Bersiaplah!
Lukas 3:1-20
Ketika tamu datang tanpa persiapan, kita merasa malu dan panik. Namun, bagaimana jika tamu itu adalah Tuhan? Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah momen paling penting yang memerlukan persiapan serius, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata yang menunjukkan pertobatan sejati.
Pesan Pertobatan Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis dipanggil untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias dengan menyerukan pesan pertobatan (Lukas 3:3-6):
- Pertobatan Nyata: Yohanes meminta orang-orang untuk membuktikan pertobatan mereka melalui tindakan nyata, seperti berbagi dengan sesama, berlaku jujur, dan tidak menyalahgunakan kekuasaan (ay. 11-14).
- Peringatan tentang Penghakiman: Yohanes mengingatkan bahwa Tuhan datang dengan alat penampi untuk memisahkan gandum dari sekam. Hanya mereka yang bertobat dan hidup benar akan masuk ke dalam lumbung-Nya, sedangkan yang tidak bertobat akan dibakar dalam api (ay. 17).
Persiapan untuk Kedatangan Tuhan
Pesan Yohanes ini tetap relevan bagi kita saat ini. Persiapan yang Tuhan inginkan adalah hati yang bersih dan hidup yang menunjukkan buah pertobatan:
- Bertobat dari Dosa: Mengakui kesalahan, meminta pengampunan, dan berbalik kepada Allah.
- Mengubah Cara Hidup: Meninggalkan perilaku yang egois, tidak adil, atau penuh dosa, dan menggantinya dengan kebaikan, kasih, dan keadilan.
- Melayani dengan Kasih: Membantu mereka yang membutuhkan, berbuat baik tanpa pamrih, dan hidup dengan hati yang tulus.
Kesadaran akan Hari Kedatangan Tuhan
Kita tidak tahu kapan Tuhan akan datang kembali. Namun, daripada mencoba memprediksi waktu, kita dipanggil untuk selalu siap. Persiapan ini bukan soal fisik, tetapi soal hati yang terus diperbaharui oleh kasih karunia Allah.
Apakah Kita Sudah Siap?
Jika Tuhan datang hari ini, apakah hati kita siap untuk menyambut-Nya? Hidup kita seharusnya mencerminkan pertobatan sejati dan meneladani kasih Tuhan. Jangan sampai kita ditemukan lengah atau belum siap ketika Dia datang.
Doa
Tuhan yang Maha Kudus, tolonglah kami untuk selalu hidup dalam pertobatan sejati. Bersihkan hati kami dari dosa, ubahlah hidup kami agar mencerminkan kasih-Mu, dan jadikan kami siap menyambut kedatangan-Mu. Kiranya buah pertobatan kami memuliakan nama-Mu dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Tidak Meremehkan Anak-anak
Lukas 2:41-52
Anak-anak sering kali dipandang sebelah mata di tengah masyarakat. Mereka dianggap tidak memahami kompleksitas dunia orang dewasa, sehingga keberadaan mereka kerap diremehkan. Namun, kisah Yesus pada usia dua belas tahun mengingatkan kita untuk tidak meremehkan anak-anak, karena mereka dapat menjadi alat Allah untuk menyatakan kebenaran-Nya.
Yesus, Anak yang Menginspirasi
Yesus, meskipun masih anak-anak, menunjukkan penguasaan firman Allah yang luar biasa. Dalam Lukas 2:41-52, kita melihat bahwa:
- Ia Taat Beribadah: Yesus mengikuti kebiasaan orang tua-Nya untuk beribadah ke Yerusalem, menunjukkan ketaatan dan kesungguhan dalam menyembah Allah (ay. 41-42).
- Ia Berani Menyatakan Kebenaran: Di tengah para ahli Taurat, Yesus mendiskusikan firman Allah dengan hikmat dan pengertian yang mengagumkan, bahkan membuat orang-orang dewasa takjub (ay. 46-47).
- Ia Tetap Taat kepada Orang Tua-Nya: Meski menyadari identitas-Nya sebagai Anak Allah, Yesus tetap menghormati orang tua-Nya dan menunjukkan ketaatan yang menjadi teladan (ay. 51).
Pelajaran bagi Kita
Anak-anak bukanlah sekadar individu kecil yang belum memahami dunia. Mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi besar untuk menyuarakan kebenaran-Nya. Namun, agar mereka dapat berkembang dengan benar, mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan orang dewasa:
- Mengisi Masa Emas dengan Kebenaran: Masa kanak-kanak adalah masa penting dalam pembentukan karakter dan iman. Kita, sebagai orang dewasa, perlu menanamkan firman Allah dan nilai-nilai ilahi sejak dini.
- Menghormati Potensi Anak-anak: Seperti Yesus yang membuat para ahli Taurat takjub, anak-anak juga memiliki potensi luar biasa yang tidak boleh diremehkan.
- Menjadi Teladan: Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Sebagai orang dewasa, kita harus menjadi contoh dalam kehidupan iman, kasih, dan ketaatan kepada Allah.
Membangun Masa Depan Bersama Anak-anak
Allah memberikan anak-anak sebagai anugerah, bukan hanya bagi keluarga mereka tetapi juga bagi gereja dan masyarakat. Mereka adalah pewaris iman yang akan melanjutkan karya Allah di dunia ini. Oleh karena itu, kita diajak untuk:
- Menghormati mereka sebagai individu yang berharga di mata Allah.
- Membimbing mereka dengan firman Allah dan kasih yang tulus.
- Memberi mereka ruang untuk berkembang dan menyuarakan apa yang Allah taruh dalam hati mereka.
Doa
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau mengajarkan kami untuk tidak meremehkan anak-anak. Tolonglah kami untuk menjadi teladan iman dan kasih bagi mereka, serta membimbing mereka dengan firman-Mu. Kiranya mereka bertumbuh menjadi pribadi yang mengasihi-Mu dan menjadi alat-Mu untuk menyatakan kebenaran di dunia ini. Amin.
Diserahkan untuk Menyelamatkan
Lukas 2:21-40
Ada saat-saat di mana kita dihadapkan pada pilihan untuk melakukan sesuatu yang bukan menjadi kewajiban kita. Dilema pun muncul: di satu sisi, kita tidak harus melakukannya; di sisi lain, hati kita tergerak karena dampaknya dapat membawa kebaikan bagi orang lain.
Yesus Kristus, Sang Juru Selamat dunia, memberi contoh nyata dalam hal ini. Walaupun Dia adalah Anak Allah yang kudus, Yesus tetap menjalani sunat dan diserahkan di Bait Allah, sesuai dengan Hukum Taurat (Luk. 2:21-24). Tindakan ini seolah-olah menyiratkan bahwa Dia, seperti manusia berdosa lainnya, memerlukan pengudusan. Namun, sesungguhnya tindakan ini adalah wujud kasih-Nya yang besar kepada dunia.
Kasih yang Menggerakkan Penyerahan
Ketaatan Yesus terhadap Hukum Taurat menunjukkan kerendahhatian-Nya dan kehendak-Nya untuk sepenuhnya menggenapi janji Allah bagi keselamatan umat manusia. Tindakan tersebut menjadi penggenapan nubuat dan peneguhan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan.
Hal ini diteguhkan oleh tokoh-tokoh rohani seperti Simeon dan Hana. Simeon, yang dipimpin oleh Roh Kudus, mengenali Yesus sebagai Juru Selamat yang telah lama dinantikan (Luk. 2:25-32). Dalam nyanyian pujiannya, ia menyatakan bahwa Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan bagi umat Israel. Begitu pula Hana, seorang nabi perempuan yang setia melayani Allah, memberitakan tentang bayi Yesus sebagai penggenapan pengharapan umat (Luk. 2:36-38).
Teladan untuk Kita
Seperti Yesus yang rela menyerahkan diri-Nya demi keselamatan dunia, kita pun dapat meneladani-Nya dengan melakukan sesuatu yang mungkin bukan kewajiban kita, tetapi yang didorong oleh kasih. Ketika kita bertindak atas dasar kasih untuk membawa penghiburan, damai sejahtera, dan kebaikan bagi orang lain, kita mencerminkan karakter Kristus dalam hidup kita.
Aplikasi dalam Kehidupan
- Melakukan dengan kasih: Dalam situasi tertentu, pertimbangkan untuk membantu atau melayani orang lain meskipun itu bukan tanggung jawab langsung kita.
- Peka terhadap kehendak Allah: Belajar dari Simeon dan Hana yang peka terhadap rencana Allah, kita dapat mendekatkan diri kepada-Nya melalui doa dan penyembahan untuk memahami kehendak-Nya dalam hidup kita.
- Membawa damai sejahtera: Jadilah pembawa sukacita dan damai sejahtera bagi orang di sekitar kita, sebagaimana Yesus Kristus menjadi terang bagi dunia.
Doa
Tuhan Yesus, Engkau telah rela menyerahkan diri-Mu demi menyelamatkan kami. Ajarlah kami untuk mengikuti teladan-Mu, berbuat atas dasar kasih, dan menjadi terang serta damai sejahtera bagi dunia di sekitar kami. Bimbing kami untuk selalu menjalani hidup yang memuliakan nama-Mu. Amin.
Kesederhanaan yang Mulia
Lukas 2:8-20
Natal adalah momen yang penuh makna, tetapi sering kali disalahpahami. Bagi sebagian orang, Natal identik dengan kemeriahan, perayaan besar, dan pesta pora. Namun, di sisi lain, ada banyak orang yang merayakan Natal dalam kesederhanaan, bahkan dalam keterbatasan ekonomi.
Kisah kelahiran Yesus mengingatkan kita bahwa Juru Selamat dunia datang dalam kesederhanaan. Ia dilahirkan dalam sebuah palungan, dibedung, dan dirawat di tempat yang jauh dari kemewahan (Lukas 2:12). Berita kelahiran-Nya pun pertama kali disampaikan bukan kepada para pemimpin besar, tetapi kepada para gembala—golongan sederhana yang sering kali terpinggirkan (Lukas 2:8-11).
Kesederhanaan yang Memancarkan Kemuliaan
Kendati sederhana, kelahiran Yesus justru penuh dengan kemuliaan:
- Kemuliaan yang dinyatakan oleh bala tentara surga (Lukas 2:13-14). Para malaikat memuji Allah atas kelahiran Sang Mesias, menunjukkan bahwa kesederhanaan bukanlah penghalang bagi kemuliaan Allah.
- Kesaksian yang membangun iman (Lukas 2:17-20). Para gembala, setelah mendengar berita dari malaikat dan menyaksikan sendiri Sang Juru Selamat, menyebarkan kabar sukacita itu kepada semua orang, membuktikan bahwa berita keselamatan bisa datang dari siapa saja.
Makna Natal yang Sesungguhnya
Kesederhanaan kelahiran Yesus mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam gemerlap duniawi. Natal bukan tentang pesta besar atau hadiah mahal, tetapi tentang menyambut kehadiran Kristus dalam hidup kita.
Hal yang terpenting adalah memercayai kabar baik tentang kedatangan-Nya dan menyerahkan hati, pikiran, serta seluruh hidup kita kepada-Nya. Dengan begitu, perayaan Natal menjadi momen penuh makna, jauh melampaui sekadar tradisi dan kemeriahan duniawi.
Renungan Natal:
Dalam kesederhanaan hidup kita, kemuliaan Allah tetap dapat dinyatakan. Seperti para gembala, mari kita menyambut Yesus dengan iman, membagikan kabar sukacita kepada sesama, dan merayakan Natal dengan hati yang tulus dan penuh syukur.
Selamat merayakan Natal yang sederhana namun penuh kemuliaan bersama Juru Selamat kita, Yesus Kristus.