Dalam cerita Yusuf, kita melihat bahwa kunci keberhasilannya adalah hidup dalam penyertaan Tuhan. Meskipun dihadapkan pada godaan dan ujian besar, Yusuf tetap teguh dalam imannya dan tidak mau berbuat salah kepada Allah. Dia menolak godaan meskipun berada dalam situasi yang sulit dan akhirnya mengalami tuduhan palsu yang membuatnya masuk penjara.Penyertaan Tuhan terlihat jelas dalam kehidupan Yusuf, di mana meskipun mengalami kesulitan dan cobaan, Allah tetap memberikan kemurahan dan kepercayaan kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan sejati datang dari kesetiaan kepada Tuhan, keteguhan iman, dan ketulusan hati dalam menjalani kehidupan.Dengan hidup dalam penyertaan Tuhan, kita akan mampu melewati segala ujian dan godaan dengan teguh dan tidak tergoyahkan. Keberhasilan sejati bukan hanya didapatkan melalui kerja keras dan usaha sungguh-sungguh, tetapi juga melalui iman dan ketaatan kepada Tuhan dalam segala hal.Jadi, jika kita ingin meraih keberhasilan sejati, mari hidup dalam penyertaan Tuhan, tetap teguh dalam iman, dan selalu mengutamakan kebenaran dan kebaikan dalam setiap langkah hidup kita.
Dalam Penyertaan Tuhan
Dalam cerita Yusuf, kita melihat bahwa kunci keberhasilannya adalah hidup dalam penyertaan Tuhan. Meskipun dihadapkan pada godaan dan ujian besar, Yusuf tetap teguh dalam imannya dan tidak mau berbuat salah kepada Allah. Dia menolak godaan meskipun berada dalam situasi yang sulit dan akhirnya mengalami tuduhan palsu yang membuatnya masuk penjara.Penyertaan Tuhan terlihat jelas dalam kehidupan Yusuf, di mana meskipun mengalami kesulitan dan cobaan, Allah tetap memberikan kemurahan dan kepercayaan kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan sejati datang dari kesetiaan kepada Tuhan, keteguhan iman, dan ketulusan hati dalam menjalani kehidupan.Dengan hidup dalam penyertaan Tuhan, kita akan mampu melewati segala ujian dan godaan dengan teguh dan tidak tergoyahkan. Keberhasilan sejati bukan hanya didapatkan melalui kerja keras dan usaha sungguh-sungguh, tetapi juga melalui iman dan ketaatan kepada Tuhan dalam segala hal.Jadi, jika kita ingin meraih keberhasilan sejati, mari hidup dalam penyertaan Tuhan, tetap teguh dalam iman, dan selalu mengutamakan kebenaran dan kebaikan dalam setiap langkah hidup kita.
Tanggung Jawab Suami Istri
Yehuda memiliki tiga anak laki-laki, yaitu Er, Onan, dan Syela (Kejadian 38:3-5). Bagi anak sulungnya, ia mengambilkan seorang istri yang bernama Tamar. Namun, karena Er jahat di mata Tuhan dan dihukum oleh-Nya, ia belum memiliki anak untuk melanjutkan nama keluarganya (Kejadian 38:6-7).
Hukum di Timur Tengah Kuno menuntut agar seorang laki-laki menikahi janda dari saudara laki-lakinya dan memberikan anak atas nama saudara yang telah mati itu (Ulangan 25:5-6). Namun, Onan menolak dan memakai cara curang. Di mata Tuhan, apa yang dilakukan Onan adalah kejahatan, maka Tuhan menghukum dia juga (Kejadian 38:9-10).
Kematian Er dan Onan membuat Yehuda enggan untuk menikahkan Syela dengan Tamar, karena ia takut kalau anak bungsunya juga akan mati (Kejadian 38:11). Namun, di luar dugaan Yehuda, Tamar memakai caranya sendiri. Ia menyamar sebagai pelacur, lalu bersetubuh dengan Yehuda (Kejadian 38:14-18).
Sekalipun tindakan Tamar salah, bahkan dapat diganjar hukuman mati (Kejadian 38:24; bdk. Ulangan 23:17-18), tindakan Yehuda lebih salah lagi karena ia munafik dan bejat. Tindakannya merupakan hal yang jahat di mata Tuhan. Namun, setelah Yehuda mengakui kesalahannya (Kejadian 38:26), Tuhan mengampuninya dan bahkan memberikan keturunan bagi keluarganya.
Baik suami maupun istri mengemban tanggung jawab yang tak dapat diabaikan. Salah satu tanggung jawab yang sering diutamakan adalah tugas melahirkan anak, terutama pada zaman kuno ketika kelangsungan suatu suku bergantung pada keturunan yang sah. Namun, kita harus ingat tanggung jawab kita yang terpenting sebagai umat Tuhan, yaitu menjaga hidup kudus.
Terlepas dari keterbatasan dan kesulitan yang ada, jangan kita bertindak untuk memuaskan nafsu atau meninggikan nama sendiri, dan jangan juga kita mengompromikan kekudusan diri kita. Tanggung jawab kita, baik suami maupun istri, adalah membangun keluarga di dalam kekudusan yang berkenan di mata Tuhan.
Kiranya Tuhan memberi kita hikmat dan kekuatan untuk menjalani peran kita dalam pernikahan dengan penuh tanggung jawab dan kekudusan. Amin.
Jalan-Nya Tak Terselami
Perlakuan Tak Adil
Perlakuan tidak adil bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja. Hal ini dirasakan oleh saudara-saudara Yusuf.
Yakub lebih mengasihi Yusuf dibanding yang lainnya. Ia memberikan jubah yang sangat indah hanya kepada Yusuf (Kejadian 37:3). Perlakuan tidak adil ini menyebabkan saudara-saudara Yusuf iri kepada Yusuf. Iri hati yang terus-menerus ini akhirnya menimbulkan kebencian dalam hati mereka.
Sikap Yusuf yang mengadukan sikap buruk kakak-kakaknya dan menceritakan mimpi-mimpinya membuat mereka menjadi makin iri dan benci kepada Yusuf. Berkali-kali Alkitab menuliskan kebencian di hati saudara-saudara Yusuf sehingga menunjukkan intensitas yang besar (Kejadian 37:4, 5, 8).
Secara sepintas, perasaan iri hati saudara-saudara Yusuf amatlah wajar. Tidak dikasihi oleh orang tua sebagaimana mestinya tentu menimbulkan luka di dalam hati. Tidak ada seorang pun yang mau diperlakukan secara tidak adil.
Namun sayangnya, saudara-saudara Yusuf merespons ketidakadilan itu dengan cara yang salah, yaitu memendam kebencian dan berlaku buruk terhadap Yusuf.
Bagaimana dengan kita hari ini ketika kita mengalami perlakuan yang tidak adil? Apakah kita menjadi marah, iri hati, dan membenci mereka yang terlihat lebih beruntung daripada kita? Ketika kita diremehkan, tidak mendapat hak kita sebagaimana mestinya, atau mengalami diskriminasi karena SARA, apakah kita lalu membenci pelakunya?
Berhati-hatilah dalam merespons perlakuan tidak adil orang lain. Jangan sampai kita berbuat kejahatan karena kita marah dan benci.
Jika hari ini kita mengalami perlakuan tidak adil, berdoalah kepada Tuhan, Yang Maha Adil, supaya Ia menyembuhkan luka hati kita dan memberi kita hikmat untuk dapat merespons dengan benar. Mari kita juga memohon kepada-Nya agar dalam menyatakan kebenaran, Tuhan menjauhkan kita dari keinginan untuk melampiaskan emosi dan menggunakan cara-cara yang salah.
Percayalah bahwa Tuhan, Allah Yang Maha Adil, pasti akan menyatakan keadilan-Nya tepat pada waktunya!
Prinsip Menghadapi Perlakuan Tidak Adil:
Jangan Memendam Kebencian: Perlakuan tidak adil bisa menyebabkan luka hati dan kebencian, tetapi kita harus berhati-hati agar tidak memendam kebencian karena hal ini hanya akan memperburuk keadaan.
Berlaku Bijak dalam Merespons: Ketika mengalami ketidakadilan, penting untuk merespons dengan bijak dan tidak terbawa emosi. Jangan sampai kita melakukan tindakan yang salah karena marah dan benci.
Berdoa untuk Hikmat dan Kesembuhan: Berdoalah kepada Tuhan untuk menyembuhkan luka hati dan memberikan hikmat dalam merespons perlakuan tidak adil. Tuhan adalah sumber keadilan sejati yang bisa menuntun kita.
Percayalah pada Keadilan Tuhan: Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Adil dan Ia akan menyatakan keadilan-Nya pada waktunya. Tidak perlu membalas dendam atau berlaku tidak adil kepada orang lain.
Memohon Penyertaan Tuhan: Dalam menyatakan kebenaran, mohonlah kepada Tuhan agar kita dijauhkan dari keinginan untuk melampiaskan emosi dan menggunakan cara-cara yang salah. Tuhan akan memberi kita kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi ketidakadilan.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita bisa menghadapi perlakuan tidak adil dengan cara yang benar dan bijak, serta mempercayakan keadilan kepada Tuhan yang adalah hakim yang adil.














