Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Berani Mengalah

Dalam hidup sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk membuat pilihan yang sulit, termasuk apakah kita harus maju untuk memenangkan argumen atau mundur demi menghindari konflik. Filosofi Jawa, "Wani ngalah luhur wekasane," mengajarkan bahwa siapa yang berani mengalah akan memperoleh kemuliaan pada akhirnya. Berani mengalah bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru menunjukkan kekuatan karakter, kedewasaan, dan pengendalian diri yang luar biasa.

Mengapa Perlu Berani Mengalah?

  1. Menekan Ego dan Rasa Ingin Menang Sendiri Berani mengalah memerlukan keberanian untuk menekan ego dan keinginan untuk selalu benar. Ini memerlukan upaya untuk memahami bahwa tidak semua pertempuran harus dimenangkan, dan kadang-kadang, bijaksana untuk mundur demi kepentingan yang lebih besar atau untuk menjaga perdamaian.

  2. Menghindari Konflik yang Tidak Perlu Dalam banyak kasus, konflik hanya akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dan memperburuk situasi. Dengan mengalah, kita dapat menghindari eskalasi konflik yang dapat merugikan semua pihak yang terlibat.

  3. Menunjukkan Kemuliaan dan Kebesaran Jiwa Orang yang berani mengalah menunjukkan kedewasaan emosional dan kebesaran hati. Mereka mampu melihat gambaran yang lebih besar dan bertindak dengan cara yang menguntungkan semua pihak, bukan hanya diri mereka sendiri.

Contoh dari Kisah Ishak

Kisah Ishak memberikan pelajaran berharga tentang keberanian untuk mengalah. Ishak, yang sangat diberkati Tuhan dengan hasil ladang dan ternaknya, menjadi lebih kaya daripada Abimelekh, sehingga dia diminta untuk meninggalkan Gerar (Kejadian 26:12-14). Ishak tidak memaksakan kehendaknya untuk tetap tinggal, meskipun dia memiliki alasan kuat untuk melakukannya. Bahkan, setelah pindah ke lembah Gerar, ketika sumur-sumur yang digali oleh hamba-hambanya diperselisihkan oleh penduduk setempat, Ishak memilih untuk mengalah dan mencari tempat lain untuk menggali sumur baru.

Manfaat Berani Mengalah

  1. Mendapatkan Hal yang Lebih Baik Kisah Ishak menunjukkan bahwa berani mengalah tidak berarti kita kehilangan segalanya. Pada akhirnya, Ishak berhasil menemukan tempat di mana sumur yang digalinya tidak diperselisihkan lagi, dan dia dapat hidup dengan damai dan sejahtera (Kejadian 26:22).

  2. Menjaga Hubungan Baik Mengalah dapat membantu menjaga hubungan baik dengan orang lain, baik itu dalam keluarga, komunitas, atau tempat kerja. Konflik yang terus berlanjut dapat merusak hubungan yang mungkin sulit diperbaiki di kemudian hari.

  3. Menunjukkan Kematangan dan Kebijaksanaan Orang yang berani mengalah menunjukkan bahwa mereka memiliki kematangan emosional dan kebijaksanaan yang melebihi dorongan untuk selalu menang. Ini adalah kualitas yang sangat dihargai dalam setiap aspek kehidupan.

Bagaimana Mengatasi Ego dan Meningkatkan Kesabaran?

  1. Refleksi Diri dan Kesadaran Melakukan refleksi diri secara teratur dan menyadari kecenderungan untuk selalu ingin menang dapat membantu kita mengendalikan ego. Kesadaran ini adalah langkah pertama untuk berubah.

  2. Latihan Kesabaran Latih diri untuk bersabar dalam situasi sehari-hari. Cobalah untuk tidak segera bereaksi terhadap provokasi atau perasaan tidak adil. Beri diri Anda waktu untuk berpikir sebelum bertindak.

  3. Meminta Bantuan Tuhan Mintalah bantuan dari Tuhan melalui doa agar diberikan kekuatan untuk mengendalikan diri, bersabar, dan berani mengalah ketika diperlukan. Percayalah bahwa Roh Kudus akan menolong kita untuk menjadi pribadi yang lebih sabar dan bijaksana.

Berani mengalah adalah tindakan yang membutuhkan keberanian dan kebijaksanaan. Ini bukan tentang menyerah atau menunjukkan kelemahan, tetapi tentang memilih untuk menekan ego dan mencari kedamaian. Belajar dari kisah Ishak, kita dapat melihat bahwa mengalah dapat membawa kita kepada hasil yang lebih baik dan mulia pada akhirnya.

Dengan bantuan Tuhan dan pengendalian diri yang baik, kita dapat menjadi pribadi yang sabar, bijaksana, dan mampu mengatasi godaan untuk selalu ingin menang. Mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan keberanian untuk mengalah demi kebaikan yang lebih besar.

Share:

Jangan Pendek Pikiran

Kisah tentang Esau dan Yakub merupakan pelajaran penting tentang pentingnya berpikir jangka panjang dan menghindari keputusan impulsif yang dapat merugikan kita dalam jangka panjang. Esau dan Yakub, meskipun saudara, memiliki sifat dan kecenderungan yang sangat berbeda sejak dalam kandungan. Esau, seorang pemburu yang tangguh dan suka tinggal di padang, dan Yakub, yang lebih tenang dan suka tinggal di kemah, memberikan kita gambaran tentang dua tipe kepribadian yang sangat kontras.

Pada suatu kali, terjadi sebuah peristiwa yang tragis di antara mereka. Esau, yang sangat lelah setelah berburu, meminta makanan dari Yakub. Sebagai imbalannya, Yakub meminta hak kesulungan Esau. Dengan pikiran pendek dan dipengaruhi oleh rasa lapar yang luar biasa, Esau setuju untuk menukarkan hak kesulungannya hanya demi semangkuk makanan (Kejadian 25:29-34). Keputusan Esau ini adalah contoh nyata dari keputusan impulsif yang diambil tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya.

Belajar dari Kesalahan Esau

  1. Kendalikan Nafsu dan Emosi Nafsu yang tidak terkendali dapat membuat kita buta dan mengambil keputusan yang merugikan. Seperti Esau yang mengutamakan kepuasan sesaat daripada mempertimbangkan nilai jangka panjang dari hak kesulungannya, kita pun sering kali tergoda untuk mengorbankan hal-hal berharga demi kepuasan sementara.

  2. Berpikir Jangka Panjang Keputusan yang diambil dalam kondisi lelah atau stres sering kali tidak bijak. Oleh karena itu, penting untuk selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan yang kita buat. Jangan biarkan situasi sementara mempengaruhi keputusan yang dapat berdampak seumur hidup.

  3. Menilai Apa yang Berharga Hak kesulungan adalah salah satu harta paling berharga dalam budaya Esau, tetapi ia menukarkannya dengan sesuatu yang sepele karena kelaparan. Kita harus selalu menilai dengan bijak apa yang berharga dalam hidup kita dan tidak menukarkannya dengan hal-hal yang tidak sepadan.

Menjaga Iman dan Keselamatan

Esau menganggap enteng hak kesulungannya, tetapi kita tidak boleh melakukan hal yang sama dengan iman dan keselamatan kita. Keselamatan dalam Kristus adalah harta yang tak ternilai dan abadi. Jangan tukar keselamatan kita dengan harta duniawi, jabatan, atau kenikmatan sementara. Ingatlah bahwa semua hal duniawi akan lenyap, tetapi keselamatan dalam Kristus adalah kekal dan sangat kita butuhkan, baik di dunia ini maupun di kehidupan kekal nanti.

Kisah Esau dan Yakub mengingatkan kita untuk selalu berpikir jangka panjang dan tidak membuat keputusan impulsif yang bisa merugikan kita di masa depan. Kendalikan nafsu dan emosi, pertimbangkan dampak jangka panjang, dan selalu jaga apa yang benar-benar berharga dalam hidup kita. Keselamatan dan iman kita dalam Kristus adalah yang paling berharga dan tidak boleh kita tukar dengan apa pun.

Dalam menghadapi berbagai godaan dan tantangan hidup, marilah kita terus berpegang teguh pada iman kita dan selalu memohon bimbingan Tuhan dalam setiap keputusan yang kita buat. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan bijak, menjaga warisan rohani kita, dan memastikan bahwa kita tidak tergelincir seperti Esau yang kehilangan hak kesulungannya karena pikiran pendek dan nafsu sesaat.

Share:

Menyiapkan Masa Depan yang Terbaik

Warisan: Menyiapkan Masa Depan yang Terbaik

Dalam mengambil keputusan, sering kali kita terjebak dalam pola pikir jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keluarga, organisasi, maupun masyarakat. Salah satu contohnya adalah dalam hal pembagian warisan, hak, dan kewajiban, di mana kurangnya perencanaan jangka panjang dapat menimbulkan konflik dan masalah di kemudian hari.

Pelajaran dari Abraham tentang Warisan

Abraham, sebagai seorang figur penting dalam Alkitab, memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana mempersiapkan warisan bagi keturunannya. Sebelum ia meninggal, Abraham memastikan bahwa semua anak-anaknya menerima bagian warisan yang jelas dan adil. Ia memberikan warisan kepada semua anaknya sesuai dengan aturan dan tradisi yang ada, dengan tujuan agar tidak ada perselisihan di antara mereka setelah ia tiada (Kejadian 25:5-6).

Kejelasan Warisan: Abraham memastikan bahwa pembagian warisan dilakukan dengan jelas dan transparan, sehingga setiap anak mengetahui bagian mereka masing-masing. Ini penting untuk menghindari rasa iri dan ketidakpuasan yang dapat menyebabkan konflik.

Harmonisasi Hubungan: Kita melihat dampak positif dari tindakan Abraham ketika Ishak dan Ismael, meskipun berasal dari ibu yang berbeda, bekerja sama dengan rukun untuk menguburkan ayah mereka (Kejadian 25:9). Tindakan Abraham ini memastikan bahwa hubungan antara saudara tetap harmonis dan tidak ada pertikaian yang muncul.

Pentingnya Perencanaan Jangka Panjang dalam Warisan

1. Mencegah Konflik dan Perselisihan

Dalam banyak kasus, perebutan warisan sering kali menimbulkan konflik yang merusak hubungan antar anggota keluarga. Dengan merencanakan pembagian warisan secara matang dan adil, kita dapat mencegah terjadinya perselisihan dan memastikan bahwa keluarga tetap bersatu dan harmonis.

2. Menjamin Keberlanjutan yang Baik

Warisan bukan hanya tentang harta benda, tetapi juga tentang nilai-nilai, tradisi, dan tanggung jawab. Dengan memberikan warisan yang jelas, kita dapat memastikan bahwa nilai-nilai positif dan tanggung jawab dilanjutkan oleh generasi berikutnya, baik itu dalam keluarga, gereja, atau tempat kerja.

3. Mengatur Struktur dan Sistem yang Baik

Dalam konteks organisasi, perencanaan jangka panjang yang baik sangat penting untuk menciptakan struktur dan sistem kerja yang efektif dan efisien. Hal ini membantu dalam menjaga keberlanjutan organisasi dan mencegah terjadinya masalah yang dapat menghambat kemajuan di masa depan.

Mengambil Pelajaran dari Alkitab

Belajar dari Abraham, kita diajarkan untuk tidak hanya memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita saat ini, tetapi juga apa yang terbaik bagi mereka yang akan kita tinggalkan. Ini mencakup anggota keluarga, teman sepelayanan, rekan kerja, atau siapa pun yang Tuhan percayakan kepada kita. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita ambil:

1. Berikan Warisan yang Jelas dan Adil

Pastikan bahwa setiap anggota keluarga atau pihak yang terkait menerima bagian yang sesuai dengan hak mereka. Warisan yang jelas dan adil akan mengurangi risiko konflik dan membantu menjaga hubungan yang baik.

2. Libatkan Semua Pihak dalam Proses

Untuk memastikan bahwa semua pihak merasa dihargai dan diperhatikan, libatkan mereka dalam proses perencanaan warisan. Dengan demikian, mereka akan merasa memiliki dan lebih berkomitmen untuk menjaga warisan tersebut.

3. Tetapkan Nilai dan Prinsip yang Kuat

Warisan bukan hanya tentang harta benda, tetapi juga tentang nilai dan prinsip yang kita wariskan kepada generasi berikutnya. Pastikan bahwa nilai-nilai positif dan prinsip-prinsip moral yang kuat menjadi bagian dari warisan yang kita tinggalkan.

4. Siapkan Masa Depan dengan Bijak

Perencanaan jangka panjang yang bijak akan membantu memastikan bahwa warisan kita tidak hanya bermanfaat bagi saat ini, tetapi juga untuk masa depan. Ini termasuk mempersiapkan dana pendidikan, investasi, atau program yang dapat membantu penerima warisan dalam jangka panjang.

Warisan yang kita tinggalkan adalah refleksi dari nilai-nilai dan prinsip yang kita pegang dalam hidup. Dengan memberikan warisan yang jelas dan adil, kita tidak hanya memberikan yang terbaik bagi generasi berikutnya, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat melanjutkan apa yang telah kita bangun dengan penuh tanggung jawab dan komitmen. Mari kita belajar dari Abraham dan berusaha untuk memberikan warisan yang baik dan bernilai, yang akan menjadi berkat bagi keluarga, gereja, dan masyarakat di masa mendatang.

Melalui perencanaan yang bijak dan sikap yang rendah hati, kita dapat memberikan warisan yang tidak hanya berupa materi, tetapi juga berupa nilai-nilai yang akan terus hidup dan memberikan dampak positif bagi generasi yang akan datang.


Catatan: Anda bisa menerapkan prinsip-prinsip ini tidak hanya dalam konteks keluarga, tetapi juga dalam lingkungan kerja dan komunitas lainnya. Warisan yang baik adalah yang memberikan manfaat berkelanjutan dan membawa damai serta kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.

Share:

Memilih yang Terbaik

 
Pelajaran dari Kisah Ribka 

Semua orang tentu menginginkan yang terbaik dalam hidup mereka, baik itu dalam hal pendidikan, pekerjaan, pasangan hidup, atau aspek lainnya. Namun, kriteria "terbaik" ini sering kali bersifat relatif dan subjektif. Apa yang dianggap terbaik oleh satu orang belum tentu demikian bagi orang lain. Kisah Ribka dalam Alkitab memberikan kita pelajaran yang sangat berharga mengenai bagaimana memilih yang terbaik dalam hidup.

Kisah Ribka dan Pencarian Istri untuk Ishak

Diceritakan bahwa Abraham, yang telah lanjut usia, mengutus hambanya untuk mencari istri bagi anaknya, Ishak. Pada masa itu, praktik ini adalah hal yang umum dilakukan. Abraham memerintahkan hambanya untuk pergi ke tanah leluhurnya di Kota Nahor untuk mencari gadis yang layak dinikahkan dengan Ishak (Kejadian 24:1-4).

Mengandalkan Tuhan dalam Setiap Langkah

Hambanya pergi dengan berbekal berkat dan perintah dari Abraham. Dalam setiap langkah pencariannya, hamba ini selalu mengandalkan Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Ia berdoa dengan tulus, meminta tanda dari Tuhan yang didasarkan pada karakter gadis yang baik hati, yaitu gadis yang memberikan minum kepada dirinya dan unta-unta yang dibawanya (Kejadian 24:12-14).

Tanda dari Tuhan dan Pilihan yang Tepat

Tuhan mendengar doa hamba Abraham dan memenuhi permintaannya dengan cara yang luar biasa. Ribka muncul dan tanpa ragu memberikan minum kepada hamba itu dan unta-untanya, tepat seperti yang diminta dalam doa. Ini menunjukkan bahwa Ribka adalah gadis yang tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki sifat yang baik hati dan murah hati (Kejadian 24:15-21).

Setelah bertemu dengan keluarga Ribka dan menceritakan semua kejadian tersebut, Laban, kakak Ribka, dan Betuel, ayahnya, mengakui bahwa semua ini berasal dari Tuhan (Kejadian 24:50-51). Mereka melihat bahwa pemilihan ini bukan hanya berdasarkan penampilan luar, tetapi juga karakter dan berkat Tuhan yang menyertainya.

Pelajaran untuk Kita

1. Berpikir dan Bertindak dengan Pertimbangan yang Matang

Abraham tidak asal memilihkan istri untuk Ishak. Ia mengutus hambanya untuk mencari gadis dari keluarga yang baik dan berkarakter. Pemilihan ini bukan hanya berdasarkan kenyamanan pribadi atau penampilan, tetapi juga atas dasar pertimbangan matang yang mencakup latar belakang dan karakter gadis tersebut.

2. Mengandalkan Tuhan dalam Keputusan Penting

Hambanya tidak hanya mencari istri untuk Ishak berdasarkan penilaian manusia semata. Ia melibatkan Tuhan dalam proses pencarian ini dan meminta tanda dari Tuhan untuk memandu pilihannya. Ini menunjukkan pentingnya mengandalkan Tuhan dalam setiap keputusan besar yang kita ambil.

3. Memilih Berdasarkan Karakter dan Kebaikan Hati

Tanda yang diminta hamba Abraham adalah bahwa gadis itu akan memberikan minum kepada dirinya dan unta-untanya. Tindakan sederhana ini menunjukkan kebaikan hati dan kemurahan Ribka. Pilihan yang terbaik tidak selalu yang paling menonjol atau mencolok, tetapi yang memiliki karakter baik dan hati yang tulus.

4. Menyadari Peran Kita dalam Membantu Orang Lain

Kita juga diajari untuk tidak acuh terhadap kehidupan dan masa depan orang-orang di sekitar kita, terutama anak-anak kita. Kita perlu ikut serta dalam proses pemilihan yang baik bagi mereka, membantu mereka membuat keputusan yang bijaksana yang berdasarkan iman dan pertimbangan matang.

Kisah Ribka dan pencarian istri untuk Ishak memberikan kita banyak pelajaran tentang bagaimana memilih yang terbaik dalam hidup. Ini bukan hanya soal mendapatkan yang terbaik bagi diri sendiri, tetapi juga tentang melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan penting dan memilih berdasarkan karakter dan hati yang baik. Mari kita selalu mengutamakan Tuhan dalam setiap keputusan kita dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Dengan demikian, apa pun yang kita dapatkan akan baik adanya, karena itu telah didasarkan pada pertimbangan yang matang dan doa yang tulus kepada Tuhan. Kita diajari untuk tidak hanya pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari yang terbaik, dengan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap langkah kita.

Share:

Selalu dengan Dasar

Dalam menjalani hidup, setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Tuhan dan tujuan hidup mereka. Ada yang meyakini bahwa segalanya telah diatur oleh Tuhan, ada yang sangat ambisius untuk mencapai apa yang mereka inginkan, dan ada pula yang pasrah kepada Tuhan namun tetap memiliki tujuan hidup yang jelas untuk dikejar. Dari ketiga tipe ini, manakah yang Anda pilih?

Abraham: Teladan Beriman dengan Visi dan Pertimbangan Matang

Abraham adalah teladan yang luar biasa dalam hal beriman kepada Allah sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Meskipun ia sepenuhnya percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya, Abraham juga tidak menjalani hidupnya hanya dengan mengalir begitu saja. Ia aktif mencari dan mengejar tujuan hidupnya dengan pertimbangan matang.

Pengalaman Abraham dalam Masa Berkabung

Kisah hari ini mengisahkan bagaimana Abraham menghadapi duka yang mendalam atas meninggalnya istrinya, Sara (Kejadian 23:2). Meskipun berduka, Abraham tetap memikirkan apa yang terbaik untuk masa kini dan masa depan, khususnya terkait pemakaman Sara. Bagi Abraham, tempat pemakaman bukan hanya tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi titik kumpul bagi keturunannya.

Visi dan Cita-cita Abraham

Abraham memiliki visi yang jelas untuk memiliki tanah Kanaan sebagai tempat tinggal dan warisan bagi keturunannya. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, Abraham tidak hanya pasif atau hanya mengandalkan kehendak Tuhan tanpa tindakan. Ia berani berinteraksi dengan orang lain, seperti ketika ia melakukan tawar-menawar dengan Bani Het untuk membeli gua Makhpela sebagai tempat pemakaman Sara (Kejadian 23:7, 12).

Abraham menunjukkan sikap yang rendah hati dalam tawar-menawar ini, bukan arogansi. Ia menghormati budaya dan kebiasaan orang lain, sambil tetap berusaha mencapai tujuannya. Akhirnya, Abraham berhasil memperoleh gua Makhpela beserta seluruh ladang Hebron dari Efron bin Zofar (Kejadian 23:19-20), dan cita-citanya untuk memiliki tanah Kanaan pun terkabul.

Teladan yang Perlu Ditiru

Kisah Abraham mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan iman kepada Tuhan, tetapi juga memiliki visi dan tujuan hidup yang didasarkan pada pertimbangan matang. Beriman kepada Tuhan tidak berarti kita hanya menunggu dan pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari jalan dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidup yang baik dan benar.

Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Beriman dengan Tindakan: Seperti Abraham, kita perlu menggabungkan iman dengan tindakan yang konkret dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan hidup yang baik.

  2. Pertimbangan Matang: Sebelum mengambil keputusan besar, luangkan waktu untuk memikirkan dengan matang serta meminta petunjuk dari Tuhan.

  3. Rendah Hati dan Menghormati Orang Lain: Dalam mengejar tujuan hidup, kita harus tetap menjaga sikap rendah hati dan menghormati orang lain, bukan dengan cara yang arogan atau merugikan orang lain.

  4. Memiliki Visi yang Jelas: Tentukan visi dan tujuan hidup yang jelas, yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga membawa berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan.

Abraham adalah contoh yang baik bagi kita untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Mari kita belajar dari sikap dan tindakan Abraham yang didasarkan pada iman yang kuat dan pertimbangan matang. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan penuh arti, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan memberkati orang lain di sekitar kita.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.