Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mukjizat Sejati

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mukjizat diartikan sebagai suatu kejadian luar biasa yang tidak dapat dijelaskan oleh nalar manusia. Sementara itu, dalam Alkitab, mukjizat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang terjadi semata-mata karena kehendak Allah.

Narasi ini dimulai dengan sebuah pernyataan yang memukau, "TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya" (1). Mukjizat hanya bisa terjadi jika Tuhanlah yang mengupayakannya, dan mukjizat tidak akan terjadi di luar kehendak-Nya. Setiap mukjizat memiliki maksud yang jelas, dan Tuhan mengerjakan mukjizat dalam kehidupan umat-Nya supaya mereka dapat bersaksi tentang kebesaran-Nya. Tuhan memberi Abraham berbagai kesempatan untuk bersaksi tentang kebesaran-Nya, tetapi Abraham tidak memanfaatkan kesempatan tersebut (lihat Kej. 20). Sebagai individu yang menerima janji setia Tuhan (kovenan), Allah ingin menggunakan Abraham sebagai berkat bagi bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Dia (lihat Kej. 12:2-3, 15:4-5, 17:3-8).

Karena itu, peristiwa kelahiran Ishak, yang sudah dinubuatkan oleh Tuhan dan dijanjikan setahun sebelumnya, menjadi momen bagi Sara untuk menyaksikan kebesaran Tuhan (2-6).

Sara menekankan bahwa Tuhan mampu membungkam orang-orang yang meremehkan keagungan-Nya (7), dan melalui karya-Nya, Tuhan menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang hidup, yang berkarya dan berkuasa.

Kesaksian hidup seorang beriman harus dimulai dari titik di mana dia mengalami perjalanan iman bersama Allah. Sara sempat menertawakan janji Tuhan (Kej. 18:12), namun Tuhan mampu mengubah tawa sinis itu menjadi tawa sukacita karena mereka menyaksikan mukjizat Tuhan yang nyata.

Ketika kita berdoa dan menjalani iman kita, apakah kita melihat tangan Tuhan yang menuntun kita? Apakah kita bergantung pada janji pemeliharaan Tuhan? Apakah kita mengakui dan mengimani bahwa Tuhan sungguh hidup dan berkuasa, serta mampu mengerjakan mukjizat dalam kehidupan kita?

Share:

Pujian Ibadah Minggu 23 Juni 2024

Share:

Menuding ke Sebelah

Peribahasa "Buruk Muka, Cermin Dibelah"

Peribahasa ini mengandung makna menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat orang lebih cepat menuding kesalahan orang lain daripada mengakui kesalahan sendiri. Hal ini bukan hanya kebiasaan buruk tetapi juga menghambat pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab moral. Kisah Abraham di Gerar merupakan contoh nyata bagaimana tindakan ini dapat membawa konsekuensi yang kompleks.

Keputusan Abraham dan Ketakutannya

Abraham memutuskan untuk tinggal di Gerar bersama keluarganya. Ia merasa daerah itu tidak mengenal Allah dan takut bahwa kecantikan istrinya, Sara, akan membahayakan hidupnya. Ketakutannya mendorong Abraham untuk berbohong, menyebut Sara sebagai saudara perempuannya. Ini adalah kali kedua Abraham melakukan hal ini, sebelumnya ia juga menyebut Sara sebagai saudaranya di Mesir (Kejadian 12:10-20).

Tindakan Abimelekh dan Intervensi Tuhan

Raja Abimelekh, tanpa mengetahui kebenaran, mengambil Sara sebagai istri. Namun, Tuhan memperingatkan Abimelekh melalui mimpi bahwa tindakannya berdosa dan dapat membawa maut, karena Sara adalah istri Abraham. Dengan segera, Abimelekh memanggil Abraham untuk meminta penjelasan dan mengembalikan Sara, bahkan memberikan berbagai harta sebagai kompensasi.

Pembelajaran dari Narasi Ini

  1. Kesetiaan Tuhan pada Janji-Nya:

Tuhan tetap setia pada janji-Nya kepada Abraham, meskipun Abraham membuat keputusan yang kurang bijaksana dan tidak jujur. Ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak bergantung pada kesempurnaan kita, tetapi pada kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.

  2. Pentingnya Kejujuran dan Pengakuan Kesalahan:

Kisah ini menyoroti pentingnya bersikap jujur dan tidak takut mengakui kesalahan. Abraham mengakui tindakannya di hadapan Abimelekh dan menjelaskan alasan di balik kebohongannya. Ini merupakan langkah penting dalam memperbaiki kesalahan dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.

  3. Doa Syafaat untuk Semua Orang:

Abraham tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang seiman, tetapi juga untuk Abimelekh dan keluarganya yang bukan bagian dari umat Allah. Ini mengajarkan kita untuk mendoakan semua orang, tanpa memandang keyakinan atau latar belakang mereka. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa Abraham, menunjukkan bahwa belas kasihan-Nya melampaui batasan manusia.

Refleksi dan Penerapan dalam Hidup

  1. Menghadapi Kesalahan dengan Bertanggung Jawab:

Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit atau berpotensi bahaya, adalah penting untuk tidak menuding orang lain atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, kita harus berani mengakui kesalahan kita dan mencari solusi yang tepat. Tindakan Abraham yang jujur akhirnya membawa pemulihan dan berkat bagi semua pihak yang terlibat.

  2. Kesetiaan Tuhan sebagai Landasan Hidup:

Mengetahui bahwa Tuhan setia pada janji-Nya memberikan kita keberanian untuk hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Kita bisa mempercayai Tuhan dalam segala situasi, bahkan ketika kita merasa takut atau tidak yakin dengan hasilnya.

  3. Mendoakan Orang Lain dengan Kasih:

Sebagaimana Abraham berdoa untuk Abimelekh, kita juga diajak untuk mendoakan orang lain, termasuk mereka yang mungkin berbeda keyakinan atau pandangan dengan kita. Ini adalah wujud nyata dari kasih dan kemurahan hati yang diajarkan oleh Tuhan.

Kisah Abraham di Gerar mengajarkan kita banyak hal tentang kesetiaan Tuhan, pentingnya kejujuran, dan nilai doa syafaat. Di tengah-tengah kehidupan kita yang penuh dengan tantangan dan godaan untuk menyalahkan orang lain, mari kita belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mempercayai kesetiaan Tuhan, dan mendoakan semua orang dengan kasih yang tulus. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan menjaga nilai-nilai ilahi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Share:

Keaiban

Kisah Lot dan kedua anak perempuannya setelah kehancuran Sodom dan Gomora memberikan gambaran yang mendalam tentang kasih karunia Tuhan, kesalahan manusia, dan pentingnya belas kasihan di hadapan keadilan Tuhan.

Kemurkaan Tuhan dan Keselamatan Lot

Setelah Lot dan keluarganya melarikan diri dari Sodom yang hancur, mereka menetap di pegunungan. Namun, kehidupan mereka tidak berakhir dengan damai. Kedua anak perempuan Lot, dalam keadaan putus asa dan mungkin terpengaruh oleh moral yang rusak di Sodom, membuat keputusan yang membingungkan: mereka merencanakan untuk tidur dengan ayah mereka (Kejadian 19:30-38).

Penafsiran dan Pembelajaran

  1. Kondisi Hidup di Sodom dan Gomora: Lot dan keluarganya terpengaruh oleh lingkungan moral yang rusak di Sodom. Meskipun Lot dianggap sebagai orang yang saleh, pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya tetap mempengaruhi keluarganya. Ini mengingatkan kita akan pentingnya lingkungan dan pengaruh yang kita pilih dalam hidup kita.

  2. Keputusan Tragis dari Kedua Anak Perempuan: Tindakan kedua anak perempuan Lot adalah bukti dari keputusasaan mereka. Mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan keturunan mereka. Ini menunjukkan betapa rusaknya pikiran dan nilai-nilai moral yang mereka terima di Sodom. Meskipun demikian, cerita ini juga menyoroti bahwa bahkan dalam keputusasaan dan kekacauan, kasih dan belas kasihan Tuhan masih ada.

  3. Kasih Karunia Tuhan: Meskipun Lot dan keluarganya tidak sempurna dan terpengaruh oleh dosa sekitar mereka, Tuhan tetap menunjukkan belas kasihan-Nya. Ia menyelamatkan Lot dari penghancuran Sodom, bahkan ketika Lot mungkin tidak layak menerima keselamatan itu. Ini menunjukkan bahwa keselamatan datang dari kasih karunia Tuhan, bukan dari nilai atau kebaikan kita sendiri.

Pembelajaran untuk Kehidupan Kita

  1. Ketergantungan pada Kasih Karunia Tuhan: Ketika kita menghadapi dosa dan kelemahan kita sendiri, kita tidak dapat mengandalkan kemampuan atau kebaikan kita sendiri untuk menyelamatkan diri. Kita perlu mengandalkan kasih karunia Tuhan yang tidak terbatas dan belas kasihan-Nya yang membebaskan kita dari keaiban dan dosa.

  2. Pengakuan dan Ketaatan kepada Tuhan: Ketika kita berdoa dan mengakui dosa kita kepada Tuhan, landasan permohonan kita haruslah didasarkan pada pengakuan akan kesalahan kita dan kepercayaan akan belas kasihan Tuhan. Seperti Abraham yang bersyafaat bagi Sodom, kita juga harus memohon belas kasihan Tuhan atas diri kita dan umat-Nya.

  3. Menjalani Hidup dalam Ketaatan dan Kesadaran akan Kehendak Tuhan: Lot dan keluarganya menghadapi konsekuensi dari pengaruh lingkungan yang buruk di sekitar mereka. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjalani hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, terlepas dari pengaruh negatif di sekitar kita.

Kisah Lot dan anak-anaknya menunjukkan kepada kita bahwa kasih karunia Tuhan melebihi kelemahan dan kesalahan manusia. Meskipun kita mungkin terpengaruh oleh dunia di sekitar kita, kita dapat menemukan keselamatan dan belas kasihan dalam Tuhan. Melalui refleksi atas kisah ini, kita diajak untuk hidup dalam ketaatan, mengakui dosa kita kepada Tuhan, dan mengandalkan kasih karunia serta belas kasihan-Nya dalam perjalanan iman kita.

Share:

Luput dari Bahaya

Ketika seseorang mengalami pengalaman luput dari bahaya, itu sering kali menjadi kisah yang terus diceritakan. Namun, ketika pengalaman tersebut melibatkan kehilangan seseorang yang kita kasihi, rasa lega bercampur dengan duka.

Kisah penghancuran Sodom dan Gomora dalam Kitab Kejadian mengandung pelajaran penting tentang penghakiman, kasih Tuhan, dan keselamatan. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana kisah ini menggambarkan hal tersebut.

Sodom dan Gomora: Penghakiman dan Keselamatan

Penghukuman atas Sodom dan Gomora: Kisah ini dimulai dengan dua malaikat yang mengunjungi Sodom untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya dari kehancuran yang akan datang (Kejadian 19:1-3). Orang-orang Sodom yang jahat mencoba menyerang para tamu Lot, menunjukkan kebejatan moral mereka yang menjadi alasan utama penghakiman Tuhan atas kota tersebut (Kejadian 19:4-9). Tuhan mengutus malaikat untuk memperingatkan Lot dan keluarganya agar segera meninggalkan kota sebelum kehancuran terjadi (Kejadian 19:12-16).

Perintah untuk Menyelamatkan Diri: Para malaikat memperingatkan Lot dan keluarganya untuk melarikan diri ke pegunungan dan tidak menoleh ke belakang (Kejadian 19:17). Namun, istri Lot melanggar perintah tersebut dan menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam (Kejadian 19:26). Ini menggambarkan bahwa ketidaktaatan terhadap perintah Tuhan membawa konsekuensi yang serius.

Keselamatan melalui Kasih Karunia Tuhan: Lot memohon untuk dapat berlindung di kota kecil bernama Zoar, dan Tuhan mengabulkan permintaan tersebut sebagai wujud kasih karunia dan belas kasihan-Nya (Kejadian 19:18-23). Lot dan kedua anak perempuannya berhasil selamat dari kehancuran, menunjukkan bahwa Tuhan menjaga mereka yang setia dan mendengarkan peringatan-Nya.

Pelajaran dari Kisah Lot dan Sodom:

1. Kebobrokan Moral dan Penghakiman Ilahi: Orang-orang Sodom hidup dalam kebobrokan moral yang ekstrem, yang membuat mereka layak menerima hukuman Tuhan (Kejadian 19:4-5). Kisah ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan tidak akan membiarkan dosa tanpa hukuman. Keadilan Tuhan menyatakan bahwa dosa harus dihukum, namun belas kasihan-Nya menyediakan jalan keselamatan bagi mereka yang mendengarkan-Nya.

2. Kesetiaan Tuhan pada Janji-Nya: Tuhan tidak hanya menghukum yang bersalah tetapi juga setia pada janji-Nya kepada Abraham dengan menyelamatkan Lot dan keluarganya (Kejadian 19:29). Hal ini menegaskan bahwa Tuhan setia pada janji-Nya dan akan selalu menjaga umat-Nya. Tuhan ingat akan janji-Nya kepada Abraham, dan melalui Lot, Ia menunjukkan bahwa janji itu tidak akan dilupakan.

3. Pentingnya Ketaatan kepada Tuhan: Ketika Tuhan memberi perintah, kita dipanggil untuk menaatinya dengan sungguh-sungguh. Istri Lot menjadi tiang garam karena ia menoleh ke belakang, melambangkan ketidaktaatan dan akibatnya (Kejadian 19:26). Ketaatan adalah kunci untuk menerima perlindungan dan berkat Tuhan.

4. Kasih Karunia Tuhan: Lot dan keluarganya selamat bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena kasih karunia Tuhan yang tak terbatas (Kejadian 19:16, 19). Keselamatan mereka adalah bukti bahwa kasih Tuhan melampaui kelemahan manusia, dan melalui belas kasihan-Nya, kita dapat diluputkan dari bahaya yang kita hadapi.

Refleksi bagi Hidup Kita:

1. Ucapan Syukur atas Keselamatan: Ketika kita merenungkan pengalaman-pengalaman di mana kita luput dari bahaya, kita diundang untuk bersyukur atas kuasa Tuhan yang melindungi kita. Tuhan telah banyak kali menyelamatkan kita dari situasi yang sulit dan berbahaya. Adakah kita mengucapkan syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan setiap hari?

2. Percaya pada Kasih dan Keadilan Tuhan: Kisah ini mengajak kita untuk percaya pada kasih dan keadilan Tuhan yang sempurna. Di saat kita menghadapi ketidakpastian atau merasa terancam, kita harus ingat bahwa Tuhan yang adil dan penyayang akan selalu berada di sisi kita. Kita diundang untuk mempercayai bahwa Tuhan mengerti setiap situasi dan bahwa keadilan-Nya akan ditegakkan.

3. Menghidupi Ketaatan dan Ketergantungan pada Tuhan: Kisah ini mengingatkan kita untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan dan menyerahkan setiap langkah hidup kita ke dalam tangan-Nya. Dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup, kita diajak untuk tidak berpegang pada kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri, tetapi untuk bergantung pada petunjuk dan perlindungan Tuhan.

4. Mengasihi dan Mendoakan Orang Lain: Seperti Abraham yang berdoa syafaat untuk Sodom, kita juga diajak untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga berdoa dan berbuat kasih untuk orang lain, terutama mereka yang dalam bahaya atau membutuhkan bantuan. Kita diundang untuk menjadi saluran kasih dan berkat Tuhan bagi sesama.

Kisah penghancuran Sodom dan Gomora memberikan pelajaran penting tentang keadilan, kasih karunia, dan keselamatan Tuhan. Tuhan adalah hakim yang adil yang menghukum dosa, namun Ia juga penuh belas kasihan dan setia pada janji-Nya. Kita diajak untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, percaya pada kasih dan keadilan-Nya, dan selalu bersyukur atas setiap berkat dan keselamatan yang Ia berikan. Adakah kita hidup dengan ucapan syukur dan penuh kepercayaan kepada Tuhan yang senantiasa meluputkan kita dari bahaya?

 


Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.