Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Firman Tuhan : "Tetap Teguh Bersama Allah"

Tetap Teguh Bersama Allah

Yerusalem — kota yang dahulu menjadi kebanggaan umat Israel dan simbol kehadiran Allah — pada akhirnya harus mengalami kehancuran. Yesus menubuatkan masa sulit itu sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan umat-Nya. Kota yang dulu menjadi pusat penyembahan kini berubah menjadi tempat penderitaan dan tangisan.

Namun, di balik nubuat tentang kehancuran itu, Yesus tidak meninggalkan umat-Nya tanpa pengharapan. Ia mengingatkan mereka untuk tetap waspada, peka terhadap tanda-tanda zaman, dan menaati firman Tuhan. “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat” (ayat 20). Mereka yang mendengar dan menaati peringatan itu diminta segera bertindak — meninggalkan kota dan mencari perlindungan.

Ketaatan pada firman Tuhan menjadi kunci penyelamatan. Dalam situasi krisis, tindakan yang cepat dan tepat sering kali hanya dapat dilakukan oleh mereka yang benar-benar peka terhadap suara Tuhan. Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya tanpa arah. Ia selalu memberi jalan keluar bagi mereka yang bersandar kepada-Nya.

Pesan ini juga berlaku bagi kita saat ini. Dunia yang kita tinggali penuh dengan tantangan dan gejolak: bencana alam, penyakit, tekanan hidup, bahkan kekerasan dan ketidakadilan. Semua itu mudah membuat kita takut, putus asa, atau merasa ditinggalkan Tuhan. Namun, Yesus mengingatkan kita untuk tetap teguh. Ia hadir di tengah badai kehidupan kita.

Ketika kita setia dan berpegang pada firman Tuhan, kita sedang membangun kehidupan di atas dasar yang kokoh. Dunia mungkin berubah, tetapi kasih dan kuasa Tuhan tidak pernah goyah. Ia menuntun langkah kita dengan hikmat-Nya. Dalam setiap air mata, kesedihan, dan perjuangan, Tuhan bekerja untuk kebaikan kita.

Karena itu, jangan biarkan ketakutan menguasai hati kita. Jangan berpaling dari Tuhan hanya karena keadaan tidak sesuai harapan. Justru di saat gelap, iman kita diuji dan dimurnikan. Biarlah setiap kesulitan menjadi kesempatan untuk belajar percaya lebih dalam dan bersandar lebih erat kepada Tuhan.

🕊️ Doa

Tuhan, di tengah dunia yang penuh kekacauan dan ketidakpastian, Engkau tetap Allah yang setia. Kuatkan kami agar tidak mudah goyah. Beri kami keberanian untuk menaati firman-Mu, bahkan ketika keadaan tampak sulit. Tuntun langkah kami dengan hikmat dan kasih-Mu, supaya kami tetap teguh berjalan bersama-Mu hingga akhir.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Firman Tuhan : " Bertahan dalam Iman "

Bertahan dalam Iman

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, banyak hal dapat menggoyahkan iman kita. Berita tentang peperangan, bencana, dan kekacauan membuat hati resah. Tak jarang muncul pula orang-orang yang membawa ajaran menyesatkan sambil mengatasnamakan Tuhan. Semua ini bisa membuat kita bertanya-tanya: apa yang sedang terjadi dengan dunia ini?

Murid-murid Yesus pun memiliki kegelisahan yang sama. Mereka bertanya, “Guru, kapan semua itu akan terjadi? Apa tandanya, apabila itu akan terjadi?” (ayat 7). Pertanyaan itu lahir dari rasa takut akan masa depan — rasa takut yang juga sering kita alami saat melihat dunia yang kian tidak menentu.

Namun, Yesus tidak memberi mereka waktu pasti atau jawaban tentang “kapan”. Sebaliknya, Ia menegaskan, “Waspadalah, jangan kamu disesatkan!” (ayat 8). Yesus tahu, bahaya terbesar bukanlah peperangan, bukan bencana, melainkan hati yang kehilangan arah dan iman yang goyah.

Bertahan dalam iman tidak berarti kita bebas dari rasa takut atau kekhawatiran. Namun, Yesus mengajak kita untuk menatap lebih dalam — kepada Dia yang memegang kendali. Saat dunia tampak goyah, Yesus tetap setia. Ia berjanji, bahkan “sehelai rambut pun tidak akan hilang” tanpa seizin Bapa (ayat 18).

Iman yang teguh tidak diukur dari seberapa besar kita bisa menolak penderitaan, tetapi dari seberapa kuat kita tetap percaya di tengah badai kehidupan. Ketika kita tetap berdoa, tetap mengasihi, dan tetap setia meski keadaan sulit, sesungguhnya kita sedang menyatakan kuasa Allah dalam hidup kita.

Mari kita belajar meneladani Yesus yang bertahan dalam penderitaan dan tetap taat sampai akhir. Percayalah, setiap kesulitan yang kita hadapi bukanlah tanda bahwa Tuhan meninggalkan kita, tetapi kesempatan agar iman kita bertumbuh makin dewasa dan berakar kuat di dalam Dia.

🕊️ Doa

Tuhan Yesus, di tengah dunia yang penuh ketidakpastian ini, kuatkanlah iman kami. Ajari kami untuk tetap percaya, meski keadaan tidak menentu. Kami ingin belajar berserah sepenuhnya kepada-Mu, sebab kami tahu Engkau memegang kendali atas hidup kami. Jadikan kami saksi kasih dan keteguhan iman-Mu di mana pun kami berada.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Hati-Hati terhadap Pengultusan

Lukas 21:5–6 

Bait Allah di Yerusalem adalah simbol kehadiran Tuhan di tengah umat. Wajar bila orang kagum dan ingin merawatnya. Namun Yesus memberi peringatan keras: segala sesuatu di dunia bisa runtuh — termasuk apa yang kita mudah “kultuskan”.

Renungan singkat

  • Pengultusan adalah ketika sesuatu yang hanya sarana rohani — bangunan, tradisi, gelar, tokoh — berubah menjadi tujuan akhir kita. Kita menyembah cara, bukan Sang yang kita tuju.

  • Ketika fokus kita bergeser dari Allah ke benda, ritual, status, atau reputasi gereja, kita kehilangan esensi ibadah: relasi hidup dengan Tuhan dan kasih kepada sesama.

  • Sejarah mencatat apa yang Yesus katakan: gedung bisa hancur, sistem bisa runtuh. Itu tidak mengurangi kedaulatan Tuhan — justru menegaskan bahwa yang kekal bukanlah bangunan tetapi hati yang mengenal dan memuliakan Allah.

Pertanyaan untuk hati (reflektif & komunikatif)

  1. Apa yang paling saya cari ketika saya datang ke gereja: hubungan dengan Tuhan atau rasa aman karena tradisi/gedung/gelar?

  2. Apakah saya pernah menilai iman orang lain dari tampilan luar (gedung, pakaian, organisasi) ketimbang buah hidup mereka?

  3. Dalam praktik, apakah kehidupan saya sehari-hari menunjukkan bahwa Tuhan lebih utama daripada hal-hal yang fana?

Aplikasi praktis (langkah kecil yang konkret)

  • Periksa rutinitas ibadah: apakah itu mengarah pada perubahan hati dan kasih nyata kepada tetangga? Jika tidak, ubahlah sedikit demi sedikit.

  • Jaga keseimbangan: hargai sarana (gedung, liturgi, pemimpin) — tetapi jangan biarkan mereka menggantikan doa, Alkitab, dan pelayanan kasih.

  • Evaluasi prioritas keuangan dan waktu: apakah lebih banyak untuk menjaga citra atau untuk membantu sesama dan misi Kerajaan?

Pokok Doa

  • Syukur atas kasih dan penyertaan Tuhan yang tidak tergantung gedung atau ritual.

  • Doa supaya gereja dan saudara-saudara dipelihara dari pengultusan terhadap benda, tradisi, atau manusia.

  • Doa untuk hati yang rendah, ingin memuliakan Tuhan saja dan melayani sesama tanpa pamrih.

  • Berkat bagi keluarga, pekerjaan, usaha, studi, ladang, toko, pelayanan, dan semua kebutuhan jemaat.

  • Doa pengharapan bagi mereka yang sedang ragu, terluka, atau tergoda mengultuskan sesuatu yang fana.

Doa Penutup

Tuhan Bapa yang penuh kasih,
kami bersyukur Engkau lebih besar dari segala bangunan, tradisi, dan nama. Maafkan kami ketika hati kami berpaling kepada yang fana. Ajarkan kami menempatkan Engkau di pusat hidup kami: dalam doa, perkataan, dan perbuatan. Buka mata kami melihat saat kami mulai mengultuskan sesuatu yang bukan Engkau. Kembalikan kerendahan hati kami, perkuat kerinduan kami untuk mengenal-Mu lebih dalam, dan tuntunlah kami untuk memakai berkat-berkat yang Engkau beri demi kasih kepada sesama.

Kiranya gereja kami menjadi tempat yang memuliakan Engkau, bukan sekadar megah secara lahiriah. Kiranya hidup kami menjadi saksi bahwa hanya Engkaulah yang layak disembah. Kami serahkan semua ini dalam nama Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa kini dan selamanya. Amin.

Share:

💛 Mempersembahkan yang Terbaik

Mempersembahkan yang Terbaik. Firman Tuhan mengajarkan dari janda miskin: memberi bukan soal jumlah, tapi ketulusan dan iman pada pemeliharaan Tuhan. Berikan yang terbaik tanpa rasa takut!

Lukas 21:1-4

Persembahan bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi ungkapan syukur kita atas kebaikan Tuhan. Kalau kita mau jujur, berkat Tuhan dalam hidup kita tak terhitung banyaknya. Namun, masih ada di antara kita yang memberi dengan hati ragu—takut kekurangan, takut kehilangan.

Hari ini kita belajar dari seorang janda miskin. Ia tidak punya banyak, tapi dengan iman yang besar, ia memberikan dua peser—semua yang dimilikinya. Ia percaya, Tuhan sanggup memelihara hidupnya. Itulah persembahan yang berharga di mata Tuhan: bukan karena jumlahnya besar, melainkan karena kasih dan iman yang tulus di baliknya.

Tuhan tidak melihat besar kecilnya nominal, tetapi seberapa besar hati yang rela kita persembahkan kepada-Nya. Janda miskin itu tidak memberi dari kelebihan, tetapi dari kekurangannya. Dan di situlah letak keindahan imannya.

Mari kita belajar untuk mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan—bukan karena terpaksa, tapi karena cinta. Serahkanlah kekhawatiran kita kepada-Nya, sebab Tuhan yang sama juga sanggup memelihara hidup kita hari ini dan selamanya.

🙏 Doa:
Tuhan, ajar kami untuk memberi dengan hati yang penuh syukur. Singkirkan rasa takut dan hitung-hitungan dalam memberi. Biarlah setiap persembahan kami menjadi ungkapan kasih dan iman kami kepada-Mu. Amin.

Share:

Firman Tuhan : Tetap Waspada dan Bersikap Kritis

Kita hidup di zaman yang penuh pencitraan. Banyak orang menampilkan diri seolah-olah rohani, sukses, dan berhikmat. Namun, apa yang terlihat belum tentu menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Dunia maya, misalnya, membuat hal itu semakin mudah. Orang bisa tampak begitu saleh lewat unggahan rohani, tetapi kehidupannya jauh dari nilai-nilai Kristiani.

Yesus pun melihat hal serupa di zamannya. Ia memperingatkan murid-murid-Nya agar waspada terhadap ahli-ahli Taurat — para pemuka agama yang pandai berbicara dan tampak suci, tetapi berhati serigala (ayat 46). Mereka senang pamer jubah panjang agar dihormati, duduk di tempat terdepan di sinagoge, dan berdoa panjang supaya dipuji. Padahal, hati mereka penuh keserakahan. Mereka bahkan menindas para janda, kelompok lemah yang justru seharusnya mereka lindungi (ayat 47).

💡 Ilustrasi :
Kita bisa membayangkan seseorang yang rajin memimpin doa di gereja atau aktif dalam pelayanan, tetapi diam-diam memperalat orang lain demi keuntungan pribadi. Ia berbicara tentang kasih Tuhan, tetapi tidak berbelas kasih terhadap orang yang kesusahan. Inilah bentuk kemunafikan yang Yesus kecam.

Yesus tidak sedang mengajak kita untuk mencurigai semua orang, melainkan untuk waspada dan berpikir kritis. Jangan mudah terpesona oleh penampilan luar. Nilailah seseorang dari buah kehidupannya — dari kerendahan hatinya, kejujurannya, dan kesungguhannya melayani Tuhan tanpa pamrih.

Namun, renungan ini tidak hanya berbicara tentang “mereka”, melainkan juga tentang kita. Apakah kita pernah beribadah hanya agar dilihat orang lain? Apakah kita pernah bersikap manis di depan, tetapi memiliki motivasi tersembunyi? Tuhan melihat sampai ke kedalaman hati. Dia tidak tertipu oleh doa panjang, senyum hangat, atau pakaian rohani. Yang Tuhan cari adalah ketulusan.

Mari kita belajar beriman dengan hati yang jujur dan bersih — tidak untuk dilihat, tapi untuk memuliakan Tuhan.

Refleksi

  • Apakah selama ini aku menilai orang lain hanya dari penampilan luarnya?

  • Apakah dalam beribadah dan melayani aku sungguh-sungguh tulus untuk Tuhan, bukan demi pujian manusia?

  • Apakah aku sudah berhati-hati agar tidak terjebak dalam pencitraan rohani?

Doa

Tuhan Yesus,
Engkau tahu isi hati kami lebih dari siapa pun. Ampunilah kami jika kami sering menilai orang hanya dari luarnya, atau ketika kami sendiri berusaha tampil saleh di depan orang lain.
Ajarlah kami untuk memiliki hati yang jujur, murni, dan rendah hati.
Tolong kami agar tetap waspada dan berhikmat dalam melihat dunia ini, supaya kami tidak mudah tertipu oleh penampilan, tetapi selalu berpijak pada kebenaran-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa.
Amin.



Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.