Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tahirkan Dirimu!


Bilangan 19


Jika sebuah sabun batangan jatuh ke dalam lumpur, dapatkah sabun itu digunakan kembali? Mungkin saja bisa! Namun, bukankah ia harus dibersihkan terlebih dahulu? Jika tidak, kita tentu akan merasa jijik untuk memakainya lagi, bukan?

Allah menghendaki agar bangsa Israel hidup kudus dan menjauhi segala yang najis. Untuk itu Allah memberikan berbagai aturan praktis yang wajib dipatuhi bangsa Israel. Aturan itu dimulai dari kasus tersentuh mayat.

Aturannya sangat jelas bahwa orang yang tersentuh mayat akan menjadi najis selama tujuh hari (11) dan harus tinggal di luar perkemahan. Tidak hanya orang itu saja, semua yang disentuhnya dan lingkungan sekitarnya menjadi najis (22). Hal ini memperlihatkan bahwa kenajisan merupakan persoalan serius bagi Allah jika dikaitkan dengan kekudusan hidup. Sebab, kenajisan bisa menjadi "virus" yang menggerogoti kerohanian seseorang. Jika kehidupan rohani seseorang sakit, berarti kemanusiaannya pun ikut sakit.

Karena itu, orang yang terjangkiti kenajisan membutuhkan penahiran dari Allah. Dalam hal ini, Allah memberikan solusinya, yaitu penyembelihan lembu betina merah dan air penahiran sebagai penghapus dosa. Jika seseorang menjadi najis karena menyentuh mayat, imam harus menyembelih lembu betina merah, memercikkan air penahiran kepada orang tersebut, lalu membasuh pakaiannya dengan air. Dengan begitu, orang tersebut akan menjadi tahir kembali saat matahari terbenam.

Kematian dan kebangkitan Yesus telah menyempurnakan ritual kurban dan Hukum Taurat pada Perjanjian Lama. Pengurbanan Yesus terjadi sekali untuk selamanya, dan berkuasa membersihkan siapa pun yang percaya kepada-Nya dari segala dosa.

Kita seharusnya sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak menajiskan diri dengan dosa, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Hidup suci karena mengasihi Tuhan semestinya kita wujudkan setiap waktu di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat. [SDL]

Doa: Tuhan terimalah diriku ini karena orang berdosa dan tahirkan diriku dari segala sakit penyakit dosa dalam diriku. Amin
Share:

KETAATAN MEMBAWA KEMENANGAN


Yosua 8:18-29

Berdasarkan nas renungan kita hari ini, kita melihat bahwa betapa kuasa dan kasihnya Tuhan terhadap Yosua. Kita mungkin sudah bisa menebak alasan kasih dan penyertaan yang
 diperoleh oleh Yosua. Tuhan menyertai Yosua sebab ia adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Dan Yosua selalu bertindak bukan dengan akal namun dengan iman dan meminta pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya. Pendek kata si Yosua adalah pribadi yang taat pada perintah Allah. Dan upah ketaatan adalah berkat kemenangan baginya dan bagi Israel.
Hari-hari ini bayak orang ingin berkat, tetapi tidak taat. Padahal, berkat datang dari ketaatan pada perintah Tuhan, sedangkan kutuk datang dari ketidaktaatan. Ketaatan adalah sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana saudara diberkati adalah tergantung sejauh mana saudara taat pada Tuhan. Namun lebih dari sekedar berkat, yang lebih penting adalah apakah Tuhan masih menyertai kita atau tidak dalam segala yang hal yang kita lakukan.
Perlu saya ingatkan bahwa jika kita tidak taat, jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tida taat artinya kita lebih mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan dosa, sekalipun kita menyanyi ”aku cinta Yesus” berulang-ulang di ibadah. Kasih diekspresikan dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan menuruti perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Disaat covid 19 sedang melanda kehidupan ketaatan tetap perlu di laksanakan.  Taat pada Tuhan perlu dibangun di atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya.
Allah sangat menghargai “ketaatan”. Tuhan tidak mau hidup kita tidak taat, karena ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh kuasa gelap. Anak-anak kita mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau ‘dimakan’ orang. Pernikahan kita di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa membuat kita tidak akan peka lagi kepada suara Tuhan. Tuhan menghargai ketaatan saudara. Dan Ia mau bukan hanya memberkati tetapi menyertai saudara. Menolong di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan di kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk mengalami semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan firmanNya.
Ketaatan Yosua sebagai pemimpin telah menunjukkan sikap yang taat. Sikap ini ia tunjukkan baik kepada seniornya (Musa) maupun terlebih kepada TUHAN Allahnya. Yosua membuktikan diri sebagai hamba, pahlawan dan pemimpin yang taat kepada Allah. Ketaatan Yosua kepada Allah menyebabkan pengaruhnya meningkat. Kita adalah hamba dan pemimpin. Seperti Yosua, biarlah kita juga menunjukkan sikap yang taat kepada Allah. Pengaruh kita sebagai pemimpin hanya bisa dimungkin melalui ketaatan kita kepada Allah dan firman-Nya. Mari kita bangun kemitraan yang kuat dengan Allah, sebab melalui kemitraan yang kuat dengan Allah, kita akan memperoleh kemenangan seperti Yosua dan bangsa Israel menaklukkan musuh-musuh mereka. Melalui kemitraan yang kuat dengan Allah, Yosua dan bangsa Israel mencapai tujuan mereka, yaitu memasuki tanah Kanaan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa membawa orang-orang yang dipimpin mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, kemitraan yang kuat dengan Allah harus kita lakukan sebagai pemimpin. Dari sinilah kita mendapatkan pengaruh kepemimpinan. Lebih dari itu, kita sebagai pemimpin, dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Saudara dan saya adalah pemimpin, mari teladani Yosua. AMIN!

Doa: Tuhan terima Kasih atas anugerahmu. Ajari hamba dan seluruh jemaat untuk selalu hidup taat kepada Mu. Amin.
Share:

KETAATAN BARU


Ibrani 10:1-18

“Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka
dan menuliskannya dalam akal budi mereka ….”
(Ibrani 10:16)
 

Saudara ku yang terkasih. setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan. Demikian juga kita. Ketika melakukan kesalahan, semestinya kita segera menyadari dan dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan; orang yang berjiwa besar sudah semestinya tidak malu meminta maaf. Tetapi, sering terjadi, orang enggan meminta maaf karena tidak mau malu akibat kesalahannya terus dibicarakan atau diungkit; atau, menganggap pihak yang dimintai maaf tidak tulus memberi maaf, meskipun sudah berusaha meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Penulis Surat Ibrani mencoba menilai secara kritis makna kurban yang dipersembahkan berulang kali. Ia mengatakan, “Justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa” (ayat 3). Betul juga, ya. Berbeda dengan Kristus. “Sebab oleh satu kurban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (ayat 14). Melalui pengurbanan Kristus, kita mengerti arti kasih dan pengampunan yang begitu besar. Sekarang kita semakin mengerti makna perkataan Tuhan, “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka.” Sekali lagi tentang hati dan akal budi. Keduanya melekat dalam hidup kita. Mana mau kita disebut “orang yang tak punya hati” kan? Atau, kita dilabeli “tak berakal budi.” Mana ada manusia yang tak punya hati dan otak? Dari sini kita mengerti, bahwa kurban Kristus telah membuat umat Allah menyatu dengan dirinya sendiri, dengan hati dan akal budinya. Ketaatan timbul bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan timbul dari segenap keberadaan diri seorang manusia.
Jemaat saatnya kita mengubah model ketaatan kita. Kita taat kepada Tuhan bukan karena takut, atau berharap mendapatkan berkat. Kita taat karena kita mengerti dengan baik kasih-Nya yang sangat besar atas kita. Kita taat sebagai ungkapan syukur dan hormat kita atas pengurbanan Kristus. Kita taat karena kita tahu itulah yang terbaik buat hidup kita.

Doa; Tuhan ajari kami untuk hidup Taat dengan seturut kehendakmu. Agar dapat menjadi figur yang hidup dan berkenan kepadaMu. Amin.
Share:

TETAP MELAYANI


2_Raja_Raja 13:14-21.

"Ketika Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, datanglah Yoas, raja Israel, kepadanya dan menangis oleh karena dia, katanya: "Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" (ayat 14)

Tidak pernah ada istilah pensiun bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Bisa saja seseorang telah bebas tugas sebagai pelayan Tuhan secara struktural tetapi ia akan tetap menjadi pelayan Tuhan secara fungsional seumur hidupnya. Hal itulah yang digambarkan oleh pelayanan Elisa dalam perikop bacaan kita hari ini.

Saat sakit tetap melayani

Walaupun dalam keadaan sakit dan sudah dekat dekat dengan kematian, Elisa tidak menolak kedatangan Yoas meski ia tahu Yoas tidak takut pada Tuhan. Itulah sebabnya Elisa justru bernubuat sebab ia berharap agar dengan jalan ini Yoas berpaling pada Allah. Itulah sebabnya dia memberitahukan kepada Yoas apa yang akan Allah lakukan kepadanya berkenaan dengan musuhnya raja Aram (ayat ayat 17). Kehidupan, integritas, kesetiaan, dan pelayanan Elisa kepada Allah Israel tak berubah sampai akhir hidupnya.

Tidak ada batasan untuk melayani Tuhan dan tidak ada satu kondisi pun yang bisa menghentikan langkah seseorang untuk melayani Tuhan. Jadi, pergunakanlah setiap kesempatan untuk melayani Tuhan karena melayani Dia adalah anugerah semata-mata.

Saat tiada pun tetap melayani

                “Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.” (ayat 21). Elisa mengakhiri hidupnya dengan baik dan benar sampai-sampai kuasa Allah tetap dinyatakan setelah kematiannya. Pengaruh Elisa masih memiliki dampak sekalipun dia sudah tidak ada.

Apakah dampak pelayanan kita masih terlihat sekalipun kita sudah tiada? Bukankah Allah tetap berkarya dalam hidup keturunan Daud sekalipun Daud sudah tidak ada?

Tetaplah melayani Tuhan apapun kondisinya sehingga dampak pelayanan Anda masih tetap ada sekalipun Anda sudah tiada. Karena itu penuhilah panggilan Allah untuk melayani-Nya! Akhirilah perjuangan pelayanan dengan hati yang tetap tertuju pada-Nya. (MS)

Tetaplah melayani Tuhan apapun kondisinya sehingga dampak pelayanan Anda masih tetap ada sekalipun Anda sudah tiada

DOA.Tuhan kami bersyukur buat kasih anugerahmu yang Tuhan berikan dalam hidupku disaat kami lemah tenaga kau tetap melayani kami. Berikan kemampuan kepada jemaat untuk merasakan kehadiranmu di tengah covid 19 ini amin.
Share:

Disiplin Diri


Bilangan 15:37-41

Manusia mempunyai sifat dasar tidak suka diatur dan mau melakukan kehendaknya sendiri. Banyak peraturan yang dibuat justru dilanggar. Demikian pula dengan bangsa Israel yang pada waktu itu sedang mengembara di padang gurun.

Allah secara langsung memberikan peraturan dan ketetapan-Nya melalui Musa. Namun, berbagai peraturan dan ketetapan yang diberikan Allah kepada mereka tidak dengan serta-merta dituruti dan dilaksanakan. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan Musa untuk berbicara kepada bangsa Israel agar mereka membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka secara turun-temurun (38). Tujuannya adalah untuk memperingatkan bangsa Israel. Allah menghendaki agar setiap kali mereka melihat jumbai itu, mereka mengingat kembali segala perintah Tuhan dan melaksanakannya. Dengan demikian, mereka tidak lagi hidup menurut kehendak hati dan mata mereka sendiri. Mereka dapat hidup kudus sesuai kehendak Tuhan (39-40).

Jika kita melihat kehidupan bangsa Israel pada saat itu, kita akan menyadari betapa Tuhan mengasihi dan memperhatikan mereka. Bahkan, Ia menyuruh membuat jumbai peringatan agar mereka hidup taat pada perintah-perintah-Nya.

Dalam kesibukan dan aktivitas sehari-hari, kita sering lupa melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Mulai dari hal-hal kecil, seperti lupa berdoa, mengucapkan kata-kata kotor, merendahkan orang lain, dan sebagainya.

Disiplin diri sangatlah penting. Karena itu, kita perlu membuat daftar tentang sifat buruk yang ada pada kita. Lalu, daftar itu dijadikan acuan peringatan dini dan pengendalian diri. Ketika melihatnya, kita akan teringat hal-hal baik yang harus kita lakukan atau katakan. Lama-kelamaan, kesadaran kita untuk hidup benar akan muncul, dan kita akan mulai terbiasa hidup kudus sesuai kehendak Tuhan dan bukan kehendak sendiri.

Mari kita belajar dari cara Tuhan mendisiplinkan bangsa Israel untuk taat dan hidup kudus. Belajar mendisiplinkan diri dan hidup kudus sesuai kehendak Tuhan semestinya dilakukan dengan serius. [SDL]

Doa . ajari kami Tuhan juga jemaatmu di manapun berada untuk disiplin diri agar kami  dapat menjadi berkat melalui kehidupan kami. Amin.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.