Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Banyak Harta, Salahkah?

Banyak harta bukanlah dosa, namun firman Tuhan menegur agar hati tidak terpaut padanya, melainkan setia dan mengutamakan Kerajaan Allah.
Lukas 18:18–25

Lubang jarum adalah sebuah nama pintu gerbang yang sangat kecil di Yerusalem. Hanya seekor unta yang bisa lewat, itu pun tanpa muatan. Jika seseorang ingin masuk melalui pintu ini, ia harus melepaskan semua barang bawaannya agar dapat masuk ke dalam.

Tuhan Yesus berkata, “Alangkah sukarnya orang yang memiliki banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay. 24–25). Perkataan ini disampaikan-Nya setelah seorang pemimpin muda yang kaya datang dan bertanya bagaimana memperoleh hidup kekal (ay. 18). Ia mengaku telah melakukan semua perintah Allah sejak masa mudanya (ay. 21).

Namun Yesus berkata, “Tinggal satu kekuranganmu: Juallah segala yang kaumiliki dan bagikanlah kepada orang miskin, maka engkau akan memiliki harta di surga. Kemudian datanglah, ikutlah Aku” (ay. 22). Mendengar ini, pemimpin itu menjadi sedih. Ia tidak siap melepaskan hartanya, mungkin karena ia bekerja keras untuk mendapatkannya.

Sering kali kita pun menilai kesuksesan dari banyaknya harta. Tidak kaya berarti tidak sukses. Maka banyak orang mengejar kekayaan demi gengsi dan harga diri. Celakanya, kekayaan bisa menjadi “tuan” yang membuat kita bergantung padanya, bukan pada Tuhan.

Padahal, kekayaan bukan dosa—tetapi menjadi masalah ketika kita mencintainya lebih dari Tuhan, atau menahannya hanya untuk diri sendiri. Kekayaan adalah titipan, bukan tujuan akhir. Tuhan ingin kita berbagi: menolong orang yang kekurangan, mendukung pelayanan, dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

💭 Refleksi:
Maukah kita melepaskan genggaman kita atas harta dan mempercayakan hidup sepenuhnya pada Tuhan? Apakah kita menjadikan harta sebagai tujuan, atau sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan dan menolong sesama?

📌 Ingat:
Yang Tuhan cari bukan banyaknya harta kita, tetapi hati yang rela. Sukses sejati bukan tentang berapa yang kita kumpulkan, tetapi tentang berapa yang kita berikan dengan kasih.

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh kasih,
Terima kasih atas segala berkat dan kecukupan yang telah Engkau percayakan dalam hidup kami. Ajari kami agar tidak menggenggam harta dunia ini terlalu erat, tetapi memakai semua yang kami miliki untuk memuliakan nama-Mu dan menolong sesama.
Lunakkan hati kami agar tidak sombong karena kekayaan, tetapi rendah hati dan murah hati.
Tolong kami agar tidak menjadikan harta sebagai tuan, melainkan hanya Engkau satu-satunya Tuhan dalam hidup kami.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.
Amin.

Share:

Ada Apa dengan Anak Kecil?

Firman Tuhan mengajarkan kerendahan hati seperti anak kecil, agar kita layak menerima Kerajaan Allah dan hidup dalam iman yang murni.
(Lukas 18:15–17)

Seorang ibu menggendong anak kecilnya naik bus pulang ke rumah. Ketika kernet menghitung penumpang, ia berkata, "Anaknya dipangku saja ya Bu, bebas tiket." Umumnya, anak kecil sering dianggap lemah, belum mengerti apa-apa, masih bergantung pada orang tua, belum dianggap penting dalam lingkungan sosial, bahkan kehadirannya tidak dihitung.

Ketika orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu (ay.15). Alasannya, Yesus sudah lelah karena sepanjang hari berjalan dan mengajar tentang Kerajaan Allah, sedangkan anak-anak itu belumlah mengerti tentang pengajaran Yesus. Biarlah nanti orang dewasa yang mengajarkannya kepada anak-anak mereka masing-masing. Tidak harus Yesus yang turun tangan mengajar anak kecil. Sekarang, jangan halangi Yesus dalam perjalanan-Nya.

Melihat perbuatan murid-murid-Nya itu, Yesus memanggil orang-orang yang membawa anak-anak itu dan berkata, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah" (ay.16). Sepertinya Yesus tidak mengindahkan perbuatan murid-murid-Nya, Dia mengajar mereka dengan menyuruh orang-orang itu membawa anak-anak kepada-Nya. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "... Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (ay.17). Bagi Yesus anak-anak itu sangat berharga, bukan penghalang untuk menyatakan Kerajaan Allah. Mereka berhak mendapatkan berkat Yesus dan harus dihitung keberadaannya.

Ada dua anggapan orang dewasa terhadap anak-anak, menganggap penting dan menganggap tidak penting. Namun, Yesus menunjukkan kepada kita pentingnya menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak itu. Anak-anak memiliki karakter jujur, polos, mudah berteman, dan mudah mengampuni. Gambaran Kerajaan Allah itu mau berteman dengan siapa saja, rela mengampuni, dan hidup damai. Kita pun dapat meneladan orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus.


Doa Penutup

Tuhan yang penuh kasih,
terima kasih karena Engkau mengasihi anak-anak kecil
dan menegaskan bahwa mereka pun berharga di mata-Mu.

Ajarlah kami memiliki hati yang jujur, polos, dan penuh kasih seperti anak-anak,
agar kami dapat menyambut Kerajaan-Mu dengan rendah hati
dan hidup dalam damai sejahtera bersama sesama.

Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa.
Amin.

Share:

Doa yang Dibenarkan

Doa yang dibenarkan lahir dari hati rendah. Firman Tuhan mengajar kita berdoa dengan tulus, bukan untuk meninggikan diri, melainkan memuliakan-Nya.

Jika ada doa yang dibenarkan, apakah ada doa yang tidak dibenarkan? Dalam perumpamaan ini ada dua bentuk sikap orang berdoa, yaitu sikap doa orang Farisi dan sikap doa pemungut cukai.

Orang Farisi berdoa dengan memegahkan diri dan merendahkan orang di sekitarnya. Dia membanggakan dirinya karena tidak sama dengan orang lain, ia bukan perampok, ia bukan pezina, ia bukan juga seperti pemungut cukai (ay.11). Ia berpuasa dua kali seminggu dan rutin memberi persepuluhan (ay.12).
Sementara pemungut cukai berdoa dengan merendahkan hati, mengakui kesalahannya dengan memukul-mukul dadanya. Ia meminta pengasihan Tuhan untuk mengampuninya (ay.13).
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa yang dibenarkan Allah adalah doa yang mengakui kesalahan dan memohon belas kasihan Tuhan (ay.14).

Sebaik-baiknya orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sejahat-jahatnya orang pasti ada kebaikan yang pernah ia lakukan. Pastilah ada perbuatan baik pemungut cukai walaupun di mata manusia lebih banyak jahatnya. Dia tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikannya karena amal yang diperbuatnya tidak mampu menyelamatkannya. Namun, dia memohon kepada Tuhan yang penuh belas kasihan dan berkuasa menyelamatkan.

Semua yang kita lakukan tidak pernah luput dari mata Tuhan. Biarlah perbuatan baik itu dirasakan semua orang dan perbuatan jahat itu kita jauhkan dari hadapan Tuhan dan sesama. Mengaku dosa adalah sikap orang yang rendah hati. Pada saat mengaku dosa ada proses dalam diri untuk menjadi lebih baik. Inilah yang Tuhan kehendaki, mengaku dosa dan tidak melakukannya lagi!

Semua orang berdosa di hadapan Tuhan dan kebaikan-kebaikan yang kita perbuat itu tidak bisa menghapus dosa. Hanya Tuhan yang mampu mengampuni dosa. Tuhan adalah Bapa yang pengasih. Dia akan selalu mengampuni mereka yang datang mengakui kesalahan dan dosa-dosanya. Sebagai respons kita, mari meneladan sikap pemungut cukai yang dengan rendah hati mau berdoa dan meminta pengasihan Tuhan.

Doa Penutup

Tuhan yang penuh kasih,
kami datang dengan hati yang hancur dan rendah,
bukan membawa prestasi kami,
tetapi membawa pengakuan akan dosa dan kelemahan kami.

Ampunilah kami, Tuhan,
pulihkan hati kami,
dan ajarlah kami hidup hanya bersandar pada anugerah-Mu.

Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa.
Amin.

Share:

🌙 Siang Malam Berseru

Siang malam berseru menunjukkan ketekunan doa. Firman Tuhan meneguhkan kita untuk terus berharap dan percaya pada kuasa-Nya yang setia.

Pernahkah permintaan kita seolah-olah ditolak oleh Yesus Kristus?
Lalu apa yang kita lakukan — apakah kita berhenti berseru?

Tuhan Yesus menceritakan tentang seorang janda yang terus-menerus datang memohon keadilan kepada seorang hakim yang lalim (ay. 3). Beberapa kali ia ditolak (ay. 4), namun ia tidak menyerah. Akhirnya, sang hakim berpikir: “Daripada aku terus disusahkan, baiklah kukabulkan permintaan perempuan ini.” (ay. 5).

Bayangkan, seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak peduli pada siapa pun, akhirnya mengabulkan permintaan seorang janda hanya karena kegigihannya. Jika orang yang tidak mengenal Tuhan saja bisa berbuat seperti itu, apalagi Allah yang penuh kasih — mungkinkah Ia menolak seruan anak-anak-Nya?

Yesus menegaskan bahwa jika orang pilihan Allah berseru kepada-Nya siang dan malam, Ia akan segera membenarkan mereka (ay. 7-8).
Kuncinya: jangan berhenti berseru.

Doa yang terus dinaikkan siang dan malam menunjukkan iman yang tidak menyerah. Dalam doa, kita bebas menceritakan segala pergumulan kita, bahkan ketidakadilan yang kita alami. Tuhan tahu segalanya, tetapi Ia rindu kita datang kepada-Nya dan terbuka seperti anak kepada Bapa.

Tuhan tidak akan mengulur-ulur pertolongan-Nya. Dia setia dan akan bertindak pada waktu-Nya. Maka, apa pun jawaban yang tampak tertunda, jangan lelah berseru kepada Tuhan.


🙏 Doa Penutup

Bapa di surga, ajari kami untuk tidak berhenti berseru kepada-Mu. Meski jawaban-Mu tampak tertunda, kami percaya kasih dan rencana-Mu yang terbaik. Bangun iman kami agar tetap setia berdoa siang dan malam, menantikan pertolongan dari-Mu saja. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

🌿 Kuasa Iman dan Ucapan Syukur

Kuasa iman dan ucapan syukur meneguhkan hati. Firman Tuhan mengajarkan percaya pada janji-Nya dan bersyukur dalam segala keadaan hidup.

Iman dan ucapan syukur adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Iman membuat kita percaya kepada Yesus Kristus, sedangkan ucapan syukur menjadi respons atas anugerah-Nya. Saat seseorang sungguh menyadari kebaikan Tuhan dalam hidupnya, ia akan merespons dengan hati yang bersyukur, tunduk, dan menyerahkan diri kepada-Nya.

Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus bertemu sepuluh orang kusta. Mereka berseru minta belas kasihan, dan Yesus menyuruh mereka pergi memperlihatkan diri kepada imam sesuai hukum Kitab Imamat 14. Saat mereka taat melangkah, mujizat terjadi — mereka menjadi tahir di tengah jalan (ay. 14).

Namun, hanya satu orang kembali kepada Yesus. Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, tersungkur di kaki Yesus, dan mengucap syukur. Hanya dia yang mendengar kata istimewa dari Yesus:
“Imanmu telah menyelamatkan engkau.” (ay. 19)

Sembilan orang lainnya hanya menerima kesembuhan tubuh, tetapi satu orang ini menerima keselamatan. Perbedaannya terletak pada hatinya yang penuh iman dan ucapan syukur.

Hari ini, mari kita merenung:
Apakah kita hanya mengejar berkat-Nya, atau sungguh bersyukur atas anugerah-Nya?
Apakah iman kita nyata dalam ucapan syukur setiap hari, bukan hanya saat doa dijawab?


🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, kami bersyukur untuk anugerah-Mu yang besar dalam hidup kami. Ampuni saat kami lebih fokus pada berkat daripada Pribadi-Mu. Ajari kami hidup dengan iman yang teguh dan hati yang selalu bersyukur, apa pun keadaan kami. Penuhi kami dengan kasih dan kekuatan-Mu, supaya hidup kami memuliakan Engkau setiap hari.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.