Mei 2025 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

📝 Apa Catatan Terakhir Hidup Kita?


Bilangan 25:1–9

“Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.”

💭 Renungan

Apa yang akan dikenang orang tentang kita ketika hidup ini selesai? Apakah kita akan dikenang karena iman dan ketaatan kita, atau karena kejatuhan dan kompromi terhadap dosa?

Bilangan 25 mencatat kisah tragis tentang penyembahan umat Israel kepada Baal-Peor—sebuah dosa besar yang membuat murka Allah menyala-nyala. Akibatnya, 24.000 orang mati karena tulah. Lebih tragis lagi, inilah catatan terakhir dari generasi yang dibebaskan dari Mesir. Generasi yang menyaksikan sendiri kuasa Allah, justru menutup hidup mereka dengan aib yang mempermalukan nama Allah.

⚠️ Peringatan Serius bagi Kita

Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi kita semua: tidak peduli seberapa baik awal hidup kita, yang penting adalah bagaimana kita mengakhirinya. Iman yang besar di awal bisa hancur oleh kompromi kecil yang dibiarkan terus-menerus.

Integritas yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh pilihan yang salah.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku hidup dengan kesadaran bahwa setiap hari adalah bagian dari catatan akhir hidupku?

  • Jika hari ini adalah hari terakhirku, apa yang akan dikenang dari hidupku?

  • Apakah aku sedang berjuang mempertahankan kesucian dan ketaatan kepada Allah?

Kita menyandang nama Kristus. Maka, hidup kita bukan hanya tentang kita sendiri, tetapi juga tentang bagaimana orang lain melihat Allah melalui hidup kita. Maka, catatan akhir hidup kita adalah kesaksian tentang siapa Allah yang kita percayai.

🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, tolong aku untuk hidup dengan kesadaran penuh bahwa hidupku adalah kesaksian tentang Engkau.
Aku tidak ingin mengakhiri hidupku dengan catatan yang memalukan.
Jaga langkahku, jaga hatiku, agar aku tetap setia sampai akhir.
Biarlah nama-Mu dipermuliakan melalui hidupku, kini dan sampai aku menutup mata.
Amin.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Matius 5:16)

Share:

Pujian Ibadah Minggu 1 Juni 2025

Share:

🔒 Tidak Mudah Tergoda


“Apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 24:13)


💭 Renungan

Dalam dunia yang serba instan dan materialistis, godaan datang dari segala arah—jabatan, uang, kekuasaan, atau kenyamanan. Tak jarang, dunia menuntut kita menukar integritas dengan keuntungan pribadi. Pilihan untuk taat kepada Allah sering kali bukan pilihan yang populer, dan justru mendatangkan tantangan.

Itulah yang dialami oleh Bileam, seorang pelihat yang “berhubungan” dengan Allah. Ia ditawari harta oleh Balak, penguasa Moab, agar mengutuki Israel. Walaupun sempat tergoda, Allah menegurnya melalui malaikat, dan akhirnya Bileam memilih taat. Ia tetap pergi menemui Balak, tetapi hanya dengan izin dan mandat dari Tuhan: mengatakan apa yang Tuhan perintahkan.


🚫 Godaan Tidak Berhasil

Ketika Balak memaksa Bileam untuk mengutuki Israel, yang terjadi justru sebaliknya—berkat untuk Israel. Balak marah besar (ay. 10), tetapi Bileam dengan tegas menjawab bahwa apa pun yang Tuhan katakan, itulah yang ia ucapkan. Bahkan tawaran kekayaan sebesar apa pun tidak menggoyahkan pendiriannya (ay. 13). Sebuah sikap yang langka dan berani dalam dunia yang penuh kompromi.


🧭 Refleksi untuk Kita

Kita pun dihadapkan pada banyak pilihan setiap hari. Tidak semua tawaran dunia salah secara langsung, tetapi banyak yang membawa kita menjauh dari nilai-nilai Kerajaan Allah. Maka penting untuk tidak hanya tahu kehendak Allah, tetapi juga berani menaatinya, meskipun itu berarti kehilangan kenyamanan atau ditolak orang lain.

Ketaatan yang sejati adalah kesetiaan kepada Allah, bahkan ketika tidak ada satu pun orang yang mendukung.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, dalam dunia yang penuh godaan dan kompromi,
tolong aku untuk tetap setia kepada-Mu.
Berikan aku kepekaan untuk mengetahui kehendak-Mu,
dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Jadikan aku pribadi yang tidak mudah tergoda,
sebab aku tahu, Engkaulah harta yang paling berharga.
Amin.

Share:

✨ Dikuatkan Menjadi Saksi-Nya

Lukas 24:36–53

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
(Lukas 24:48)


💭 Renungan

Dalam hidup, kesedihan dan pergumulan berat dapat membuat kita kehilangan arah dan makna. Pikiran terasa penuh, hati seperti lumpuh, dan harapan seakan pupus. Kita mungkin bertanya: Di mana Tuhan dalam semua ini? Murid-murid Yesus juga merasakan hal serupa setelah kematian Guru mereka di kayu salib.

Namun saat Kristus yang bangkit hadir di tengah mereka, suasana itu berubah. Mula-mula mereka tak percaya dan takut, bahkan mengira melihat hantu (ay. 37). Tapi Yesus tidak menegur dengan kemarahan. Ia menunjukkan luka-Nya, menyapa mereka dengan damai, bahkan meminta makanan untuk dimakan (ay. 39–43). Luka yang dulu menjadi tanda kekalahan, kini menjadi sumber kekuatan dan keyakinan.


🔥 Luka yang Menjadi Kuasa

Tindakan Yesus mengubah luka menjadi tanda kemenangan menunjukkan bahwa:

Luka yang diserahkan kepada Tuhan akan dipakai-Nya menjadi kesaksian.

Yesus tidak menghapus bekas luka-Nya—karena dari situlah para murid dikuatkan. Lalu, setelah membukakan pengertian mereka tentang Kitab Suci (ay. 45), Yesus memberi misi:

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (ay. 48)

Mereka yang semula takut, kini dipenuhi sukacita. Yang semula ragu, kini menjadi utusan. Inilah karya pemulihan Yesus: menguatkan yang lemah untuk bersaksi.


✝️ Untuk Kita Hari Ini

Apakah hari-hari ini Anda sedang bergumul? Apakah luka dan beban terasa tak tertanggungkan? Jangan menyerah. Yesus yang sama hadir juga hari ini. Ia tidak menuntut kita kuat, tetapi menawarkan kuasa-Nya untuk menguatkan dan mengutus kita.

Mari bersaksi bukan karena kita sudah sempurna, tetapi karena kita sudah disentuh dan dipulihkan oleh-Nya.


🙏 Doa Renungan

Ya Yesus, dalam luka dan kelemahanku, Engkau hadir.
Tunjukkan kepadaku kuasa kebangkitan-Mu yang mengubah duka menjadi kekuatan.
Bangkitkan kembali harapanku dan jadikan aku saksi-Mu,
yang hidup memuliakan nama-Mu.
Dalam nama-Mu yang bangkit dan mulia aku berdoa. Amin.

Share:

✋ Memaksakan Kehendak


“Masakan aku mengutuki yang tidak dikutuki Allah? Masakan aku mencela yang tidak dicela TUHAN?”
(Bilangan 23:8)


💭 Renungan

Setiap kita pasti memiliki kehendak—keinginan tentang masa depan, impian pribadi, bahkan hasrat yang kita pikir baik bagi diri sendiri atau orang lain. Tetapi kehendak manusia yang tidak dikendalikan sering menjadi bumerang, apalagi jika dipaksakan kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan Balak, raja Moab.

Balak berambisi menghentikan Israel dengan cara rohani: meminta nabi Bileam untuk mengutuki umat Allah. Saat keinginan itu ditolak oleh firman Tuhan yang disampaikan lewat Bileam, Balak tidak menyerah. Ia mencoba berbagai cara, termasuk memindahkan lokasi penyampaian kutuk—berharap hasilnya berbeda. Namun, kehendak Allah tidak berubah: Israel diberkati, bukan dikutuk.


🔍 Refleksi

Balak adalah cermin kita ketika:

  • Kita tahu kehendak Tuhan, tapi tetap ngotot dengan keinginan pribadi.

  • Kita berpikir tempat, situasi, atau orang bisa memengaruhi keputusan Allah.

  • Kita mencari cara rohani untuk meyakinkan Tuhan melakukan kehendak kita, bukan sebaliknya.

Pemaksaan kehendak kepada Tuhan bukan hanya sia-sia, tapi juga menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kebaikan dan kebijaksanaan-Nya.


✝️ Tunduk kepada Tuhan

Bileam, meskipun punya masa lalu yang kompromi, menunjukkan ketaatan dalam bagian ini. Ia berkata jujur: bahwa ia tidak bisa berbicara lebih dari apa yang difirmankan Allah. Bileam sadar bahwa berkat atau kutuk adalah hak Tuhan sepenuhnya, bukan alat manipulasi manusia.

Yesus Kristus pun menunjukkan teladan ketaatan yang sempurna saat berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” (Luk. 22:42)

Jika Tuhan yang Mahatahu telah berkehendak, maka sebagai ciptaan, peran kita adalah tunduk dan taat—di situlah kita menemukan damai sejati.


🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, ampunilah aku ketika aku bersikeras memaksakan kehendakku atas-Mu.
Ajarku percaya bahwa kehendak-Mu selalu yang terbaik.
Bentuk hatiku agar taat dan rendah hati,
serta tuntun aku agar berserah dalam rencana-Mu yang mulia.
Dalam nama Kristus Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🪨 Dikuasai Kebebalan


“Apa yang akan difirmankan Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 22:38)

💭 Renungan

Kita hidup di dunia yang sering mendorong kita untuk menguasai, mengendalikan, bahkan memanipulasi. Tidak sedikit orang merasa bahwa uang, jabatan, atau relasi bisa dijadikan alat untuk mengatur segalanya—termasuk kehendak Tuhan. Padahal hidup bukan tentang memaksa rencana kita terjadi, melainkan tentang mengikuti kehendak-Nya dengan taat.

Inilah yang dilakukan oleh Balak, raja Moab. Ia berpikir bahwa dengan kekuasaan dan kekayaan, ia bisa mengendalikan seorang nabi Allah—Bileam—untuk mengutuki umat Israel. Ia melihat situasi sebagai sesuatu yang bisa ia atur sendiri demi mencapai tujuannya. Tapi rencananya tidak berjalan mulus.

Balak tidak tahu batas kekuasaannya. Ia mengira bisa memperalat Bileam, padahal Bileam justru telah ditegur keras oleh Allah dan kini hanya mau menyampaikan apa yang Allah perintahkan. Namun, Balak tetap keras kepala—dikuasai oleh kebebalannya sendiri.

🔍 Refleksi

Berapa sering kita bersikap seperti Balak?

  • Merasa Tuhan bisa kita kendalikan sesuai keinginan kita.

  • Mengabaikan peringatan-Nya demi memuaskan ambisi pribadi.

  • Memaksa situasi berjalan sesuai rencana kita, tanpa mencari kehendak Tuhan lebih dulu.

Kebebalan bukan hanya soal ketidaktahuan, tapi keengganan untuk tunduk. Dan bila kita terus hidup dalam kebebalan, maka kita sedang menjauh dari jalan berkat dan menuju kehancuran.

✝️ Tunduk pada Allah

Bileam menjadi contoh yang penting—meskipun awalnya tergoda oleh harta, namun akhirnya ia belajar untuk tunduk total pada perintah Allah. Ia tidak membiarkan diri dikuasai oleh Balak, karena ia sadar bahwa Allah melihat dan menimbang hati manusia.

Kristus memanggil kita untuk taat penuh, bukan setengah hati. Ketaatan itu dimulai dengan menyadari bahwa kita bukan penguasa hidup ini—Allah-lah pemilik dan pengatur segala sesuatu.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, ampuni aku saat aku mencoba mengatur segalanya menurut kehendakku.
Aku ingin belajar taat seperti Bileam,
dan melepaskan setiap kebebalan dalam hatiku.
Arahkan aku kepada rencana-Mu yang sempurna,
agar hidupku memuliakan nama-Mu.
Dalam nama Kristus Yesus aku berdoa. Amin.

Share:

🙈 Ketidakpekaan Manusia

“Lalu TUHAN membuka mata Bileam, sehingga ia melihat malaikat TUHAN berdiri di jalan...”
(Bilangan 22:31a)

🌾 Renungan

Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah—dianugerahi akal budi untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Namun, akal budi itu sering kita selewengkan. Kita menggunakannya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi untuk membenarkan diri sendiri, menolak teguran, dan mengabaikan suara Tuhan.

Inilah yang terjadi pada Bileam. Ia sudah tahu kehendak Allah: jangan mengutuki umat Israel. Namun, karena tergoda oleh janji kekayaan dan kehormatan, ia tetap melangkah. Hatinya sudah tertutup oleh kepentingan pribadi, sampai-sampai seekor keledai harus menjadi penyelamat dan penyambung suara Allah.

Bileam memukul keledainya tiga kali—karena ia tidak peka terhadap maksud Allah. Ia tidak bisa melihat malaikat TUHAN yang berdiri menghadang, padahal sang keledai—makhluk yang lebih rendah darinya—bisa.

🪞 Refleksi

Apakah kita juga sedang memukul “keledai” dalam hidup kita?
Apakah kita sedang menolak teguran Tuhan karena kita tidak peka terhadap cara-Nya menegur kita?

Kadang teguran Tuhan datang lewat orang yang tidak kita harapkan—melalui anak kecil, rekan kerja, pasangan, bahkan kejadian yang tampaknya sepele. Tapi hati yang keras, angkuh, atau sibuk mengejar kepentingan pribadi, membuat kita buta secara rohani.

✝️ Terang dalam Kristus

Yesus datang untuk membuka mata orang buta—bukan hanya secara jasmani, tetapi juga mata hati dan mata iman. Ia ingin agar kita menjadi peka terhadap suara-Nya, kembali ke jalan-Nya, dan tidak terus-menerus menyelubungi diri dalam kesesatan yang dibenarkan oleh akal sendiri.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, sering aku menolak teguran-Mu,
karena hatiku lebih memilih apa yang aku inginkan.
Bukakan mata hatiku, seperti Engkau membuka mata Bileam.
Buat aku peka terhadap cara-Mu menegur,
dan berikan kerendahan hati untuk kembali ke jalan-Mu.
Dalam nama Kristus Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

Pujian Kenaikan Tuhan & HUT GKKK Tepas 2025

Share:

🕊️ Jangan Menyelubungi Dosa

“Sesungguhnya, mereka telah menuruti nasihat Bileam, sehingga orang Israel berbuat khianat terhadap TUHAN…”
(Bilangan 31:16a)

🪞 Renungan

Dosa sering tidak datang dengan wajah yang menyeramkan. Ia pandai berdandan, lihai menyamar. Bahkan, ia bisa terlihat seperti “ketaatan”, seperti “doa”, seperti “permintaan petunjuk”. Tapi di balik topeng itu, tersembunyi ambisi, kepentingan pribadi, dan kecintaan akan dunia.

Begitulah Bileam.

Ia terlihat seperti sedang bertanya kepada Allah. Ia tampak taat. Tapi pada akhirnya, dia menawarkan strategi busuk kepada Moab: “Kalau tidak bisa mengutuki Israel secara langsung, jebak mereka lewat kenikmatan dan berhala.” (lih. Bil. 25 & 31:16)

Ia tidak mengutuki, tapi ia merusak dari dalam.

🔍 Refleksi Kehidupan

Bukankah kita pun kadang tergoda untuk menyembunyikan dosa di balik hal-hal rohani?

  • Kita “berdoa” tapi sebenarnya hanya ingin minta persetujuan Tuhan atas keinginan sendiri.

  • Kita “melayani” tapi hati penuh dengan iri, ambisi, atau haus pujian.

  • Kita berkata “demi kebaikan,” tapi sebenarnya hanya sedang menutupi kepentingan diri.

Seperti Bileam, kita bisa saja tampak taat, tapi sebenarnya sedang menyelubungi dosa.

✝️ Kabar Baik dalam Kristus

Yesus datang bukan hanya untuk mengampuni dosa, tetapi juga untuk membongkar selubung dosa yang sering kita banggakan. Ia memanggil kita untuk hidup dalam kebenaran, dan berkata:

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
(Matius 5:8)

Kita diajak untuk berani jujur—bukan hanya di hadapan orang lain, tetapi terlebih di hadapan Allah. Pengakuan adalah awal pemulihan. Ketika kita membuka selubung dosa, terang kasih Allah menyembuhkan dan memulihkan hidup kita.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, aku datang dengan segala keterbatasan dan kelemahanku.
Kadang aku menyembunyikan dosa dengan alasan-alasan yang tampak rohani.
Ajar aku untuk jujur. Bukakan selubung hatiku.
Beri aku keberanian untuk menolak keinginan duniawi,
dan tuntun aku untuk hidup dalam ketaatan sejati.
Dalam nama Yesus, Sang Terang Kehidupan, aku berserah. Amin.

Share:

🌄 Teguh dan Kukuh

"Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: 'Jangan takut kepadanya, sebab Aku telah menyerahkannya ke dalam tanganmu...'"
(Bilangan 21:34)


📖 Renungan

Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian bukanlah perjalanan yang mudah. Ada banyak hambatan dan ancaman yang membuat hati gentar. Salah satu ancaman itu datang dari Raja Og, penguasa Basan. Ia bukan hanya kuat, tapi juga siap tempur. Alkitab mencatat bahwa orang Israel gentar, namun Allah berkata, “Jangan takut.”

Dua kata ini mengubah segalanya.


💬 Refleksi Batin

Kita pun punya “Raja Og” dalam hidup kita.
Mungkin bukan raja, tapi berupa:

  • Kegagalan yang membuat putus asa

  • Tekanan hidup yang menguras tenaga

  • Tantangan yang terasa lebih besar dari kemampuan kita

Namun, di balik semua itu, Allah tetap berkata: “Jangan takut.”
Sebab kemenangan bukan ditentukan oleh besarnya masalah, tapi oleh siapa yang menyertai kita.


💡 Pelajaran Iman

  1. Strategi hidup yang baik lahir dari ketaatan.
    Musa tidak bertindak sembarangan, ia mendengarkan TUHAN. Demikian juga kita: keputusan hidup yang kita buat harus dimulai dari penyembahan dan mendengar suara TUHAN.

  2. Ketakutan bukanlah kegagalan, tetapi undangan untuk percaya.
    Israel takut, tetapi mereka tetap maju karena firman TUHAN menguatkan.

  3. Kemenangan sejati bukan karena kekuatan, tapi karena penyertaan Allah.
    Bangsa Israel menang karena TUHAN yang memimpin.


✝️ Dalam Terang Kristus

Yesus Kristus adalah pemimpin yang setia dalam perjalanan iman kita.
Ia menuntun kita menyeberangi ketakutan, menghadapi tantangan, dan mencapai Tanah Perjanjian baru—kerajaan kekal.

Iman yang teguh dan kukuh tidak muncul karena tidak ada masalah, tetapi karena kita menaruh percaya sepenuhnya kepada Kristus yang menyertai sampai akhir.


🙏 Doa Renungan

TUHAN, dalam setiap tantangan, ajar aku untuk tetap teguh dan kukuh.
Ketika hatiku mulai gentar, kuatkan aku dengan firman-Mu.
Pimpin aku menempuh jalan yang Engkau tunjukkan, dan ajar aku percaya,
bahwa kemenangan ada dalam tangan-Mu, bukan kekuatanku.
Di dalam nama Yesus, Pemimpin hidupku, aku berserah. Amin.

Share:

🌿 Meyakini Pimpinan TUHAN


“Lalu TUHAN, Allah Israel, menyerahkan Sihon dan seluruh rakyatnya ke dalam tangan Israel...” (Bilangan 21:24)


📖 Renungan

Hidup tak selalu berjalan sesuai rencana. Bangsa Israel pun mengalaminya.
Mereka tidak mencari peperangan, hanya meminta izin untuk lewat di wilayah orang Amori dengan damai. Tapi, penolakan datang — bahkan ancaman. Maka, Allah sendiri turun tangan.

Tuhan mengubah rencana yang ditolak menjadi kemenangan yang tak terduga.


💬 Refleksi bagi Kita

Berapa sering kita datang dengan niat baik, namun ditolak?
Berapa kali jalan yang terlihat damai justru menjadi jalan yang penuh tantangan?

Dalam kisah ini, kita melihat dua sisi dari pimpinan TUHAN:

  1. Tuhan melihat hati yang rendah hati dan niat damai.
    Israel tidak sombong, mereka tidak memaksa. Namun penolakan tetap datang.

  2. Tuhan tetap memimpin dan membela umat-Nya.
    Ketika jalan damai tertutup, bukan berarti Tuhan berhenti memimpin. Justru di situlah kuasa-Nya dinyatakan.


💡 Pelajaran Rohani

  • 🔍 Iman diuji bukan hanya ketika kita gagal, tetapi saat rencana baik kita ditolak.

  • 🛤️ Rencana Tuhan kadang membawa kita pada jalan memutar, tetapi selalu menuju janji-Nya.

  • 🙏 Doa bukan hanya permintaan, tapi penyerahan — menyerahkan arah hidup kita pada kehendak-Nya.

  • ✝️ Dalam Kristus, kita melihat wujud kepemimpinan Allah yang sejati. Ia menuntun hingga akhir, bahkan menaklukkan maut.


🙏 Doa Renungan

Ya TUHAN, pimpinlah jalanku ketika niat baikku ditolak.
Ajarku untuk tetap percaya bahwa setiap jalan yang Engkau izinkan, mengarah pada janji-Mu.
Mampukan aku untuk berserah, berjalan bersama-Mu dalam iman dan ketaatan.
Di dalam Kristus Yesus, aku bersandar. Amin.

Share:

🎵 Lagu Perjalanan Hidup

 
"Lagu Perjalanan Hidup" menggambarkan langkah hidup yang diarahkan dan dikuatkan oleh firman Tuhan.

“Maka bernyanyilah orang Israel: ‘Memancarlah air, nyanyikanlah nyanyian bagi air itu!’”
(Bilangan 21:17)

📖 Renungan

Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak yang bernyanyi riang saat dalam perjalanan? Lagu-lagu itu bukan hanya pengisi waktu — seringkali, itu adalah cermin dari hati mereka: gembira, bebas, dan penuh harapan.

Bangsa Israel juga pernah menyanyikan lagu di tengah perjalanan mereka. Bukan di istana atau pesta, tapi di padang gurun, saat mereka berhenti di sebuah sumur yang disebut Be’er. Sumur itu mengingatkan mereka bahwa di tengah kegersangan, Tuhan tetap menyediakan air — kehidupan. Lalu, mereka menyanyikan pujian.

Menariknya, mereka membandingkan sumur yang digali oleh raja-raja lain dengan sumur yang disediakan TUHAN. Apa yang bagi dunia merupakan hasil kuasa manusia, bagi Israel adalah bukti pemeliharaan ilahi. Mereka tahu: tongkat kerajaan sejati adalah tangan TUHAN sendiri.


💬 Refleksi bagi Kita

Kita pun sedang dalam perjalanan — bukan di padang gurun, tetapi dalam dinamika kehidupan ini. Ada tantangan, keletihan, bahkan kehilangan arah. Tapi renungan hari ini mengajak kita berhenti sejenak, memandang ke belakang, dan menyanyikan syukur atas setiap pemeliharaan Tuhan.

Apakah kita masih memiliki lagu di tengah perjalanan?
Apakah kita bisa berkata: “Tuhan yang memelihara, Tuhan yang menyertai”?


💡 Pelajaran Rohani

  • 🎶 Lagu di tengah perjalanan adalah tanda iman. Lagu Israel muncul bukan setelah sampai di tujuan, tapi saat mereka masih di jalan.

  • 💧 Pemeliharaan Tuhan sering hadir dalam bentuk sederhana, seperti air di tengah gurun.

  • ✝️ Iman kita tumbuh saat kita belajar bersyukur di tengah perjalanan, bukan hanya ketika segala sesuatu selesai.

  • 🙌 Jangan lupa menyanyikan pujian — bahkan di tengah lelah, karena itulah kekuatan kita.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku untuk tetap bernyanyi dalam perjalanan hidup ini.
Di saat jalanku terasa berat, biarlah hatiku tetap percaya.
Terima kasih untuk sumur air kehidupan yang Engkau sediakan di tengah kegersangan.
Dalam Yesus aku berjalan, dan kepada-Mu aku bersyukur. Amin.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 25 Mei 2025

Share:

🪞 Cermin Kehidupan

 
"Cermin Kehidupan" mengajak kita bercermin pada firman Tuhan untuk mengenali dan membenahi hidup.

“Setiap orang yang dipagut, jika ia memandang ular tembaga itu, ia akan tetap hidup.”
(Bilangan 21:8)

📖 Renungan

Apa yang terjadi ketika kita bercermin? Kita melihat diri kita apa adanya. Ada kekurangan yang bisa diperbaiki, ada kelebihan yang bisa disyukuri. Cermin tidak menipu, dan justru karena itu ia menolong.

Pengalaman bangsa Israel di padang gurun adalah cermin kehidupan kita. Mereka mengalami kemunduran, kehilangan, dan penolakan. Bahkan ketika mereka menang karena pertolongan Tuhan, alih-alih bersyukur, mereka bersungut-sungut. Maka, Tuhan mengizinkan ular-ular tedung memagut mereka. Tapi ketika mereka bertobat, Tuhan menyuruh Musa membuat ular tembaga — tanda pengingat yang membawa kesembuhan, bukan kutuk.

🔍 Refleksi bagi Kita

Setiap dari kita perlu bercermin secara rohani.
Apa yang sedang kita keluhkan hari ini? Apakah kita lebih banyak bersungut-sungut daripada bersyukur?

Tuhan tidak pernah berubah. Ia tetap Allah yang murah hati dan memberi kesempatan kedua. Tapi Tuhan juga rindu kita belajar dari kesalahan, bukan sekadar menyalahkan keadaan.

Ular tembaga itu adalah lambang pertobatan. Ia mengingatkan: hidup yang rusak bisa dipulihkan bila kita memandang Tuhan dengan rendah hati. Dalam Yesus, lambang itu menjadi nyata. Dia ditinggikan, supaya setiap orang yang memandang kepada-Nya dengan iman, memperoleh hidup.

💡 Pelajaran untuk Kita

  • 🪞 Perjalanan hidup bisa menjadi cermin rohani. Kadang kita tidak sadar bahwa kita sedang memberontak.

  • 🙏 Allah rindu kita merenungkan sikap hati, bukan hanya keadaan luar.

  • ✝️ Yesus adalah wujud kasih karunia itu. Dialah yang menyembuhkan dan menghidupkan.

  • 🔄 Pertobatan membawa pemulihan. Saat kita datang kepada Tuhan, Ia menyambut dengan anugerah.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, sering kali aku bersungut dan tidak bersyukur.
Ajarku melihat hidup ini sebagai cermin,
tempat Engkau menunjukkan kasih dan kebenaran-Mu.
Kiranya melalui setiap peristiwa, aku belajar rendah hati dan bertobat.
Dalam nama Yesus, Sang Penopang hidupku. Amin.

Share:

👣 Generasi Penerus

Bilangan 20:22–29

Harun mati di sana... lalu Musa dan Eleazar turun dari gunung.
(Bilangan 20:28)

📖 Renungan

Ada saat untuk memimpin, dan ada saat untuk menyerahkan tongkat estafet. Inilah yang terjadi di Gunung Hor. Di sana, di hadapan seluruh umat, Musa menanggalkan pakaian jabatan Harun dan mengenakannya kepada Eleazar, anaknya. Hari itu, satu generasi menutup perjalanan — dan satu generasi baru dipanggil untuk melanjutkan.

Harun, imam besar yang telah mendampingi Musa begitu lama, tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian. Tapi karya Tuhan tidak berhenti. Tugas keimamatan diteruskan, bukan dihentikan. Pakaian jabatan berpindah, tapi tanggung jawab tetap berjalan.


🔍 Refleksi untuk Kita

Di zaman ini, siapa yang sedang kita siapkan?
Di rumah, di gereja, di pelayanan — apakah ada Eleazar-Eleazar yang kita bimbing, kita bentuk, kita beri teladan?

Sering kali, kita sibuk melakukan pekerjaan sendiri tanpa memikirkan penerus. Tapi pelayanan bukan tentang kita saja. Ini tentang kesinambungan. Kita boleh pergi, tapi misi Tuhan harus tetap hidup.


💡 Pelajaran Penting

  • 🔄 Setiap pemimpin harus menyiapkan pengganti. Tidak ada jabatan kekal, tapi karya Tuhan harus terus berjalan.

  • 🙏 Taat pada kehendak Tuhan meski tidak selalu sesuai harapan. Harun tidak masuk Kanaan, tapi ia tetap setia sampai akhir.

  • 👣 Pemuridan adalah proses yang disengaja. Tidak otomatis. Harus ada pembinaan dan penyerahan yang penuh kasih dan kepercayaan.

  • 💔 Kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Tapi bersama Tuhan, kita menghadapi duka dengan iman dan pengharapan.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajar aku untuk melayani bukan demi nama, tapi demi warisan rohani.
Bentuk aku menjadi pribadi yang rela membimbing dan menyerahkan tanggung jawab kepada generasi berikutnya.
Ajarku untuk mempersiapkan mereka dengan kasih dan kerendahan hati.
Kiranya Engkau meneguhkan para pemimpin rohani kami dalam melanjutkan panggilan-Mu.
Dalam nama Yesus. Amin.

Share:

🤝 Mengalah dalam Mencapai Tujuan

Bilangan 20:14-21

“Lalu orang Edom berkata kepadanya: ‘Engkau tidak boleh melalui daerah kami.’ Maka orang Israel berbalik dari padanya.” — Bilangan 20:21

Tidak semua jalan menuju tujuan itu mulus. Kadang, jalan yang paling dekat justru tertutup. Itulah yang dialami bangsa Israel. Mereka tidak meminta banyak — hanya ingin lewat. Mereka bahkan bersedia membayar jika sampai meminum air dari tanah Edom. Tapi permintaan itu ditolak. Bukan hanya ditolak, mereka bahkan diancam akan diserang.

Apa respons Israel? Bukan kemarahan. Bukan peperangan. Tapi mengalah. Mereka memilih berputar arah, menempuh jalan yang lebih panjang, lebih melelahkan, lebih berat — demi satu hal: menggenapi tujuan Tuhan.


📖 Refleksi Bagi Kita

Di zaman sekarang, kita juga sering dihadapkan dengan penolakan, bahkan dari orang yang seharusnya “saudara.” Mungkin dalam pelayanan, dalam membangun komunitas, atau ketika gereja ingin hadir di tengah masyarakat.

Penolakan itu menyakitkan. Tapi respons kita sangat menentukan:
Apakah kita membalas dengan kekerasan? Atau tetap sabar dan berjalan dalam damai?

Kadang, mengalah bukan berarti kalah, tetapi tanda bahwa kita mengerti jalan Tuhan lebih penting daripada harga diri.


💡 Hikmat Praktis

  • Mengalah bukan berarti menyerah — tetapi memberi ruang bagi Tuhan bekerja.

  • Mengalah bukan lemah — justru butuh kekuatan untuk tetap sabar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

  • Mengalah bukan kehilangan arah — justru itu jalan memutar yang Tuhan pakai untuk membentuk hati kita.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajar aku untuk tidak mudah terbakar oleh penolakan atau emosi.
Tuntun aku untuk tetap sabar dan bijaksana ketika jalanku tertutup.
Kiranya aku tidak menyerah, tapi juga tidak melawan dengan cara dunia.
Biarlah aku belajar seni mengalah agar rencana-Mu digenapi dalam hidupku.
Dalam nama Yesus. Amin.

Share:

🛑 Jaga Langkahmu, Jangan Tergelincir!

 


Bilangan 20:1-13

“Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati Aku sebagai Yang Kudus di depan orang Israel, itu sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang Kuberikan kepada mereka.’” — Bilangan 20:12

Pikirkan sejenak. Setelah bertahun-tahun setia berjalan di padang gurun, tinggal selangkah lagi memasuki Tanah Perjanjian... lalu gagal. Itulah yang dialami Musa dan Harun. Bukan karena mereka tidak setia, tetapi karena satu tindakan tergelincir — ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada satu instruksi Tuhan.

Saat bangsa Israel mengeluh karena kehausan, Musa diberi perintah sederhana: berkatalah kepada bukit batu agar mengeluarkan air. Namun, Musa justru memukul batu itu dua kali, dan dalam ucapannya ia seperti menyiratkan bahwa kuasa itu berasal dari dirinya, bukan dari Tuhan.

Air memang keluar, kebutuhan umat terpenuhi, namun Tuhan memperhatikan isi hati. Tindakan Musa yang tampak kecil, justru dianggap sebagai ketidakpercayaan dan ketidakmuliaan terhadap kekudusan Allah.


📌 Refleksi untuk Kita Hari Ini

Berapa banyak dari kita yang juga tergelincir saat perjalanan kita hampir mencapai tujuan?

  • Saat pelayanan mulai berhasil, kita mulai merasa semua karena kemampuan sendiri.

  • Ketika kita lelah dan frustrasi, kita memilih reaksi emosi, bukan ketaatan.

  • Di tengah tekanan, kita lebih mengandalkan cara kita daripada mendengarkan Tuhan.

Terkadang bukan dosa besar yang menjatuhkan kita, tetapi langkah kecil yang menyimpang dari ketaatan.


🙏 Doa Pagi

Tuhan, tolong aku untuk tetap setia melangkah dalam kehendak-Mu.
Ajari aku untuk tidak tergelincir dalam kesombongan, kekecewaan, atau emosi.
Jagai hatiku agar tetap lembut dan taat kepada firman-Mu.
Aku serahkan hari ini kepada-Mu — tuntunlah setiap langkahku.
Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

Najis Menjadi Tahir

 

📖 Bilangan 19:1–22

🌿 Tahir di Hadapan TUHAN

Tuhan memerintahkan agar seekor lembu betina merah yang tidak bercela disembelih, dibakar habis, lalu abunya dikumpulkan dan disimpan. Abu ini digunakan sebagai bagian dari air penahiran, yaitu sarana untuk menahirkan orang yang najis karena menyentuh mayat, tulang manusia, atau masuk ke kemah tempat orang mati (ayat 1–10, 11–16).

Allah menetapkan aturan ini agar umat-Nya tidak tinggal dalam kenajisan, karena kenajisan menjauhkan seseorang dari hadirat-Nya. Bahkan, jika seseorang tidak mau ditahirkan, orang itu harus dikeluarkan dari tengah umat Allah (ayat 20).

💔 Kenajisan yang Lebih Dalam

Di Perjanjian Baru, Yesus menunjukkan bahwa kenajisan bukan hanya soal jasmani, tapi terutama kenajisan hati—yang keluar dalam:

  • Perkataan: kebohongan, hujatan, makian, caci maki.

  • Pikiran: iri hati, hawa nafsu, kesombongan, niat jahat.

  • Perbuatan: pencurian, kekerasan, perzinaan, ketidakadilan.
    (Matius 15:17–20)

Kenajisan ini jauh lebih serius karena menghancurkan hubungan manusia dengan Allah dan sesama.

✝️ Yesus: Air Penahiran Sejati

Rasul Paulus menegaskan: “Semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Artinya, semua kita najis dan membutuhkan penahiran rohani.

Tetapi kabar baiknya:

Darah Yesus adalah “air penahiran” rohani yang menahirkan hati dan jiwa kita dari segala dosa.
Di kayu salib, Yesus menanggung hukuman kita. Oleh iman kepada-Nya, kita diampuni dan disucikan (1 Yohanes 1:9).

🌱 Hidup Sebagai Orang Tahir

Setelah ditahirkan, kita tidak boleh kembali hidup dalam kenajisan. Kita dipanggil untuk:

  • Menjaga kekudusan dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan.

  • Bertobat setiap kali jatuh, dengan segera datang kepada Allah dan memohon pengampunan di dalam nama Yesus.

  • Hidup dalam terang-Nya, menjadi kesaksian di tengah dunia yang semakin gelap.

🙏 Doa Pagi

Bapa yang Kudus,
Terima kasih atas kasih-Mu yang menahirkan kami melalui pengorbanan Yesus.
Ajarkan kami untuk menjaga hidup kami dari kecemaran dosa.
Ampuni setiap dosa dan bersihkan hati kami.
Jadikan kami bejana yang layak untuk kemuliaan-Mu.
Di dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Mengelola Persembahan

📖 Bilangan 18:1–32

💡 Tugas Kudus, Pengelolaan Serius

Dalam Bilangan 18, TUHAN kembali menegaskan struktur pelayanan yang kudus dan tertib:

  • Harun dan anak-anaknya ditetapkan sebagai imam untuk melayani langsung di hadapan TUHAN.

  • Suku Lewi ditugaskan membantu tugas-tugas pelayanan di Kemah Pertemuan, tapi mereka sendiri tidak boleh mendekat ke bagian paling kudus.

  • Orang biasa atau awam tidak boleh sembarangan mendekat, agar murka TUHAN tidak menimpa umat Israel (ayat 1–7).

Sebagai bagian dari pengaturan rohani dan praktis itu, TUHAN memberikan persembahan tertentu kepada Harun dan keluarganya (ayat 8–20), dan suku Lewi menerima bagian dari persepuluhan umat Israel (ayat 21). Namun, bahkan suku Lewi pun tidak luput dari tanggung jawab memberi—mereka juga diperintahkan mempersembahkan sepersepuluh dari apa yang mereka terima sebagai persembahan khusus kepada TUHAN (ayat 26).


🧭 Pelajaran bagi Gereja Masa Kini

Gambaran ini memberi prinsip penting tentang pengelolaan persembahan dalam kehidupan gereja masa kini:

  1. Pendeta dan majelis adalah figur yang memikul tanggung jawab rohani, menjaga umat agar hidup benar dan tidak jatuh dalam dosa.

  2. Mereka juga memimpin dan mengatur keberlangsungan pelayanan, mulai dari ibadah hingga kebutuhan praktis gereja.

  3. Persembahan dan persepuluhan jemaat menjadi sumber utama untuk:

    • Menopang kebutuhan pelayanan,

    • Membiayai kegiatan gereja,

    • Memenuhi kebutuhan hidup para pelayan Tuhan.


💰 Persembahan: Kudus dan Bertanggung Jawab

Persembahan bukan sekadar urusan uang—tetapi bagian dari ibadah. Cara kita memberi dan mengelolanya mencerminkan:

  • Rasa syukur kepada Allah,

  • Tanggung jawab rohani atas berkat yang kita terima,

  • Komitmen terhadap keberlangsungan pekerjaan Tuhan.

Itulah sebabnya pengelolaan persembahan harus dilakukan dengan:

  • Tertib dan transparan,

  • Berorientasi pada pelayanan,

  • Dengan penuh hikmat dan doa.


🙌 Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Sebagai jemaat, marilah kita memberi dengan tulus dan setia.

  • Sebagai pengelola gereja, mari kita kelola dana dengan takut akan Tuhan dan integritas.

  • Sebagai satu tubuh Kristus, marilah kita mendoakan para pelayan Tuhan agar mereka:

    • Diberi hikmat dalam mengelola keuangan,

    • Tetap hidup dalam kekudusan dan tanggung jawab,

    • Menjadi saluran berkat bagi banyak orang.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Kami bersyukur untuk setiap berkat yang Engkau limpahkan.
Tolong kami agar dapat memberi dengan hati yang rela dan penuh iman.
Berkati para pelayan-Mu—pendeta, majelis, pengurus gereja—agar mampu mengelola persembahan dengan bijaksana dan takut akan Tuhan.
Biarlah setiap rupiah yang diberikan dapat menjadi alat untuk memperluas Kerajaan-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Menghormati Pemimpin Pilihan TUHAN

 

📖 Bilangan 17:1–13

🌿 Tanda dari Allah: Tongkat yang Bertunas

Setelah pemberontakan yang dipimpin Korah, Datan, dan Abiram, Allah telah menghukum para pelakunya secara nyata. Namun, keraguan umat terhadap kepemimpinan Musa dan Harun belum juga lenyap. Maka, TUHAN melakukan sesuatu yang tak terbantahkan untuk meneguhkan otoritas Harun sebagai imam besar.

Tuhan memerintahkan Musa untuk:

  • Mengambil tongkat dari setiap kepala suku (12 suku),

  • Menuliskan nama mereka di tongkat masing-masing,

  • Meletakkannya di Kemah Pertemuan, tepat di hadapan tabut hukum.

Allah berfirman bahwa tongkat dari orang yang dipilih-Nya akan bertunas (ayat 5). Keesokan harinya, tongkat Harun tidak hanya bertunas, tetapi berkuntum, berbunga, bahkan berbuah badam (ayat 8). Ini bukan hanya tanda kehidupan dari sesuatu yang mati, tetapi juga tanda kehadiran dan pilihan Allah.


⚖️ Mengapa Tanda Ini Penting?

Reaksi umat sangat tegas: “Kami akan mati, kami akan binasa!” (ayat 12). Mereka akhirnya sadar bahwa:

  • Melawan Harun = melawan Allah.

  • Otoritas rohani bukan ditentukan oleh manusia, melainkan oleh pemilihan Allah sendiri.

Allah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa ketaatan pada pemimpin yang diurapi-Nya adalah bagian dari ketaatan kepada-Nya sendiri.


👣 Aplikasi Bagi Kita Saat Ini

Sebagai umat Allah masa kini:

  • Kita dipanggil untuk menghormati dan mendukung pemimpin rohani yang diutus Tuhan.

  • Kita tidak menaruh hormat karena pribadi mereka sempurna, tetapi karena jabatan itu berasal dari Allah.

“Jabatan pelayanan adalah penetapan surgawi. Jika Allah yang menetapkan, Dia pula yang akan menjaga.”

Sebaliknya, pemberontakan dan sikap meremehkan pemimpin rohani membuka celah bagi kehancuran, seperti yang dialami oleh pemberontak di zaman Musa.


🛡️ Jika Anda Pemimpin: Jangan Gentar!

Mungkin saat ini Anda seorang gembala, pengurus, pelayan, atau pemimpin rohani yang:

  • Diragukan oleh orang-orang,

  • Ditekan atau bahkan diabaikan.

Jangan mundur. Allah yang memanggil, Allah pula yang akan meneguhkan. Anda tidak perlu membela diri—Tuhan akan membuat “tongkat Anda bertunas” di hadapan umat. Ia akan membuktikan otoritas Anda berasal dari-Nya.

🌱 Ketika Allah memanggil, Ia juga akan menyediakan tanda-tanda yang tak terbantahkan bagi dunia bahwa Anda adalah utusan-Nya.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih karena Engkau adalah Allah yang berotoritas dan setia kepada firman-Mu.
Ajarlah kami untuk hidup dalam ketaatan dan menghormati pemimpin yang Engkau tetapkan.
Berikanlah kerendahan hati untuk tidak memberontak, tetapi mendukung pekerjaan-Mu.
Bagi para pemimpin yang Engkau pilih, teguhkan hati mereka, kuatkan langkah mereka, dan tunjukkan tanda-tanda dari-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Pujian Ibadah 18 Mei 2025

Share:

Ambisi yang Dikuduskan


📖 Bilangan 16:1–35

Ambisi adalah hal yang wajar dimiliki setiap manusia. Namun, ambisi yang tidak dikuduskan bisa berubah menjadi bencana.


🔥 Pemberontakan dari Dalam

Korah, Datan, Abiram, dan On menggugat kepemimpinan Musa dan Harun, dengan mengklaim bahwa seluruh umat adalah kudus dan tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain (ayat 2-3). Namun, dalih mereka menyembunyikan ambisi pribadi.

  • Korah, dari suku Lewi, sudah memiliki hak istimewa untuk melayani di Kemah Suci. Tapi ia menginginkan jabatan imam, sesuatu yang hanya Allah tetapkan.

  • Datan dan Abiram, dari suku Ruben, merasa Musa gagal memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian, sehingga menolak tunduk pada otoritasnya.

Ambisi yang tidak diproses secara rohani telah melahirkan pemberontakan yang mengguncang tatanan kepemimpinan dan membawa kehancuran besar.


⚖️ Akibat Ambisi yang Tak Terkuduskan

Allah tidak tinggal diam. Ia menegakkan otoritas-Nya melalui tindakan tegas:

“Tanah terbelah... dan mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati...” (Bil. 16:32-33)

Ini bukan hanya hukuman, tapi juga peringatan keras bahwa melawan pemimpin yang ditetapkan Allah sama dengan melawan Allah sendiri.


🕊️ Arahkan Ambisimu kepada Allah

Ambisi bisa menjadi kekuatan luar biasa bila diarahkan dengan benar. Jika diselaraskan dengan kehendak Allah, ambisi dapat melahirkan perubahan besar, visi pelayanan, dan dampak kekal.

Namun, jika ambisi digerakkan oleh iri hati, ketidakpuasan, atau haus kekuasaan, maka yang lahir adalah konflik, perpecahan, dan kehancuran.

Ambisi yang dikuduskan adalah ambisi yang tunduk kepada kehendak Allah, lahir dari hati yang taat, dan diwujudkan dalam kerendahan hati.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Tolong kami untuk menjaga hati kami dari ambisi yang jahat, dan tuntunlah kami mengarahkan kerinduan kami sesuai kehendak-Mu.
Berkatilah hari ini: jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Bukan Sekadar Aksesori

📖 Bilangan 15:37–41

Allah memerintahkan umat Israel untuk membuat jumbai-jumbai di ujung pakaian mereka—bukan sekadar hiasan, melainkan tanda visual yang membawa makna mendalam.

“…supaya kamu melihatnya dan mengingat segala perintah TUHAN, serta melakukannya…” (Bil. 15:39)


🎗️ Tanda yang Mengingatkan

  • Benang ungu kebiru-biruan pada jumbai sama seperti warna di Kemah Suci dan pakaian imam—menunjukkan kekudusan (Kel. 26 & 28).

  • Jumbai adalah pengingat identitas, bahwa mereka adalah umat kudus, milik Allah, yang dipanggil untuk hidup dalam ketaatan (Kel. 19:6).

  • Ini juga peringatan untuk tidak mengikuti hati dan mata sendiri yang bisa menyesatkan (lih. pengumpul kayu pada hari Sabat & pengintai yang tidak percaya).


✝️ Makna Salib di Zaman Sekarang

Hari ini, kita mungkin memakai tanda kekristenan seperti salib—di kalung, gelang, bahkan tato. Tapi yang Allah kehendaki bukan sekadar simbol luar, melainkan makna yang dihayati.

Salib mengingatkan kita akan:

  • Kasih Allah dalam pengorbanan Kristus

  • Identitas baru sebagai umat Kerajaan Allah

  • Panggilan untuk meninggalkan dosa dan hidup taat

“Setiap kali kita melihat salib, seharusnya hati kita tersentak dan tertunduk—karena salib adalah lambang kasih, pengampunan, dan kehidupan baru.”


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Ajarkan kami untuk tidak mengikuti keinginan hati dan mata, tetapi tetap berpegang pada firman-Mu.
Berkatilah kami hari ini—jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.