampukan kita untuk bangkit dari penyesalan dan berubah secara total.

Kepada keluarga dan teman yang pernah tersakiti perbuatan kita, buktikanlah bahwa kita dapat berubah sejati.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.