“Setiap orang yang dipagut, jika ia memandang ular tembaga itu, ia akan tetap hidup.”
(Bilangan 21:8)
📖 Renungan
Apa yang terjadi ketika kita bercermin? Kita melihat diri kita apa adanya. Ada kekurangan yang bisa diperbaiki, ada kelebihan yang bisa disyukuri. Cermin tidak menipu, dan justru karena itu ia menolong.
Pengalaman bangsa Israel di padang gurun adalah cermin kehidupan kita. Mereka mengalami kemunduran, kehilangan, dan penolakan. Bahkan ketika mereka menang karena pertolongan Tuhan, alih-alih bersyukur, mereka bersungut-sungut. Maka, Tuhan mengizinkan ular-ular tedung memagut mereka. Tapi ketika mereka bertobat, Tuhan menyuruh Musa membuat ular tembaga — tanda pengingat yang membawa kesembuhan, bukan kutuk.
🔍 Refleksi bagi Kita
Setiap dari kita perlu bercermin secara rohani.
Apa yang sedang kita keluhkan hari ini? Apakah kita lebih banyak bersungut-sungut daripada bersyukur?
Tuhan tidak pernah berubah. Ia tetap Allah yang murah hati dan memberi kesempatan kedua. Tapi Tuhan juga rindu kita belajar dari kesalahan, bukan sekadar menyalahkan keadaan.
Ular tembaga itu adalah lambang pertobatan. Ia mengingatkan: hidup yang rusak bisa dipulihkan bila kita memandang Tuhan dengan rendah hati. Dalam Yesus, lambang itu menjadi nyata. Dia ditinggikan, supaya setiap orang yang memandang kepada-Nya dengan iman, memperoleh hidup.
💡 Pelajaran untuk Kita
-
🪞 Perjalanan hidup bisa menjadi cermin rohani. Kadang kita tidak sadar bahwa kita sedang memberontak.
-
🙏 Allah rindu kita merenungkan sikap hati, bukan hanya keadaan luar.
-
✝️ Yesus adalah wujud kasih karunia itu. Dialah yang menyembuhkan dan menghidupkan.
-
🔄 Pertobatan membawa pemulihan. Saat kita datang kepada Tuhan, Ia menyambut dengan anugerah.
🙏 Doa Renungan
Tuhan, sering kali aku bersungut dan tidak bersyukur.
Ajarku melihat hidup ini sebagai cermin,
tempat Engkau menunjukkan kasih dan kebenaran-Mu.
Kiranya melalui setiap peristiwa, aku belajar rendah hati dan bertobat.
Dalam nama Yesus, Sang Penopang hidupku. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar