Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Komunitas Orang-orang yang Mengasihi Tuhan

Melalui kisah ini, Lukas memberikan gambaran tentang peran penting beberapa individu dalam kehidupan Apolos. Apolos dikenal sebagai seorang yang sangat mahir dalam Kitab Suci (24), ia mengajarkan tentang Yesus dan mengenal baptisan Yohanes (25). Namun, Apolos bukanlah hasil pelayanan dari Petrus, Paulus, atau tradisi kerasulan sebagaimana yang dipahami Lukas.

Injil telah tersebar hingga ke Aleksandria, Mesir, dan berbagai tempat lainnya. Salah satu orang yang terpengaruh oleh penyebaran Injil tersebut adalah Apolos, seorang Yahudi yang terkenal. Tuhan sungguh bekerja melalui komunitas orang percaya, membangkitkan sosok seperti Apolos yang memiliki kemampuan luar biasa dalam mengajar, dan dengan itu memperkaya iman banyak orang percaya.

Dalam kisah ini, Apolos justru menerima pengajaran lebih mendalam tentang Jalan Tuhan dari pasangan Priskila dan Akwila (26), yang merupakan rekan sekerja Paulus dan tinggal di Efesus. Biasanya, kita mungkin mengharapkan pengajaran Injil yang mendalam datang dari para rasul atau tokoh besar. Namun, dalam kisah yang ditulis Lukas, justru komunitas orang biasa, yang namanya jarang disebut, memberikan kontribusi besar dalam kehidupan Apolos. Dalam Surat Korintus, tampak bahwa Apolos memberikan pengaruh besar dalam pelayanan bersama Paulus di Korintus dan memiliki cukup banyak pengikut (lih. 1 Kor 3:4-6).

Kita sering kali tidak sepenuhnya menyadari bagaimana Allah bekerja melalui komunitas orang-orang yang mengasihi Tuhan. Banyak kesaksian pertobatan yang muncul bukan dari perdebatan atau diskusi mengenai kebenaran doktrinal, melainkan melalui persahabatan dan hubungan dalam komunitas orang percaya. Dengan jelas, jalan keselamatan Tuhan tidak bisa dipisahkan dari hubungan yang terjalin di dalam keluarga Allah.

Banyak yang berpendapat bahwa generasi muda masa kini mendambakan komunitas di mana mereka bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan jujur. Mungkinkah kita dapat membangun komunitas seperti itu, di mana iman dan kerohanian dapat berkembang dengan subur? Apolos memiliki hubungan persahabatan yang erat dengan Priskila dan Akwila dalam komunitas yang demikian. Iman tumbuh dengan baik di tengah-tengah komunitas yang hidup dalam penyembahan kepada Yesus, Sang Kristus!

Pagi ini, kami mohonkan berkat dari Tuhan untuk Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudari sekalian. Semoga berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir di dalam hidup kita semua.

Kami juga berdoa agar rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, sawah dan ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, serta hubungan bisnis semuanya diberkati. Kiranya Tuhan juga memberkati setiap pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendampingmu.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa agar berkat-Nya melimpah dalam hidup kami. Bagi yang percaya, katakanlah AMIN! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Komitmen pada Misi, Jiwa yang Gereget

Dalam Kisah Para Rasul 18:18-23, kita melihat Paulus terus melanjutkan misinya dengan penuh komitmen. Salah satu tindakan simbolis yang dilakukan Paulus adalah mencukur rambutnya di Kengkrea karena nazar yang diambilnya (ayat 18). Meskipun Lukas tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai nazar tersebut, tindakan ini menunjukkan dedikasi Paulus kepada Taurat dan keimanannya. Nazar adalah sumpah khusus yang diatur dalam hukum Taurat, seperti yang dijelaskan dalam Bilangan 6:1-21, di mana seseorang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan.

Tindakan mencukur rambut sebagai bagian dari nazar menandakan bahwa Paulus berkomitmen tidak hanya kepada misinya dalam memberitakan Injil, tetapi juga kepada tradisi keagamaan yang dia jalani. Ini menunjukkan bahwa meskipun Paulus sering dituduh menentang Taurat, dia tetap mematuhi aturan-aturan dalam konteks tertentu. Bahkan di tengah-tengah penganiayaan dan kesulitan yang dia hadapi, Paulus terus setia kepada misinya sebagai rasul Yesus Kristus, dan ini tercermin dalam tindakannya sebagai seorang yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.

Dalam hal ini, Paulus menampilkan kualitas yang dalam dunia pendidikan modern dikenal sebagai grit atau gereget—yakni kegigihan dan gairah yang kuat dalam mengejar tujuan jangka panjang. Menurut penelitian psikologi pendidikan, grit adalah faktor penentu keberhasilan yang lebih signifikan daripada kecerdasan intelektual (IQ). Orang yang memiliki grit memiliki daya juang yang tinggi, mampu bertahan dalam menghadapi tantangan, dan memiliki dedikasi kuat terhadap apa yang mereka yakini.

Paulus adalah sosok yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, dididik oleh Gamaliel, seorang pemimpin Farisi yang terkenal. Namun, yang membuat misinya sukses bukan hanya kecerdasannya, melainkan ketekunannya, dedikasinya, dan semangat juangnya. Bahkan ketika menghadapi persekusi, ancaman, atau tantangan, Paulus tidak mundur, tetapi justru semakin kuat dalam panggilan hidupnya.

Kita mungkin tidak menerima panggilan misi seperti Paulus, tetapi kita semua memiliki panggilan dalam hidup kita—baik itu dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, atau kehidupan sehari-hari. Terkadang kita berfokus pada kecerdasan atau keterampilan sebagai faktor penentu keberhasilan, namun kisah Paulus mengingatkan kita bahwa komitmen, ketekunan, dan iman adalah kunci dalam mencapai tujuan. Grit atau gereget dalam iman kita kepada Tuhan juga memungkinkan kita untuk bertahan di tengah tantangan dan terus berjalan dengan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam tangan-Nya.

Mari kita belajar dari Paulus, yang tidak hanya mengandalkan intelektualitas, tetapi juga berpegang teguh pada panggilannya dengan penuh kesetiaan dan komitmen kepada Tuhan. Dalam segala hal yang kita lakukan, marilah kita berjuang dengan gereget yang sama, sambil mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan kita.

Semoga berkat dari Tuhan Yesus mengalir melimpah bagi kita semua, membawa kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam setiap aspek kehidupan. Kiranya Tuhan memberkati setiap keluarga, anak-anak, dan cucu-cucu kita. Diberkatilah pekerjaan kita, usaha kita, studi kita, sawah dan ladang kita, serta semua yang kita kerjakan. Semoga Tuhan memberkati setiap pelayanan, gereja, tempat usaha, dan masa depan kita. 

Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat dan anugerah-Nya memenuhi hidup kita dengan kasih, kekuatan, dan kedamaian yang sempurna. Yang percaya katakan, **AMIN!**

Tuhan Yesus memberkati! 🙏✨

Share:

Beriman Seperti Paulus

Kisah pelayanan Paulus di Korintus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 18:1-17 memberikan kita gambaran tentang iman yang teguh meskipun menghadapi tantangan besar. Dalam pelayanannya, Paulus memenangkan banyak hati untuk Kristus, termasuk tokoh-tokoh masyarakat penting seperti Krispus, kepala sinagoge, dan pasangan pengrajin, Priskila dan Akwila.

Namun, pelayanan Paulus juga menimbulkan persekusi dari kelompok-kelompok fundamentalis Yahudi yang menolak keras pesan Paulus bahwa "Yesuslah Mesias" (5). Mereka menuduh Paulus melanggar Taurat dan membawa dia ke pengadilan Romawi dengan tuduhan mengajarkan agama yang melawan hukum Yahudi (13). Padahal, baik Paulus, Yesus, maupun orang-orang yang mempersekusi Paulus adalah sama-sama orang Yahudi.

Dalam situasi ini, Galio, gubernur Romawi di Akhaya, menolak tuduhan tersebut dan melihatnya sebagai konflik internal agama Yahudi. Gagal mengkriminalkan Paulus, kelompok fundamentalis yang marah memukuli Sostenes, kepala sinagoge, di depan pengadilan (17). Namun, Paulus tetap berdiri teguh dalam imannya dan terus melayani Tuhan meskipun menghadapi ancaman persekusi.

Pelajaran dari kisah Paulus mengingatkan kita akan tantangan yang bisa datang dari dalam maupun luar komunitas kita ketika kita setia kepada Kristus. Seperti Dietrich Bonhoeffer, yang melawan rezim Nazi di Jerman yang mayoritas Kristen, kesetiaan kepada kebenaran iman bisa membuat seseorang berhadapan dengan kekuatan yang tampaknya tak terhindarkan, bahkan dari mereka yang mengaku beriman.

Menghadapi tantangan ini, Paulus tetap teguh dan tidak gentar. Imannya tidak didasarkan pada popularitas atau penerimaan sosial, melainkan pada keyakinannya yang kuat bahwa Yesus adalah Mesias dan bahwa pelayanannya adalah untuk memuliakan Allah, bukan untuk menyenangkan manusia.

Pertanyaan untuk kita adalah, sanggupkah kita beriman seperti Paulus? Dapatkah kita tetap setia pada Kristus, bahkan jika kesetiaan itu membuat kita ditolak, dihujat, atau dianggap sesat oleh dunia, atau bahkan oleh orang-orang yang mengaku beriman tetapi tidak memahami kebenaran Injil?

Berkat Pagi untuk Semua:

Di pagi yang indah ini, marilah kita memohon berkat Tuhan bagi kita semua. Kiranya Tuhan melimpahkan berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kita.

Berkat Tuhan juga kiranya menyertai rumah tangga kita, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, studi, dan pelayanan kita. Semoga setiap aspek kehidupan kita diberkati, baik itu sawah, ladang, toko, perusahaan, maupun kantor.

Kita juga memohon berkat Tuhan atas gereja dan semua orang yang melayani di dalamnya. Semoga Tuhan menyertai kita dalam segala hal yang kita kerjakan, dan memberikan kita kekuatan untuk terus memberitakan Injil.

Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Nya mengalir melimpah dalam hidup kita. Yang percaya katakan, Amin! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Terlalu Bersahabat dengan Budaya?

Dalam Kisah Para Rasul 17:16-34, kita melihat kisah Paulus di Atena, pusat intelektual Yunani. Di tempat yang penuh dengan patung berhala dan dipenuhi filsafat Epikuros dan Stoa, Paulus tidak langsung mengutuk atau melawan budaya setempat, tetapi ia memilih untuk membahasakan Injil dengan cara yang dapat dipahami oleh masyarakat Atena.

Walaupun ia merasa terganggu dengan banyaknya patung berhala, Paulus dengan bijak menggunakan "Allah yang tidak dikenal" sebagai titik masuk untuk memperkenalkan Injil (ayat 23). Ini menunjukkan kemampuannya sebagai "pembaca budaya" yang ulung. Paulus menyadari bahwa dalam setiap budaya, ada kerinduan yang dalam akan sesuatu yang lebih besar, yang dalam kasus ini ia kaitkan dengan kerinduan akan Allah yang sejati.

Namun, bagi sebagian orang Kristen, cara Paulus ini mungkin terasa terlalu akrab dengan budaya yang dipenuhi berhala. Mereka bisa merasa risih melihat bagaimana Paulus mengutip pujangga Yunani dan menggunakan bahasa filsafat populer pada zamannya. Tetapi, yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa Paulus memahami bahwa meskipun ada elemen-elemen dalam budaya Yunani yang berlawanan dengan iman Kristen, di dalamnya masih terdapat titik-titik kebenaran yang bisa menjadi jembatan untuk memperkenalkan Injil.

Paulus mengutip salah satu pujangga Yunani, Aratus, ketika ia mengatakan, "Sebab kita ini keturunan-Nya juga" (ayat 28). Dengan cara ini, Paulus menarik hubungan antara pandangan filsafat populer dengan kebenaran penciptaan manusia oleh Allah. Ini adalah bentuk kontekstualisasi, di mana ia menerjemahkan pesan Injil ke dalam bahasa dan konsep yang dapat diterima oleh pendengarnya.

Banyak dari kita mungkin tergoda untuk menarik garis tegas antara iman dan budaya, tetapi Paulus menunjukkan bahwa tidak semua dalam budaya harus ditolak mentah-mentah. Justru, di dalam setiap budaya, ada ruang yang bisa dijadikan wadah untuk menyampaikan pesan Injil. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak langsung menolak budaya sekuler atau berbeda, tetapi belajar mengenali titik-titik persinggungan di mana kita bisa memperkenalkan kebenaran Allah.

Berkat Pagi untuk Semua:

Di pagi ini, mari kita mohonkan berkat Tuhan untuk setiap orang yang kita kasihi. Kiranya Tuhan mengalirkan berkat-Nya atas kita semua: kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam hidup kita.

Berkat Tuhan juga kiranya tercurah atas rumah tangga kita, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, usaha, studi, serta pelayanan kita. Baik itu di sawah, ladang, toko, kantor, maupun perusahaan, biarlah Tuhan menyertai dan memberkati. Tuhan juga memberkati gereja dan semua yang terlibat di dalamnya, serta kehidupan kita sehari-hari.

Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat melimpah dalam hidup kita. Amin!

Share:

Tetap Mengabarkan Injil

Setiap hari kita disuguhkan berbagai berita dari segala penjuru dunia—viral, menarik, atau mengejutkan. Namun, semuanya bersifat sementara dan cepat berlalu. Berbeda dengan berita Injil yang selalu segar dan relevan. Dari masa ke masa, kabar Injil selalu membawa pembaruan dan tidak pernah ketinggalan zaman. Injil menawarkan keselamatan dan pengharapan yang abadi, melampaui waktu dan situasi apa pun.

Rasul Paulus adalah contoh nyata bagaimana Injil selalu diberitakan tanpa mengenal lelah dan tanpa takut akan tantangan. Setelah menghadapi penganiayaan di Filipi, Paulus tetap melanjutkan misinya ke Tesalonika, meski jaraknya cukup jauh, sekitar 150 km. Setibanya di sana, ia segera menuju sinagoge dan mulai mengajarkan tentang Yesus sebagai Mesias. Ia menekankan bahwa Mesias harus menderita, mati, dan bangkit kembali, dan bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat itu (Kis. 17:3).

Banyak orang, baik dari kalangan Yahudi maupun Yunani, menjadi percaya karena pemberitaan Paulus dan Silas. Mereka menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Namun, di tengah kesuksesan misi itu, muncul juga tantangan. Orang-orang Yahudi yang tidak menerima pengajaran Paulus merasa terganggu dan kemudian menghasut orang-orang untuk menciptakan kekacauan di kota. Mereka menuduh Paulus dan Silas telah melawan Kaisar karena mereka memberitakan tentang Yesus sebagai Raja.

Tantangan ini tidak mematahkan semangat Paulus dan Silas. Meskipun dianiaya dan difitnah, mereka tetap teguh dan terus melanjutkan misi mereka untuk menyebarkan Injil. Bahkan ketika dihadapkan pada sidang rakyat, Yason, salah satu orang yang telah percaya, memberikan jaminan dan membantu mereka sehingga mereka dapat melanjutkan pelayanan mereka.

Panggilan untuk Tetap Setia Memberitakan Injil

Tantangan dalam memberitakan Injil bukanlah alasan untuk berhenti. Sebaliknya, setiap rintangan yang muncul adalah kesempatan bagi kita untuk semakin mempercayai kuasa Tuhan yang mampu membuka jalan. Seperti yang Paulus dan Silas tunjukkan, tugas kita adalah tetap memberitakan Injil dengan penuh keyakinan, meskipun banyak tantangan menghadang. Tanggung jawab orang percaya adalah membawa kabar baik kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Allah akan memampukan kita, memberi kita kekuatan, dan menyertai kita dalam setiap upaya menyebarkan kabar keselamatan. Dengan ketekunan, pengharapan, dan iman, kita dapat menjadi saksi Kristus yang berani dan efektif.

Beritakanlah Injil setiap hari, karena berita ini tidak pernah usang dan selalu membawa pembaruan. Dalam menghadapi tantangan, kita tidak boleh gentar. Sebaliknya, mari kita semakin terlibat dalam pekabaran Injil dan senantiasa mendoakan para penginjil yang berada di garis depan. Tetaplah yakin bahwa Allah akan bekerja melalui kita untuk menyelamatkan banyak jiwa.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.