Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Selalu dengan Dasar

Dalam menjalani hidup, setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Tuhan dan tujuan hidup mereka. Ada yang meyakini bahwa segalanya telah diatur oleh Tuhan, ada yang sangat ambisius untuk mencapai apa yang mereka inginkan, dan ada pula yang pasrah kepada Tuhan namun tetap memiliki tujuan hidup yang jelas untuk dikejar. Dari ketiga tipe ini, manakah yang Anda pilih?

Abraham: Teladan Beriman dengan Visi dan Pertimbangan Matang

Abraham adalah teladan yang luar biasa dalam hal beriman kepada Allah sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Meskipun ia sepenuhnya percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya, Abraham juga tidak menjalani hidupnya hanya dengan mengalir begitu saja. Ia aktif mencari dan mengejar tujuan hidupnya dengan pertimbangan matang.

Pengalaman Abraham dalam Masa Berkabung

Kisah hari ini mengisahkan bagaimana Abraham menghadapi duka yang mendalam atas meninggalnya istrinya, Sara (Kejadian 23:2). Meskipun berduka, Abraham tetap memikirkan apa yang terbaik untuk masa kini dan masa depan, khususnya terkait pemakaman Sara. Bagi Abraham, tempat pemakaman bukan hanya tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi titik kumpul bagi keturunannya.

Visi dan Cita-cita Abraham

Abraham memiliki visi yang jelas untuk memiliki tanah Kanaan sebagai tempat tinggal dan warisan bagi keturunannya. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, Abraham tidak hanya pasif atau hanya mengandalkan kehendak Tuhan tanpa tindakan. Ia berani berinteraksi dengan orang lain, seperti ketika ia melakukan tawar-menawar dengan Bani Het untuk membeli gua Makhpela sebagai tempat pemakaman Sara (Kejadian 23:7, 12).

Abraham menunjukkan sikap yang rendah hati dalam tawar-menawar ini, bukan arogansi. Ia menghormati budaya dan kebiasaan orang lain, sambil tetap berusaha mencapai tujuannya. Akhirnya, Abraham berhasil memperoleh gua Makhpela beserta seluruh ladang Hebron dari Efron bin Zofar (Kejadian 23:19-20), dan cita-citanya untuk memiliki tanah Kanaan pun terkabul.

Teladan yang Perlu Ditiru

Kisah Abraham mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan iman kepada Tuhan, tetapi juga memiliki visi dan tujuan hidup yang didasarkan pada pertimbangan matang. Beriman kepada Tuhan tidak berarti kita hanya menunggu dan pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari jalan dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidup yang baik dan benar.

Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Beriman dengan Tindakan: Seperti Abraham, kita perlu menggabungkan iman dengan tindakan yang konkret dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan hidup yang baik.

  2. Pertimbangan Matang: Sebelum mengambil keputusan besar, luangkan waktu untuk memikirkan dengan matang serta meminta petunjuk dari Tuhan.

  3. Rendah Hati dan Menghormati Orang Lain: Dalam mengejar tujuan hidup, kita harus tetap menjaga sikap rendah hati dan menghormati orang lain, bukan dengan cara yang arogan atau merugikan orang lain.

  4. Memiliki Visi yang Jelas: Tentukan visi dan tujuan hidup yang jelas, yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga membawa berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan.

Abraham adalah contoh yang baik bagi kita untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Mari kita belajar dari sikap dan tindakan Abraham yang didasarkan pada iman yang kuat dan pertimbangan matang. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan penuh arti, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan memberkati orang lain di sekitar kita.
Share:

Mana yang Diutamakan?

Ketika ditanya mana yang kita utamakan, Tuhan atau yang lain, sering kali secara otomatis kita menjawab Tuhan. Namun, dalam kenyataannya, banyak dari kita mungkin lebih mendahulukan hal-hal lain, terutama ketika kita merasa sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Seringkali, fokus kita beralih dari Tuhan ke apa yang kita peroleh, terutama jika itu adalah sesuatu yang sudah lama kita nantikan. Hari ini, kita diingatkan untuk berhati-hati terhadap kecenderungan ini.

Pelajaran dari Abraham: Mengutamakan Tuhan di Atas Segalanya

Kisah Abraham dalam Alkitab memberikan kita contoh nyata tentang bagaimana seharusnya kita mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu. Abraham bersedia mempersembahkan Ishak, anak semata wayangnya, sebagai kurban bakaran sesuai perintah Tuhan (Kejadian 22:2, 9-10). Ishak adalah anak yang sangat diharapkan, lahir setelah penantian panjang selama 25 tahun. Namun, meski begitu, Abraham tetap mengutamakan Tuhan di atas segalanya, bahkan di atas keinginan dan kasihnya kepada anaknya.

  1. Ketaatan Abraham:

Ketaatan Abraham kepada perintah Tuhan adalah bukti nyata bahwa ia mengutamakan Tuhan di atas segala hal lainnya. Ketika diperintahkan untuk mempersembahkan Ishak, Abraham tidak ragu atau protes. Ia segera melaksanakan perintah Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik (Kejadian 22:3).

  2. Fokus yang Tetap kepada Tuhan:

Fokus Abraham tidak bergeser dari Tuhan ke Ishak. Meski Ishak adalah anugerah yang sangat besar, Abraham tidak membiarkan kasihnya kepada Ishak mengalahkan ketaatannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan melihat ketaatan Abraham, Ia menyediakan domba jantan sebagai ganti Ishak (Kejadian 22:12-13). Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai ketaatan dan pengabdian Abraham yang total kepada-Nya.

  3. Penguatan Iman melalui Ujian:

Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa Allah menggunakan ujian untuk memelihara dan memperkuat iman Abraham. Dengan menguji Abraham, Tuhan memberikan kesempatan kepada Abraham untuk menunjukkan kesetiaan dan ketaatannya. Melalui ujian tersebut, Abraham belajar untuk kembali kepada hal yang hakiki dalam dirinya sebagai ciptaan yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya.

Mengutamakan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengutamakan Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, terutama ketika kita dihadapkan pada pilihan yang sulit atau ketika kita telah menerima sesuatu yang sangat kita harapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa Tuhan menginginkan hati kita sepenuhnya, tanpa ada yang mendahului-Nya.

  1. Mengatasi Kecenderungan untuk Mengutamakan yang Lain:

Kita perlu waspada terhadap kecenderungan untuk mengutamakan hal-hal lain di atas Tuhan. Apakah itu karier, keluarga, harta, atau keinginan pribadi, semua itu tidak boleh menggeser Tuhan dari posisi utama dalam hidup kita. Mengutamakan Tuhan berarti menempatkan Dia sebagai prioritas utama dan mengikuti kehendak-Nya, apa pun konsekuensinya.

  2. Mengandalkan Tuhan dalam Segala Hal:

Mengutamakan Tuhan berarti kita percaya sepenuhnya kepada-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Seperti Abraham yang percaya bahwa Tuhan akan menyediakan pengganti bagi Ishak, kita juga harus percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, bahkan jika itu berarti kita harus menyerahkan apa yang kita sayangi.

  3. Bersyukur atas Segala Ujian:

Ujian dan tantangan dalam hidup sering kali merupakan cara Tuhan untuk memperkuat iman kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit, kita harus bersyukur dan melihatnya sebagai kesempatan untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan. Melalui ujian, kita belajar untuk lebih bergantung kepada-Nya dan mempercayai rencana-Nya yang sempurna.

  4. Tetap Fokus pada Tuhan:

Kita harus menjaga agar fokus kita tetap pada Tuhan, bukan pada berkat atau anugerah yang kita terima. Berkat dan anugerah dari Tuhan adalah sesuatu yang patut kita syukuri, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal itu mengalihkan perhatian kita dari Sang Pemberi Berkat. Tetaplah berfokus pada Tuhan dan ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya.

Aplikasi dalam Hidup Sehari-hari

  1. Menjaga Prioritas:

Setiap hari, kita harus memeriksa prioritas kita dan memastikan bahwa Tuhan selalu berada di tempat pertama. Mulailah hari dengan doa dan devosi, dan jadikan Tuhan sebagai pusat dari segala kegiatan dan keputusan kita.

  2. Mengorbankan Ego dan Keinginan Pribadi:

Sering kali, kita perlu mengorbankan ego dan keinginan pribadi untuk mengutamakan kehendak Tuhan. Belajarlah untuk menempatkan kehendak Tuhan di atas kehendak kita sendiri, bahkan jika itu berarti kita harus meninggalkan sesuatu yang kita sayangi atau impikan.

  3. Bersyukur dalam Segala Hal:

Bersyukur tidak hanya ketika kita menerima berkat, tetapi juga dalam menghadapi ujian dan tantangan. Setiap situasi, baik atau buruk, adalah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh dalam iman.

  4. Mengandalkan Tuhan dalam Keputusan Hidup:

Dalam setiap keputusan besar atau kecil, libatkan Tuhan dan mintalah petunjuk-Nya. Percayalah bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik untuk kita dan Dia akan menuntun kita ke jalan yang benar.

Kisah Abraham mengingatkan kita bahwa mengutamakan Tuhan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Ketaatan dan iman Abraham yang luar biasa menunjukkan bagaimana kita harus menempatkan Tuhan di atas segala sesuatu, bahkan di atas keinginan dan kasih sayang kita yang terdalam.

Mari kita belajar untuk mengutamakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, menjaga fokus kita tetap pada-Nya, dan selalu bersyukur dalam setiap situasi. Dengan demikian, kita akan menemukan damai sejahtera dan berkat yang melimpah dalam hidup kita, serta hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan yang mengasihi kita.

Mengutamakan Tuhan adalah langkah pertama menuju hidup yang diberkati dan damai. Mari kita terus berusaha untuk menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, dan lihatlah bagaimana Dia bekerja dengan cara yang luar biasa dalam setiap aspek kehidupan kita.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 30 Juni 2024

 

Share:

Agar Hidup Bersama dalam Damai

Kehidupan bersama dalam suatu komunitas, baik itu keluarga, lingkungan kerja, atau masyarakat luas, sering kali menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengganggu kedamaian dan keharmonisan. Salah satu penyebab utama dari ketidakharmonisan ini adalah buruknya komunikasi. Ketika orang lebih memilih untuk memendam kekecewaan dan sakit hati, hal ini dapat memicu ledakan emosi yang merusak relasi dan kadang hampir mustahil untuk dipulihkan.

Pentingnya Komunikasi yang Baik: Pelajaran dari Abraham dan Abimelekh

Kisah Abraham dan Abimelekh dalam Kitab Kejadian memberikan kita pelajaran penting tentang bagaimana membangun komunikasi yang baik demi terciptanya hidup bersama yang damai.

  1. Latar Belakang Pengalaman Buruk:

Abraham, sebagai seorang pendatang di Gerar, pernah mengalami kejadian yang menimbulkan trauma bagi Abimelekh, raja Gerar. Abraham, karena ketakutannya, mengatakan bahwa Sara adalah adiknya, bukan istrinya. Hal ini membuat Abimelekh hampir mengambil Sara sebagai istrinya, tetapi Allah memperingatkannya bahwa tindakan itu salah (Kejadian 20:1-7). Akhirnya, Abimelekh mengembalikan Sara kepada Abraham dan menghadapi situasi dengan rasa marah dan kekecewaan yang mendalam.

  2. Inisiatif Abimelekh untuk Komunikasi Terbuka:

Meskipun memiliki pengalaman buruk, Abimelekh memilih untuk berkomunikasi langsung dengan Abraham. Ia menemui Abraham untuk mengikat perjanjian bahwa Abraham tidak akan berlaku curang lagi kepadanya dan keturunannya. Abimelekh secara jujur menyampaikan perasaannya dan trauma yang ia alami, serta bertindak antisipatif dengan mengusulkan perjanjian untuk mencegah kejadian serupa di masa depan (Kejadian 21:22-24).

  3. Penyelesaian Konflik tentang Sumur:

Selain itu, Abraham juga menyampaikan pengalamannya terkait dengan sumur yang dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh. Masalah ini dapat diselesaikan dengan baik melalui dialog yang jujur dan terbuka. Kedua belah pihak setuju untuk mengikat perjanjian demi menciptakan hidup bersama yang damai (Kejadian 21:25-27).

Prinsip-Prinsip Komunikasi yang Membangun Kedamaian

Kisah ini memberikan beberapa prinsip penting tentang komunikasi yang dapat membantu kita dalam menciptakan hidup bersama yang damai:

  1. Kejujuran dalam Komunikasi:

Kejujuran adalah kunci utama dalam komunikasi yang baik. Abimelekh dengan jujur mengakui trauma yang ia alami dan berbicara terbuka dengan Abraham. Kejujuran ini memungkinkan kedua belah pihak untuk memahami perasaan dan situasi satu sama lain, serta mencari solusi yang baik.

  2. Kerendahan Hati untuk Mendengarkan:

Kerendahan hati untuk mendengarkan adalah sikap yang sangat penting. Abraham dan Abimelekh menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan satu sama lain dan menerima protes atau keluhan dengan bijaksana. Ini membantu mereka untuk menemukan solusi bersama yang membawa kelegaan dan kedamaian bagi kedua belah pihak.

  3. Kesediaan untuk Memaafkan dan Melupakan:

Kedua tokoh ini juga menunjukkan kesediaan untuk memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu. Abimelekh, meskipun mengalami trauma, bersedia untuk berdialog dan mencari solusi bersama. Sikap ini membantu mengurangi ketegangan dan membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik di masa depan.

  4. Pencegahan Melalui Perjanjian atau Kesepakatan:

Mereka menyadari bahwa untuk menjaga kedamaian dan mencegah konflik di masa depan, perlu ada perjanjian atau kesepakatan yang jelas. Dengan mengikat perjanjian, mereka menunjukkan komitmen untuk menjaga hubungan yang baik dan damai.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Membangun Komunikasi yang Jujur dan Terbuka:

Kita dapat belajar dari kisah ini untuk selalu berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Jangan takut untuk menyampaikan perasaan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

  2. Menghargai Pendapat dan Perasaan Orang Lain:

Belajarlah untuk mendengarkan dengan baik dan menghargai pendapat serta perasaan orang lain. Sikap ini akan membantu kita untuk lebih memahami satu sama lain dan menciptakan suasana yang damai dan harmonis.

  3. Mengambil Inisiatif untuk Menyelesaikan Konflik:

Jangan menunggu sampai konflik menjadi besar dan merusak hubungan. Ambillah inisiatif untuk menyelesaikan konflik secepat mungkin dengan cara yang baik dan bijaksana. Ini akan membantu kita untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

  4. Membangun Komitmen untuk Kedamaian:

Seperti Abraham dan Abimelekh yang mengikat perjanjian untuk menjaga kedamaian, kita juga perlu membangun komitmen untuk menciptakan kedamaian dalam setiap hubungan kita. Ini dapat dilakukan melalui kesepakatan bersama atau melalui tindakan nyata yang menunjukkan komitmen kita untuk hidup bersama dalam damai.

Kisah Abraham dan Abimelekh mengajarkan kita pentingnya komunikasi yang baik dalam menciptakan hidup bersama yang damai. Kejujuran, kerendahan hati, kesediaan untuk memaafkan, dan komitmen untuk menjaga hubungan yang baik adalah prinsip-prinsip yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita terus berusaha untuk membangun komunikasi yang jujur, tulus, dan terbuka, serta saling menghargai dan menerima, agar kita dapat hidup bersama dalam damai dan keharmonisan.

Mari kita berkomitmen untuk menciptakan kedamaian melalui komunikasi yang baik, jujur, dan penuh kasih. Dengan demikian, kita dapat menikmati hidup bersama yang penuh dengan damai dan kebahagiaan.

 

Share:

Taklukkanlah Padang Gurunmu!

Kisah Hagar dan Ismael dalam Kitab Kejadian menggambarkan sebuah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian dan penderitaan, tetapi juga dipenuhi dengan pertolongan dan janji Allah. Momen ketika Hagar dan Ismael diusir dari rumah Abraham dan harus bertahan hidup di padang gurun bukan hanya sebuah narasi sejarah, tetapi juga refleksi dari perjalanan hidup kita yang kadang dipenuhi oleh kesulitan dan tantangan yang mirip dengan padang gurun yang tandus dan tidak bersahabat.

Perjalanan Hagar dan Ismael: Tantangan dan Pertolongan

  1. Pengusiran dan Ketidakpastian:

Hagar dan Ismael tiba-tiba diusir dari rumah Abraham dengan hanya bekal yang sangat minim: roti dan satu kantong air (Kejadian 21:14). Hal ini tentu menggambarkan betapa tidak memadainya persiapan mereka untuk menghadapi perjalanan panjang dan berat di padang gurun. Rasa pilu pasti menyelimuti hati Hagar sebagai seorang ibu yang harus melihat anaknya, Ismael, yang baru berusia 16 tahun, menderita akibat dehidrasi akut di tengah padang gurun yang ganas.

  2. Pertolongan Allah di Tengah Kesulitan:

Dalam saat-saat yang paling genting, ketika Hagar tidak tahan melihat Ismael mati dan meninggalkannya di bawah semak (Kejadian 21:15-16), Allah mendengar tangisan mereka. Melalui malaikat-Nya, Allah memberikan harapan dan pertolongan kepada Hagar, meminta Hagar untuk tidak takut dan mengangkat Ismael, serta memegangnya erat-erat (Kejadian 21:17-18). Tuhan kemudian membuka mata Hagar untuk melihat sebuah sumur, yang tidak hanya melepaskan dahaga mereka tetapi juga menjadi tempat tinggal mereka (Kejadian 21:19-20).

Makna dan Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Kondisi Seperti Hagar dan Ismael: Ujian dalam Kehidupan:

Seperti Hagar dan Ismael, kita mungkin juga pernah atau sedang menghadapi “padang gurun” dalam kehidupan kita, yakni situasi yang penuh dengan ketidakpastian, ketakutan, dan penderitaan. Ini bisa berupa kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, penyakit, atau kesulitan lainnya yang membuat kita merasa seperti diusir dari zona nyaman kita dan terlempar ke dalam kondisi yang sangat sulit dan tidak pasti.

  2. Janji dan Pertolongan Tuhan: Harapan di Tengah Kesulitan:

Dalam situasi seperti itu, penting untuk mengingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Allah telah berjanji untuk selalu menyertai kita dan memberikan pertolongan pada waktu yang tepat. Sama seperti Tuhan tidak meninggalkan Hagar dan Ismael, Dia juga tidak akan meninggalkan kita. Kita mungkin merasa putus asa, tetapi di dalam Tuhan selalu ada harapan dan jalan keluar.

  3. Dengar Suara-Nya dan Taklukkan Padang Gurunmu:

Dengarkanlah suara Tuhan di tengah-tengah kesulitan yang kita alami. Seperti Hagar yang akhirnya melihat sumur yang disiapkan oleh Tuhan, kita juga harus membuka mata hati kita untuk melihat pertolongan Tuhan yang mungkin sudah ada di sekitar kita, tetapi belum kita sadari. Tuhan seringkali menyediakan “sumur” berupa berkat, kekuatan, dan hikmat untuk membantu kita melewati masa-masa sulit.

Langkah-Langkah Praktis dalam Menaklukkan Padang Gurun

  1. Percayalah pada Rencana Tuhan:

Keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana yang baik untuk kita akan membantu kita tetap tenang dan penuh harapan di tengah kesulitan. Yakinkan diri bahwa setiap padang gurun yang kita lalui adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar untuk kebaikan kita.

  2. Carilah Pertolongan Tuhan:

Ketika kita berada dalam kesulitan, berdoalah dan carilah pertolongan dari Tuhan. Jangan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi libatkan Tuhan dalam setiap langkah dan keputusan yang kita ambil.

  3. Temukan Sumur Berkat Tuhan:

Percayalah bahwa Tuhan telah menyediakan sumur berkat yang dapat kita gunakan untuk mengatasi kesulitan kita. Ini bisa berupa dukungan dari keluarga, teman, gereja, atau bahkan peluang-peluang yang tampaknya kecil tetapi dapat membantu kita bangkit dari kesulitan.

  4. Belajar dari Pengalaman:

Setiap kali kita berhasil melewati padang gurun kehidupan, kita akan semakin kuat dan bijaksana. Pengalaman ini dapat menjadi sumber kekuatan dan pelajaran berharga untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Kisah Hagar dan Ismael adalah pengingat bahwa Tuhan setia kepada janji-Nya dan selalu hadir untuk menolong umat-Nya, bahkan di tengah-tengah kondisi yang paling sulit sekalipun. Kita diajak untuk tidak takut, tetapi untuk bersandar kepada kasih dan pertolongan Tuhan. Dengan mendengarkan suara-Nya dan menaklukkan padang gurun kehidupan kita, kita akan menemukan berkat dan kekuatan yang Tuhan sediakan untuk kita. Semoga kita selalu ingat akan kasih Tuhan dan bersyukur atas setiap pertolongan yang diberikan-Nya.

Mari kita taklukkan padang gurun kita dengan percaya dan berserah kepada Tuhan, serta mencari dan menemukan berkat-Nya yang telah disediakan untuk kita.

 

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.