Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Allah yang Melepaskan

Mazmur ini memberikan sebuah gambaran yang sangat kuat tentang ketergantungan total kepada Allah dalam menghadapi penderitaan dan masalah serius. Sang pemazmur, yang menggambarkan dirinya sebagai "sengsara dan miskin" (Mazmur 40:18), mengungkapkan betapa besar masalah yang dihadapinya, bahkan sampai tak terhitung jumlahnya, seperti rambut di kepalanya (Mazmur 40:13). Dalam kondisi yang demikian, ia menunjukkan dua hal yang penting: kesadaran akan ketidakmampuannya sendiri dan keyakinan akan kebesaran Allah.

1. Ketergantungan pada Allah: Pemazmur menyadari bahwa dirinya tidak mampu melepaskan diri dari keadaan sulit tersebut. Ia merasa menderita dan tak berdaya, namun tetap berharap penuh pada Tuhan. Ini menunjukkan sikap hati yang benar di hadapan Allah, yaitu ketergantungan total kepada-Nya. Di tengah segala kesulitan, pemazmur tidak mencari pertolongan dari manusia atau kekuatan duniawi lainnya, tetapi hanya kepada Allah yang telah menolongnya pada masa lalu (Mazmur 40:2-4). Keyakinan ini membawanya untuk terus berpegang pada kepercayaan bahwa Allah yang telah membebaskannya sebelumnya, pasti akan melepaskannya lagi.

2. Kesaksian tentang Perbuatan Allah: Mazmur ini juga menekankan pentingnya bersaksi tentang kebesaran dan perbuatan Tuhan. Pemazmur tidak hanya berdoa dan berharap kepada Tuhan, tetapi juga memberitakan keagungan dan perbuatan Tuhan kepada orang lain (Mazmur 40:10-12). Ini adalah pengingat bagi kita bahwa dalam segala keadaan, kita harus terus menceritakan kebaikan dan kuasa Allah kepada sesama, agar mereka juga dapat merasakan dan mengenal kebesaran-Nya.

3. Pengharapan di Tengah Penderitaan: Meskipun pemazmur berada dalam keadaan sengsara, ia tidak kehilangan harapan. Pengharapan ini tidak didasarkan pada situasi yang dihadapinya, tetapi pada keyakinan bahwa Allah adalah penolong yang setia dan sanggup membalikkan keadaan. Ini adalah pelajaran penting bagi kita, bahwa dalam situasi apa pun, kita harus terus percaya dan berharap kepada Allah, karena Dia adalah satu-satunya yang dapat membebaskan kita dari segala masalah.

4. Perenungan untuk Bangsa: Mazmur ini juga relevan untuk direnungkan secara komunal, terutama dalam konteks kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa. Pemazmur menyatakan bahwa perbuatan Tuhan begitu banyak dan tiada bandingannya (Mazmur 40:6). Ini menjadi pengingat bagi kita, sebagai sebuah bangsa, untuk mengakui dan mensyukuri perbuatan Tuhan yang telah memerdekakan kita. Kita harus terus berdoa agar Tuhan dengan kuasa-Nya mengubah keadaan bangsa kita, memberikan perlindungan, dan memelihara kemerdekaan yang telah diberikan-Nya.

Mazmur ini mengundang kita untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan hidup. Allah yang telah menolong dan membebaskan kita di masa lalu, pasti akan terus melepaskan kita dari segala masalah yang ada dan yang akan datang. Baik secara pribadi maupun sebagai bangsa, kita diajak untuk selalu mengandalkan Tuhan dan bersaksi tentang kebesaran-Nya kepada orang lain. Dengan demikian, kita hidup dalam pengharapan yang pasti, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang melepaskan dan memelihara kita dalam segala keadaan.

Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 

Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 

Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. 

Pekerjaanmu. Sawah dan ladang mu. perusahaanmu

Studi mu. Toko mu.Usaha mu. Kantor mu, moumu, pelanggannya, 

Rumah mu. Keluarga mu.Pelayanan mu. Gereja mu.. Majikanmu, serta Calon pendamlingmu

Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati

Share:

Menolak atau Menerima Penderitaan?

Pergumulan dan penderitaan sering kali menjadi ujian besar bagi orang Kristen, bukan hanya karena beratnya beban itu sendiri, tetapi lebih pada bagaimana kita bersikap terhadapnya. Banyak orang yang terjebak dalam sikap mengasihani diri, meratap, atau terus-menerus membandingkan keadaan mereka dengan orang lain. Sikap seperti ini tidak hanya memperparah penderitaan, tetapi juga menjauhkan kita dari tujuan yang lebih besar di balik pengalaman tersebut.

Dalam Mazmur 39, kita melihat bagaimana Daud, di tengah penderitaannya, memilih untuk datang kepada Tuhan. Meskipun pada awalnya ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak berbicara sembarangan (Mazmur 39:2), akhirnya Daud tidak tahan dan membuka keluhannya kepada Tuhan (Mazmur 39:3-5). Melalui proses ini, Daud mendapat pencerahan tentang kehidupan manusia yang fana dan betapa pentingnya berfokus pada Tuhan di tengah segala sesuatu yang tampak sia-sia.

1. Menyadari Kesia-siaan Hidup Tanpa Tuhan: Daud memahami bahwa tanpa Tuhan, kehidupan manusia hanyalah kesia-siaan (Mazmur 39:6-7, 12). Segala hal yang sering kali dianggap penting oleh dunia—seperti kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan—tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Pengertian ini mengarahkan Daud untuk tidak mencari penghiburan semata-mata dalam kelepasan dari penderitaan, melainkan untuk mencari Tuhan sendiri.

2. Fokus pada Tuhan, Bukan Diri Sendiri: Salah satu bahaya terbesar dalam menghadapi penderitaan adalah terjebak dalam sikap yang salah, di mana fokus kita menjadi diri sendiri dan keinginan untuk segera lepas dari penderitaan. Mazmur 39 mengajarkan kita untuk tetap memusatkan perhatian pada Tuhan, meskipun dalam penderitaan yang paling berat sekalipun. Ini mengingatkan kita bahwa keutamaan hidup bukanlah tentang bagaimana kita menghindari penderitaan, tetapi bagaimana kita tetap setia dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan melalui penderitaan tersebut.

3. Penyerahan Diri kepada Tuhan: Mazmur ini juga mengajak kita untuk berserah kepada Tuhan dalam segala keadaan. Kita tidak selalu bisa memahami sepenuhnya mengapa kita harus mengalami penderitaan, tetapi kita dapat mempercayai Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Seperti Daud yang datang kepada Tuhan dengan segala keluhannya, kita pun diajak untuk membawa setiap pergumulan kita kepada-Nya dengan sikap yang rendah hati dan berserah penuh.

4. Pengalaman Pribadi dengan Tuhan: Pada akhirnya, penderitaan bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengalami Tuhan secara lebih pribadi. Seperti yang dialami oleh Ayub, penderitaan bisa membawa kita kepada pengenalan yang lebih mendalam akan Tuhan. Ayub, setelah melalui penderitaan yang luar biasa, berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (Ayub 42:5-6). Penderitaan telah membuka mata rohani Ayub untuk melihat dan mengenal Tuhan secara langsung dan mendalam.

Saat kita dihadapkan dengan penderitaan, kita memiliki pilihan: menolaknya dengan sikap yang salah, atau menerimanya sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Fokus kita bukan pada seberapa cepat kita dapat lepas dari penderitaan, tetapi seberapa dalam kita dapat mengenal Tuhan melalui penderitaan itu. Dengan demikian, kita dapat belajar untuk hidup tidak hanya untuk mencari kenyamanan duniawi, tetapi untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, yang pada akhirnya memberikan kita pengertian dan kekuatan sejati.

Share:

Sikap terhadap Dosa

Di era digital yang semakin maju, dosa sering kali dianggap sebagai masalah yang tidak serius. Media sosial dan kemudahan teknologi memberikan akses cepat ke berbagai kesenangan duniawi, sehingga banyak orang tergoda untuk mengabaikan pentingnya menjaga integritas rohani. Beberapa gereja bahkan telah menghapus pengakuan dosa dari liturgi mereka, seolah-olah dosa hanyalah masalah kecil yang dapat diabaikan. Namun, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang percaya terhadap dosa?

1. Dosa adalah Pelanggaran yang Serius: Mazmur yang ditulis oleh Daud dalam pengakuan dosanya menunjukkan betapa seriusnya dampak dosa. Daud mengakui bahwa dosa mendatangkan murka dan kemarahan Tuhan, yang menekan jiwanya dengan berat (Mazmur 38:2-4). Dosa bukan hanya pelanggaran hukum moral, tetapi juga sebuah tindakan yang menghancurkan hubungan kita dengan Tuhan. Dosa menimbulkan konsekuensi yang buruk, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual (Mazmur 38:5-9). Ketika kita berdosa, kita tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga relasi dengan orang lain dan Tuhan.

2. Dosa Merusak Kehidupan Secara Keseluruhan: Daud menggambarkan bagaimana dosa telah merusak seluruh aspek kehidupannya—kesehatan, persahabatan, dan kedamaiannya hilang. Dosa bahkan membuatnya menjadi bahan cemoohan bagi musuh-musuhnya (Mazmur 38:12-13, 17). Ini menunjukkan bahwa dosa bukanlah masalah sepele yang bisa kita abaikan. Dosa memiliki dampak yang luas dan dalam, merusak semua yang baik dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dosa bukan hanya masalah spiritual, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan kita secara keseluruhan.

3. Dosa Hanya Dapat Diselesaikan oleh Tuhan: Daud menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menangani dosa adalah dengan datang kepada Tuhan. Ia mengakui dosanya dengan jujur dan mencari pengampunan dari Tuhan, bukan dari sumber-sumber lain (Mazmur 38:16). Penyelesaian dosa tidak dapat ditemukan dalam terapi psikologis, pengobatan medis, motivasi diri, atau pengalihan perhatian kepada hal-hal duniawi. Dosa hanya dapat diselesaikan melalui pertobatan yang tulus dan pengampunan dari Tuhan. Daud datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur, penuh ketakutan akan konsekuensi dosa, dan memohon belas kasih Tuhan untuk mengampuni dan menyertai dia (Mazmur 38:11, 14-15, 22-23).

4. Mengambil Sikap yang Benar terhadap Dosa: Sebagai orang percaya, kita harus memiliki sikap yang serius terhadap dosa. Kita tidak boleh menyederhanakan dosa atau mengabaikannya. Sebaliknya, kita harus mengakuinya di hadapan Tuhan dan mencari pengampunan-Nya dengan hati yang tulus. Dosa adalah pelanggaran yang menghancurkan, dan hanya melalui pengampunan Tuhan kita dapat dipulihkan.

Dalam dunia yang semakin memudahkan kita untuk mengabaikan dosa, kita dipanggil untuk tetap sadar akan bahayanya dan bersikap serius terhadapnya. Seperti Daud, kita harus datang kepada Tuhan dengan pengakuan yang tulus, menyadari bahwa hanya Dia yang dapat membersihkan kita dari dosa. Jangan meremehkan dosa, tetapi datanglah kepada Tuhan dengan hati yang penuh penyesalan, berharap kepada-Nya untuk pengampunan dan pemulihan.

Share:

Cara Hidup Orang Percaya

Kehidupan orang percaya di tengah dunia ini memang tidak selalu mudah, terutama ketika kita dihadapkan pada kenyataan pahit dari dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Ketidakadilan, kecurangan, dan berbagai bentuk kejahatan sering kali tampak merajalela, sehingga membuat kita meragukan kebenaran dan keadilan Tuhan. Namun, Pemazmur memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang percaya.

1. Menjauhi Kejahatan dan Melakukan Kebaikan: Pemazmur menasihati kita untuk menjauhi kejahatan dan terus melakukan kebaikan karena Tuhan mencintai keadilan (Mazmur 37:27-28). Meskipun kejahatan tampaknya mendominasi, kita harus tetap teguh dalam menjalani hidup yang benar di hadapan Tuhan. Cara hidup kita harus mencerminkan kebijaksanaan, keadilan, dan kecintaan terhadap hukum Tuhan (Mazmur 37:30-31). Dengan kata lain, kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan dunia ini.

2. Percaya pada Keadilan Tuhan: Kita tidak perlu takut atau putus asa ketika melihat orang fasik tampaknya berhasil dan terus melakukan kejahatan. Tuhan tidak akan tinggal diam; Dia akan mengadili setiap perbuatan jahat. Orang fasik mungkin terlihat sukses untuk sementara waktu, tetapi mereka akan lenyap tanpa masa depan (Mazmur 37:35-36, 38). Sebaliknya, orang benar akan terus disertai dan dipelihara oleh Tuhan. Mereka akan mewarisi negeri dan menyaksikan kejatuhan orang fasik (Mazmur 37:29, 34). Ini adalah janji yang memberi kita pengharapan dan keberanian untuk terus hidup dalam kebenaran.

3. Tetap Berpegang pada Firman Tuhan: Dalam menghadapi ketidakadilan, kita dipanggil untuk tetap teguh pada kebenaran firman Tuhan. Tuhan adalah sumber perlindungan dan pertolongan kita, dan Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Meskipun dunia ini penuh dengan dosa dan kejahatan, kita harus tetap berani menyatakan kebenaran, bahkan ketika itu sulit atau berisiko. Menjalani hidup yang benar mungkin menantang, tetapi kita tidak melakukannya sendirian; Tuhan selalu bersama kita.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia ini. Ketika kita melihat ketidakadilan dan kecurangan di sekitar kita, tugas kita adalah tetap teguh dalam kebenaran, menjauhi kejahatan, dan terus melakukan kebaikan. Meskipun tantangan hidup ini besar, kita memiliki pengharapan dalam Tuhan yang mencintai keadilan dan akan melenyapkan kefasikan. Hidup benar di hadapan Tuhan bukanlah hal yang sia-sia, tetapi merupakan panggilan yang akan membawa kita kepada warisan yang kekal bersama-Nya.

Share:

Sikap terhadap Kejahatan Orang Fasik

Ketika kita menyaksikan ketidakadilan di dunia, di mana orang jahat tampaknya berhasil dan yang bersalah sering kali dibebaskan, hati kita mungkin dipenuhi dengan rasa kecewa atau bahkan marah. Namun, Mazmur mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah hakim yang adil, yang akan mengadili setiap tindakan manusia, baik itu dari orang fasik maupun orang benar.

Mazmur ini menunjukkan bahwa meskipun orang fasik mungkin tampak bangga dengan perbuatan jahatnya, mereka tidak akan lolos dari pengadilan Tuhan. Dalam pengadilan-Nya, Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan tak terhukum. Dia mengetahui akhir dari setiap orang fasik dan sudah menyiapkan hukuman yang sesuai untuk mereka (Mazmur 37:12-15).

Tindakan Tuhan bukanlah tindakan yang sewenang-wenang, tetapi penuh dengan keadilan. Tuhan akan menghukum orang fasik karena kecurangan dan kejahatan mereka, sementara orang benar akan dibenarkan dan dilindungi oleh belas kasih-Nya (Mazmur 37:20-26). Dalam segala tindakan-Nya, Tuhan menunjukkan bahwa Dia adalah standar tertinggi dari kebenaran dan keadilan, bukan berdasarkan apa yang kita anggap benar atau salah.

Meski keadilan manusia sering kali tidak memadai dan banyak orang jahat tampaknya lolos dari hukuman, sebagai orang percaya, bagian kita adalah terus hidup dalam kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan. Hidup dalam kebenaran bukanlah hal yang sia-sia. Sebagaimana Tuhan akan mengakhiri kejahatan orang fasik, demikian juga Dia akan memberkati dan menopang orang yang hidup benar di hadapan-Nya.

Tugas kita bukanlah membalas kejahatan atau merasa iri hati terhadap keberhasilan orang fasik, melainkan mempercayakan keadilan kepada Tuhan dan hidup sesuai dengan standar kebenaran-Nya. Dengan demikian, kita akan mengalami berkat dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan kita, sementara kejahatan orang fasik akan diakhiri oleh tangan-Nya yang adil.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.